“Kamu ….” Kelly terbata-bata. “Kamu … tentu saja kamu punya kehidupanmu sendiri.”Jason juga tidak bertele-tele lagi. Dia langsung berkata, “Sudah berhari-hari, apa kamu sudah mempertimbangkan usulanku?”Kelly menggigit bibirnya. “Aku akan membantumu untuk mengobati penyakitmu. Aku akan menebus kesalahanku.”Jason mencubit pipi Kelly. “Kelly, kamulah sumber penyakitku!”Jantung Kelly tiba-tiba berdetak kencang. Sepertinya dia tidak bisa menghindar lagi.Jason menopang lantai dengan salah satu tangannya, lalu membungkukkan tubuhnya untuk mendekati Kelly. Jari tangannya mengusap sisa bir di bibir Kelly. Dia pun berkata dengan perlahan, “Kelly, kamu tahu membayar utangmu kepada orang lain. Bahkan, kamu bisa toleransi terhadap orang-orang yang nggak berutang padamu. Kenapa kamu malah merasa santai ketika berutang padaku?”Kelly menggeleng. “Aku mengingatnya!”“Kalau begitu, kamu mesti membayarku. Aku hanya menginginkan waktu tiga bulanmu. Setelah tiga bulan, aku akan melepaskanmu. Terserah
Bulan mulai menghilang dari atas langit. Hanya saja, tidak ada jendela di kamar tamu. Itulah sebabnya ruangan agak redup.Setelah Kelly mandi, dia pun terbangun dari rasa kantuknya. Dia kembali ke ranjang, lalu melihat lelaki yang kelihatan malas-malasan itu.Jason sungguh menyukai sikap imut dan lugu Kelly. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mencium bibir si wanita. Suara seraknya terdengar seksi dan juga sangat lembut. “Kamu tidur dulu. Aku pergi temani Yana. Jangan panik kalau tidak menemukanku ketika bangun nanti. Sebenarnya aku juga ingin menemanimu.”Kelly mengiakan dengan suara terisak-isak. Wajahnya masih kelihatan merona.Tatapan Jason sangatlah dalam. Dia mencubit dagu Kelly, lalu mengecupnya lagi. Setelah itu, dia menyelimuti Kelly. “Tidurlah, aku ada di sebelah.”Setelah Jason berjalan pergi, Kelly membalikkan tubuhnya. Dia merasa tubuhnya sangat amat pegal. Tak lama kemudian, Kelly pun tertidur.Jason kembali ke kamar utama untuk melihat Yana. Hanya saja, dia tidak berbaring
Tidak menggunakan alat kontrasepsi dan tidak memikirkan akibatnya. Semua ini tidak seperti perilaku Jason pada umumnya.Tadi saat menelepon Reza, tetiba Jason memutuskan untuk berserah pada takdir saja. Seandainya Kelly mengandung anaknya gara-gara hubungan malam ini, sepertinya cukup bagus untuk melahirkannya.Jason sangat menyukai Yana. Tentu saja dia akan menyukai anak milik mereka berdua. Ketika kepikiran bisa memiliki momongan sebelum Reza, Jason pun merasa girang. Ujung bibir Jason spontan melengkung ke atas.…Saat Kelly bangun, langit pun sudah terang. Dia mendengar suara tawa Jason dan Yana di luar sana, lalu mulai melebarkan matanya.Pinggang Kelly terasa pegal. Rasa pegal itu mengingatkan Kelly dengan apa yang terjadi semalam. Kelly menarik napas dalam-dalam. Dia sungguh kesal dengan sikap gegabahnya. Kenapa Kelly malah menyetujuinya? Pasti Jason sudah menggodanya!Tetiba suara langkah kaki semakin mendekat. Kelly segera menyelimuti tubuhnya berlagak masih belum bangun.Kell
Tatapan membara Jason tertuju pada diri Kelly. Dia mencium wajah samping Kelly, lalu berbisik di samping telinganya.Dalam sesaat, sekujur tubuh Kelly terasa merinding. Dia berusaha untuk mendorong Jason. “Pergi lihat Yana sana!”Jason tersenyum nakal. “Tidak usah malu. Kamu akan terbiasa nantinya.”Kelly menggigit bibir bawahnya, lalu bertanya, “Jason ….”“Panggil aku Kak Jason!” sela Jason.Kelly merasa malu. “Nggak mau!”“Yakin?” Jason tidak mengalah.Kelly menatapnya, lalu berkata, “Kak Jason, apa hubungan kita sekarang?”“Kita sudah jadian!” balas Jason tanpa ragu sama sekali.Kelly lanjut bertanya, “Jadian gimana?”Jason tersenyum. “Tentu saja seperti kekasih resmi.”“Selama tiga bulan, ya?” tanya Kelly lagi.Kali ini, Jason tertegun sejenak. Dia kemudian bertanya, “Apa kamu berharap hubungan kita berakhir setelah tiga bulan?”Kelly hanya menggigit bibir bawahnya dan tidak berbicara.“Kita coba untuk bersama dulu!” balas Jason dengan lembut.Waktu tiga bulan sudah cukup untuk mem
