“Perkenalkan, dia Devin, kekasihku!” Rose memperkenalkan dengan bangga. Kemudian, dia memperkenalkan Sonia, Dania, dan Juno kepada Devin.Setelah mereka saling berkenalan, Juno mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Devin. Sudah lama mereka mendengar nama satu sama lain, tetapi ini pertama kalinya mereka bertemu.Semuanya duduk di tempat. Devin pun berkata dengan tersenyum, “Maaf, tadi ada rapat mendadak, ditambah lagi jalanan sangat macet, kalian semua jadi menunggu lama.”Belum sempat yang lain bersuara, Rose langsung berkata, “Nggak apa-apa, kok. Mereka bertiga itu sahabat karibku. Jangankan cuma sebentar, meski nunggu semalaman, mereka juga nggak bakal berkomentar.”Dania tersenyum datar. “Gara-gara kamu ngomong begitu, kami jadi nggak ada alasan buat hukum kekasihmu lagi. Kamu sengaja, ‘kan?”Rose juga tersenyum. “Baguslah kalau kamu mengerti.”Devin mengangkat gelas anggur. “Temannya Rose juga temanku. Izinkan aku bersulang kepada semuanya!”Semuanya mengangkat gelas untuk be
Juno bersulang dengan Sonia. “Dia memang kelihatannya tidak peduli dengan apa pun. Tapi sebenarnya pendiriannya lebih teguh daripada siapa pun. Jadi, tidak akan ada yang sanggup untuk mengurusnya!”Sonia menyesap sedikit minumannya. Dia juga setuju dengan ucapan Juno. Rose memang adalah tipikal wanita yang teguh dengan pendiriannya. Jika tidak, dia juga tidak mungkin mengejar Devin hingga ke Negara Madani.Sonia membalikkan kepalanya, lalu tampak Devin yang duduk di sofa sedang mengirim pesan. Dia kelihatan sangat sibuk.Selesai Rose menyanyi, dia memalingkan kepala mengedipkan matanya ke sisi Devin. “Bukannya kamu sudah janji akan temani aku hari ini? Jangan terus lihat ponsel, ya? Kamu bahkan nggak lihat aku yang lagi nyanyi!”Devin mengangkat kepalanya tersenyum lembut padanya. “Belakangan ini lagi ada banyak urusan di perusahaan.”“Aku tahu, tapi kamu juga jangan terlalu kerja keras. Ada urusan apa yang mesti diselesaikan di malam hari,” balas Rose dengan lembut.“Benar apa katamu!
Sonia tersenyum datar. “Aku hanya melihat sekilas saja. Kamu sudah terlalu memandang tinggi diriku.”“Jangan bohong! Jangan kira aku nggak tahu kamu bisa menghafal dalam sekali baca!” dengus Rose.Devin bertanya dengan syok, “Apa benar Sonia sehebat itu?”“Iya, dia bisa belajar pelajaran dari SD sampai SMA dalam waktu satu tahun. Dia pun berhasil ujian masuk Jembara University dengan nilai tinggi. Aku iri banget sama dia!” ucap Rose dengan berlebihan.“Dia memang benar-benar genius!” puji Devin.Juno yang berada di samping bertanya pada Sonia, “Jadi, kenapa kamu selalu kalah ketika main kartu?”Senyuman di wajah Sonia terkaku. “Kak, terkadang kita nggak boleh menunjukkan kehebatan kita!”Semua orang spontan tertawa.Pada ronde kali ini, giliran Juno yang kalah. Dia pun memilih untuk berkata jujur.“Biar aku saja yang nanya!” Rose melihat ke sisi Juno, lalu mengangkat-angkat alisnya. “Pak Juno, apa orang yang kamu sukai ada di ruangan ini?”Mata Juno sedikit disipitkan. Dia pun menatap
Rose mengangkat alisnya. “Kamu suruh aku tanya Pak Juno? Bukannya itu sama saja menabur garam ke atas lukanya?”Dania pun tersenyum.Tidak terdapat lampu maupun jendela di dalam ruangan gelap itu. Ruangan ini disekat untuk memberi hukuman kepada yang kalah.Setelah Sonia dan Juno masuk ke dalam, Juno mengeluarkan ponselnya untuk membuka senter.Hanya terdapat sebuah sofa di dalamnya. Sonia duduk, lalu menatap Juno dengan syok, “Bukannya nggak boleh bawa ponsel?”Juno tersenyum tipis. “Ponselku ada 2.”Sonia menunjukkan tatapan kagum. Hanya saja, pencahayaan di dalam ruangan ini masih sangat gelap. Juno duduk di samping, lalu berkata dengan tersenyum tipis, “Minggu lalu kamu melarikan diri lagi. Aku tidak percaya kamu bisa selalu menghindar dari Pak Guru.”Sonia bersandar di sofa, lalu melembutkan nada bicaranya. “Kak, bisa nggak kamu bantu ucapin yang bagus-bagus di hadapan Pak Guru?”“Apa kamu benar-benar sangat menyukainya?” Juno meliriknya sekilas. Dia sangat memahami karakter Soni
