Setelah melewati satu malam, ada banyak cuplikan yang diunggah di berbagai sosial media. Semakin banyak orang pula yang membahas acara Mode Wanita.Meskipun dalam acara tersebut, karya kolaborasi tiga selebritas dan desainer masing-masing dinilai oleh juri dan ada pemenangnya. Namun, berhubung rating acara yang begitu tinggi, semua peserta mendapatkan perhatian dari para penonton.Pagi harinya, Sonia menerima kabar baik dari Cindy.[ Sonia, kita sudah berhasil! ]Dari layar ponsel, Sonia bisa merasakan betapa gembiranya Cindy kali ini.[ Selamat! ]Cindy mengetik.[ Tapi Stella malah mengalahkanku. Aku merasa nggak puas. Aku akan lebih berusaha lagi selanjutnya! ]Sonia membalas.[ Kamu pasti bisa! ]Komentar warganet sungguh heboh di internet. Di dalam komentar pujian, ada penggemar King yang mengungkit.[ Sepertinya gaya desain agak mirip dengan King. Apa ada yang merasakannya. ]Kemudian, ada banyak komentar di bawahnya.[ Iya, iya, mirip sekali! Semalam aku juga sudah menyadarinya!
Hendri hanya tersenyum dan tidak berbicara.Di lantai atas, Stella sedang teleponan dengan Edward.Edward berkata dengan gembira, “Stella, kamu memang hebat. Aku sungguh bangga atas prestasimu!”Stella tersenyum tipis. “Aku nggak lagi bohong, ‘kan? Acara ini pasti akan populer!”“Semua juga berkat kerja kerasmu! Hari ini ayahku juga memujiku. Dia bilang pandanganku bagus. Sponsor iklan pada acara itu telah mendatangkan banyak keuntungan bagi keluarga kami. Semuanya berterima kasih sama kamu!” Edward melanjutkan, “Aku sudah reservasi meja di restoran nanti malam. Kita rayakan kesuksesan kita bersama!”Sejak hari itu, Stella dan Edward sudah berkencan beberapa kali. Meskipun demikian, Stella juga tidak ingin Edward merasa dirinya terlalu murahan. Dia pun berkata, “Ayah dan ibuku ingin merayakan keberhasilanku malam ini. Gimana kalau kita ganti lain hari sana?”“Tapi aku ingin ketemu kamu sekarang. Aku merindukanmu hingga tidak bisa tidur tiap malam.” Edward sudah terbiasa dengan kata-kat
Setelah Stella mengakhiri panggilan, dia pun berjalan menuruni lantai atas.Begitu menginjakkan kaki di lantai satu, terdengar suara girang Reviana. “Stella, Ibu mengundang beberapa teman baik Ibu untuk merayakan bersama. Nanti malam kamu mau ke mana?”Stella tersenyum sinis. Setelah Reviana merasa Stella cukup kompeten, sikapnya pun langsung berubah drastis. Dia sungguh membenci wanita bermuka dua ini, tetapi dia tetap menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Ibu atur sendiri saja. Aku dengar apa kata Ibu!”Reviana memeluk Stella. Tatapannya kelihatan sangat lembut. “Stella memang hebat. Kali ini tidak ada lagi yang berani menjelek-jelekkanmu!”“Bukankah aku sudah bilang nggak bakal kecewain Ibu,” balas Stella dengan manja.“Putriku memang patuh!” Reviana semakin gembira lagi.Hendri berpikir sejenak, lalu berkata, “Kebetulan hari ini kita ingin traktiran dan ada kabar begitu bagus, gimana kalau kita gunakan kesempatan ini untuk panggil Sonia pulang? Bisa jadi simpul hatinya akan terl
Pada hari Selasa sore, Rose menghubungi Sonia untuk memberi tahu bahwa Devin ingin mentraktirnya makan. Sebagai kekasih Rose, sudah seharusnya Devin bertemu dengan mereka semua. Sonia juga ingin bertemu dengan lelaki yang dikejar Rose selama bertahun-tahun. Saat menjelang jam pulang kerja, Sonia menghubungi Reza memberitahunya ada acara makan malam ini. Dia pun akan pulang telat.Reza tersenyum sinis. “Sama si Ranty lagi?”“Bukan, Rose ingin perkenalkan kekasihnya kepada kami.” Sonia tersenyum tipis. “Aku juga baru tahu kalau dia sudah pacaran.”“Juno juga ikut?” tanya Reza dengan datar.“Seharusnya iya. Kenapa?”Reza tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Beri tahu aku kalau sudah selesai, biar aku jemput kamu.”“Oke!”Panggilan diakhiri. Sonia kembali membereskan barangnya di ruangan, lalu bersiap-siap ke Nine Street Mansion.Pada saat ini, Sonia menyadari Amelia terus menatap ponselnya dengan bengong. Ketika melihat Sonia memasuki ruangan, dia segera menyeka matanya.“Ada apa?” tanya Son
Amelia menunjukkan senyuman jelek di wajahnya. “Kamu tenang saja. Aku nggak akan melakukan hal bodoh. Nggak pantas juga demi lelaki berengsek itu. Aku bisa menangis juga karena diri aku sendiri.”Sonia juga tidak berkata lain lagi. Dia menepuk-nepuk pundak Amelia, lalu berbalik badan berjalan pergi.Ketika berjalan keluar studio, cahaya matahari menyinari tubuh Sonia. Dia merasa sangat panas, segera berlari ke area parkiran. Di saat perjalanan ke Nine Street Mansion, Sonia terus kepikiran dengan sosok Amelia yang sedang menangis dengan bersedih. Keningnya spontan berkerut. Dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya.Jalanan agak macet. Saat tiba di Nine Street Mansion, langit pun sudah gelap. Sonia memarkirkan mobilnya, lalu berjalan ke dalam. Tetiba terdengar suara Dania dari belakang. “Sonia!”Sonia membalikkan tubuhnya dengan tersenyum. “Aku kira aku paling telat.”Dania mengangkat-angkat alisnya. “Dilihat dari gaya Rose yang lambat itu, sepertinya kita berdua sampai duluan.”Seper
“Perkenalkan, dia Devin, kekasihku!” Rose memperkenalkan dengan bangga. Kemudian, dia memperkenalkan Sonia, Dania, dan Juno kepada Devin.Setelah mereka saling berkenalan, Juno mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Devin. Sudah lama mereka mendengar nama satu sama lain, tetapi ini pertama kalinya mereka bertemu.Semuanya duduk di tempat. Devin pun berkata dengan tersenyum, “Maaf, tadi ada rapat mendadak, ditambah lagi jalanan sangat macet, kalian semua jadi menunggu lama.”Belum sempat yang lain bersuara, Rose langsung berkata, “Nggak apa-apa, kok. Mereka bertiga itu sahabat karibku. Jangankan cuma sebentar, meski nunggu semalaman, mereka juga nggak bakal berkomentar.”Dania tersenyum datar. “Gara-gara kamu ngomong begitu, kami jadi nggak ada alasan buat hukum kekasihmu lagi. Kamu sengaja, ‘kan?”Rose juga tersenyum. “Baguslah kalau kamu mengerti.”Devin mengangkat gelas anggur. “Temannya Rose juga temanku. Izinkan aku bersulang kepada semuanya!”Semuanya mengangkat gelas untuk be
Juno bersulang dengan Sonia. “Dia memang kelihatannya tidak peduli dengan apa pun. Tapi sebenarnya pendiriannya lebih teguh daripada siapa pun. Jadi, tidak akan ada yang sanggup untuk mengurusnya!”Sonia menyesap sedikit minumannya. Dia juga setuju dengan ucapan Juno. Rose memang adalah tipikal wanita yang teguh dengan pendiriannya. Jika tidak, dia juga tidak mungkin mengejar Devin hingga ke Negara Madani.Sonia membalikkan kepalanya, lalu tampak Devin yang duduk di sofa sedang mengirim pesan. Dia kelihatan sangat sibuk.Selesai Rose menyanyi, dia memalingkan kepala mengedipkan matanya ke sisi Devin. “Bukannya kamu sudah janji akan temani aku hari ini? Jangan terus lihat ponsel, ya? Kamu bahkan nggak lihat aku yang lagi nyanyi!”Devin mengangkat kepalanya tersenyum lembut padanya. “Belakangan ini lagi ada banyak urusan di perusahaan.”“Aku tahu, tapi kamu juga jangan terlalu kerja keras. Ada urusan apa yang mesti diselesaikan di malam hari,” balas Rose dengan lembut.“Benar apa katamu!
Sonia tersenyum datar. “Aku hanya melihat sekilas saja. Kamu sudah terlalu memandang tinggi diriku.”“Jangan bohong! Jangan kira aku nggak tahu kamu bisa menghafal dalam sekali baca!” dengus Rose.Devin bertanya dengan syok, “Apa benar Sonia sehebat itu?”“Iya, dia bisa belajar pelajaran dari SD sampai SMA dalam waktu satu tahun. Dia pun berhasil ujian masuk Jembara University dengan nilai tinggi. Aku iri banget sama dia!” ucap Rose dengan berlebihan.“Dia memang benar-benar genius!” puji Devin.Juno yang berada di samping bertanya pada Sonia, “Jadi, kenapa kamu selalu kalah ketika main kartu?”Senyuman di wajah Sonia terkaku. “Kak, terkadang kita nggak boleh menunjukkan kehebatan kita!”Semua orang spontan tertawa.Pada ronde kali ini, giliran Juno yang kalah. Dia pun memilih untuk berkata jujur.“Biar aku saja yang nanya!” Rose melihat ke sisi Juno, lalu mengangkat-angkat alisnya. “Pak Juno, apa orang yang kamu sukai ada di ruangan ini?”Mata Juno sedikit disipitkan. Dia pun menatap
Reza membalas, “Setelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.”“Aku mengerti!” Morgan pun tersenyum. “Hari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!” Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. “Selamat ulang tahun!”“Jaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!” Kening Sonia kelihatan berkerut.“Emm!” Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Jangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.”Pelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,
“Di mana?” tanya Morgan.Sonia mengambil selembar kertas di atas meja, lalu menggambar sketsa kasar peta Benua Delta. Setelah itu, dia mencocokkan posisi rasi bintang Biduk dengan peta, lalu berkata dengan suara rendah, “Seharusnya di sini lokasinya!”Namun, posisi dua bintang, titik Phecda dan Megrez sedikit bergeser. Dia tidak tahu apa artinya.Reza dan Morgan saling bertukar pandang. Mata mereka disipitkan. Suara juga terdengar dingin. “Besar sekali ambisi Tritop!”Ketujuh bom kobalt itu ditempatkan di perbatasan Hondura, Federasi Mali, dan Barkia. Sebagian besar area tersebut adalah kawasan tidak berpenghuni, tetapi ternyata Tritop diam-diam membangun pangkalan militer di sana.Empat bom ditempatkan di barat laut, kemudian pola berbelok, dengan tiga bom lainnya diletakkan di perbatasan dengan Federasi Mali.Morgan menatap posisi keempat bom kobalt di barat laut, lalu memeriksa kondisi geografis wilayah tersebut. Tetiba suaranya menjadi dingin dan berat. “Target Tritop bukan aku.”“
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi
Dania, Pretty, dan yang lain bertanya kapan Sonia akan kembali?Sonia memberi tahu mereka bahwa dia akan segera kembali!Setelah meletakkan ponsel, Sonia mengganti pakaiannya untuk meninggalkan tempat.Saat memasuki lantai B12, Tensiro dan wanitanya sedang berciuman di sofa.Meskipun Sonia masuk, mereka berdua juga tidak bermaksud untuk berhenti. Sonia melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan. Dia tidak memperhatikan majikannya, hanya fokus dalam membersihkan kamar.Ruangan di lantai bawah tanah ini tidak berdebu sama sekali. Tidak ada yang perlu dibersihkan. Sonia pergi ke kamar untuk membereskan pakaian ganti wanita itu. Pada saat ini, mereka berdua yang berada di dalam ruang tamu telah mengambil alkohol. Mereka sedang bersiap-siap untuk pergi memancing ikan.Sonia pergi membersihkan ruang baca. Komputer sedang dalam keadaan dibuka. Gambar layar yang ditampilkan adalah rasi bintang Biduk. Di tengah luasnya langit malam, hanya bintang-bintang Biduk yang bersinar paling terang.So
Sonia menerima panggilan video. Dia langsung menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kakek!”Sekarang cuaca di Kota Atria kelihatan cerah. Jemmy pun berkata dengan tersenyum, “Selamat ulang tahun!”Sonia tersenyum. “Terima kasih, Kakek!”“Mengenai hadiah ulang tahunmu, aku dan kakakmu sudah mempersiapkannya. Kami letakkan di kamarmu. Tadi Indra dan Arkas bilang siang hari makan mie ulang tahun untuk merayakan ulang tahun buat kamu.”“Dia lagi berpikir variasi apa yang bisa dia buat untuk mie ulang tahun kali ini, biar kamu bisa ingin memakannya ketika melihatnya. Kalau kamu ingin makan, bisa jadi kamu akan segera terbang ke sini,” ucap Jemmy dengan tersenyum. “Semua ini pasti ulah Arkas.”Hati Sonia terasa hangat. “Terima kasih untuk Pak Arkas dan juga Kakek Indra.”“Apa kamu masih di Mirlan? Kapan kamu pulangnya?” tanya Jemmy.“Aku akan pulang dalam beberapa hari ini. Aku akan pulang untuk menemanimu!” balas Sonia dengan tersenyum santai.“Apa hari ini ada yang merayakan ulang tahun buat k