“Bibi Ranty!” Yana berlari kemari, lalu merentangkan kedua tangan untuk memeluk Ranty.Ranty langsung menggendong Yana, kemudian memutarnya. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bawain makanan kesukaanmu!”Yana pun tertawa. Jason takut keberadaannya akan membuat Kelly tidak leluasa. Dia pun menggendong Yana, lalu berkata dengan penuh pengertian, “Kalian ngobrol dulu. Aku bawa Yana main di luar!”“Ke mana?” tanya Kelly.Jason menatap Yana yang berada di dalam pelukannya. “Yana ingin ke mana?”“Pergi ke istana!” balas Yana dengan tersenyum.Jason mengangguk. “Kalau begitu, aku bawa dia ke taman bermain saja. Kami akan pulang nanti sore. Kalian ajak Reza untuk makan bersama nanti malam. Aku traktir!”Ranty berkata dengan tersenyum, “Sepertinya Kak Jason gembira sekali!”Kelly memelototi Ranty dengan canggung, lalu berkata pada Yana, “Jangan jalan sendiri, ya. Dengar apa kata Paman.”Jason membawa Yana keluar. Ranty meletakkan kue bawaannya ke atas meja tamu, lalu melihat ke sisi Kelly deng
Sonia berkata dengan lembut, “Apa aku sudah mengganggu waktu bekerjamu?”“Tidak!” Reza berjalan ke depan jendela, lalu menunjukkan ekspresi lembut. “Sejujurnya, aku lagi rindu sama kamu.”Sonia tersenyum sembari bertanya, “Di mana obat yang biasanya aku makan?”Reza tertegun sejenak, baru bertanya, “Siapa yang minta?”“Jason.”Reza tersenyum tipis. “Di laci kedua di kamar.”“Oke, kamu lanjut kerja sana.” Sonia menyapa Hemiko, lalu memasuki rumah.Reza melihat jam tangannya untuk melihat jam. “Tadi Jason telepon aku. Aku akan ke sana sekitar satu jam lagi. Sampai jumpa nanti malam.”“Oke,” balas Sonia, lalu mengakhiri panggilan. Dia pun berjalan ke dalam kamar.Begitu laci dibuka, tampak kotak obat berjajar rapi di dalamnya. Sonia pun merasa syok.Sebelumnya Reza pernah memberi tahu Sonia dia mempersiapkan banyak obat itu. Namun, ketika melihat kotak obat sebanyak ini, hatinya pun merasa gemetar.Reza mencintainya. Mengenai hal ini, Sonia tidak pernah meragukannya sama sekali! Semua ora
Setelah melewati satu malam, ada banyak cuplikan yang diunggah di berbagai sosial media. Semakin banyak orang pula yang membahas acara Mode Wanita.Meskipun dalam acara tersebut, karya kolaborasi tiga selebritas dan desainer masing-masing dinilai oleh juri dan ada pemenangnya. Namun, berhubung rating acara yang begitu tinggi, semua peserta mendapatkan perhatian dari para penonton.Pagi harinya, Sonia menerima kabar baik dari Cindy.[ Sonia, kita sudah berhasil! ]Dari layar ponsel, Sonia bisa merasakan betapa gembiranya Cindy kali ini.[ Selamat! ]Cindy mengetik.[ Tapi Stella malah mengalahkanku. Aku merasa nggak puas. Aku akan lebih berusaha lagi selanjutnya! ]Sonia membalas.[ Kamu pasti bisa! ]Komentar warganet sungguh heboh di internet. Di dalam komentar pujian, ada penggemar King yang mengungkit.[ Sepertinya gaya desain agak mirip dengan King. Apa ada yang merasakannya. ]Kemudian, ada banyak komentar di bawahnya.[ Iya, iya, mirip sekali! Semalam aku juga sudah menyadarinya!
Hendri hanya tersenyum dan tidak berbicara.Di lantai atas, Stella sedang teleponan dengan Edward.Edward berkata dengan gembira, “Stella, kamu memang hebat. Aku sungguh bangga atas prestasimu!”Stella tersenyum tipis. “Aku nggak lagi bohong, ‘kan? Acara ini pasti akan populer!”“Semua juga berkat kerja kerasmu! Hari ini ayahku juga memujiku. Dia bilang pandanganku bagus. Sponsor iklan pada acara itu telah mendatangkan banyak keuntungan bagi keluarga kami. Semuanya berterima kasih sama kamu!” Edward melanjutkan, “Aku sudah reservasi meja di restoran nanti malam. Kita rayakan kesuksesan kita bersama!”Sejak hari itu, Stella dan Edward sudah berkencan beberapa kali. Meskipun demikian, Stella juga tidak ingin Edward merasa dirinya terlalu murahan. Dia pun berkata, “Ayah dan ibuku ingin merayakan keberhasilanku malam ini. Gimana kalau kita ganti lain hari sana?”“Tapi aku ingin ketemu kamu sekarang. Aku merindukanmu hingga tidak bisa tidur tiap malam.” Edward sudah terbiasa dengan kata-kat
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, “Juno, kapan kamu pulangnya?”Juno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.“Kenapa malah nggak hiraukan aku?” Rose mengejarnya. “Apa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!”Langkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.“Kenapa, sih!” Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, “Jangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?”Bola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. “Aku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, ‘kan?”“Aku malah mau tularin ke kamu!” Rose membelalakinya. “Biar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!”Juno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. “Apa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m