Di ruangan lantai atas.Bondan sedang duduk di sofa sembari merokok. Yusa datang kemari, lalu berkata dengan suara rendah, “Tadi yang di bawah itu Sonia, bukan?”Bondan tersenyum. “Iya, pantas saja hari ini Kak Reza bisa keluar dan memilih kumpul di sini.”Kedua mata Yusa berkilauan. “Apa kamu yakin Kak Reza tahu Sonia ada di sini?”Bondan mengangkat kepalanya. “Apa maksudmu? Apa kamu kira Sonia datang ke sini tanpa sepengetahuan Kak Reza?”Yusa bertanya, “Jadi, aku ragu untuk beri tahu Kak Reza atau tidak?”Bondan berpikir sejenak, lalu menggeleng. “Kak Reza pasti tahu. Kamu jangan banyak omong!”“Oke, anggap aku tidak melihat apa-apa.”“Apa yang kamu lihat?” Tetiba Reza berjalan mendekat, lalu duduk di hadapan mereka dengan tersenyum.Yusa langsung menatap Bondan dengan canggung.Bondan mematikan rokoknya, lalu berkata dengan datar, “Aku bilang sudah lama tidak ketemu Sonia. Kapan Kak Reza ajak Sonia untuk kumpul bersama? Tiffany juga sering ungkit nama Sonia.”Reza pun tersenyum. “S
Pelayan di belakang Reza berjalan ke dalam ruangan, lalu meletakkan dua botol minuman di atas meja.Rose berkata dengan tersenyum, “Pak Reza memang royal, ya!”Sepertinya total harga kedua botol ini setidaknya beberapa puluh juta.Reza tersenyum tipis. “Kalian semua temannya Sonia, jadi kalian juga temanku. Semoga kalian bisa bermain dengan gembira.”Devin berdiri, lalu berjalan ke hadapan Reza dan mengulurkan tangannya. “Pak Reza! Perkenalkan, aku Devin, penanggung jawab Perusahaan Teknologi Risma. Perusahaanku akan segera bekerja sama dengan Herdian Group. Biasanya aku berhubungan langsung dengan Pak Chandra. Jadi, kita tidak pernah bertemu sebelumnya.”Reza bersalaman dengan Devin. “Aku pernah mendengar masalah ini dari Chandra. Pak Devin merintis karier dari nol dan mendapat banyak penghargaan di luar negeri. Sekarang kamu baru saja kembali dari luar negeri. Kamu malah berhasil mengumpulkan dana untuk go public. Kamu hebat juga!”“Kalau dibandingkan dengan Herdian Group, perusahaan
Hari ini Sonia minum kebanyakan. Begitu masuk ke mobil, dia langsung bersandar di pundak Reza.Reza mengangkat tangannya untuk menekan-nekan kepala Sonia. “Hari ini kamu gembira, ya? Makanya kamu minum sebanyak ini?”“Aku nggak boleh sia-siain minuman pemberianmu, ‘kan?” balas Sonia dengan memejamkan matanya.“Apa aku sepenting itu?”“Emm, tentu saja!”Reza menaikkan penghalang di depan, lalu mencubit dagu Sonia untuk mengecup bibirnya. Dia terasa sedikit menggebu-gebu. Sonia yang pusing itu hanya bisa bersandar lemas di dalam pelukan Reza.Setelah dicium lama, Reza baru melembutkan gerakannya. Dia menempel di ujung bibir Sonia, lalu bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengan Juno di ruangan gelap itu?”Kening Sonia tampak berkerut. Dia membuka matanya dengan perlahan, lalu berpapasan dengan mata tajamnya. “Juno, dia ….”Reza malah menyumbat mulutnya. Dia bersandar di bangku, lalu berkata dengan suara serak, “Tidak usah jawab. Tidak seharusnya aku bertanya.”Sonia menatap matanya, lalu me
“Nggak kenapa-napa!” Jason tersenyum lembut. “Ayo, kita makan dulu.”…Siang harinya, Sonia, Darren, dan Amelia sedang makan bersama. Tetiba dia menerima panggilan dari Tandy.“Sudah makan?” tanya Tandy.“Kenapa? Apa kamu mau traktiran?” Sonia tersenyum tipis. “Jangan-jangan kamu ingin aku ke sekolah untuk menyamar menjadi bibimu?”“Apa kamu perlu menyamar sekarang? Kamu memang bibiku, ‘kan?” balas Tandy.Sonia tersenyum. “Ada masalah apa?”“Aku lagi sama Ferdi. Kita berencana untuk pergi ke Kota Presmi,” jawab Tandy. “Apa kamu mau ikut bersama kami?”“Ngapain ke sana?” tanya Sonia.“Kakaknya Ferdi, Cindy, seharusnya kamu kenal sama dia? Dia lagi mengikuti program acara Mode Wanita. Sekarang mereka lagi syuting di Kota Presmi. Dia kalah dalam pertandingan minggu lalu. Jadi, selebritas yang bekerja sama dengannya terus memberinya tekanan, sepertinya dia lagi menghadapi kesulitan. Pokoknya, dia telepon Ferdi sambil menangis. Ferdi merasa tidak tenang. Dia ingin pergi ke Kota Presmi untuk
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang