Tidak menggunakan alat kontrasepsi dan tidak memikirkan akibatnya. Semua ini tidak seperti perilaku Jason pada umumnya.Tadi saat menelepon Reza, tetiba Jason memutuskan untuk berserah pada takdir saja. Seandainya Kelly mengandung anaknya gara-gara hubungan malam ini, sepertinya cukup bagus untuk melahirkannya.Jason sangat menyukai Yana. Tentu saja dia akan menyukai anak milik mereka berdua. Ketika kepikiran bisa memiliki momongan sebelum Reza, Jason pun merasa girang. Ujung bibir Jason spontan melengkung ke atas.…Saat Kelly bangun, langit pun sudah terang. Dia mendengar suara tawa Jason dan Yana di luar sana, lalu mulai melebarkan matanya.Pinggang Kelly terasa pegal. Rasa pegal itu mengingatkan Kelly dengan apa yang terjadi semalam. Kelly menarik napas dalam-dalam. Dia sungguh kesal dengan sikap gegabahnya. Kenapa Kelly malah menyetujuinya? Pasti Jason sudah menggodanya!Tetiba suara langkah kaki semakin mendekat. Kelly segera menyelimuti tubuhnya berlagak masih belum bangun.Kell
Tatapan membara Jason tertuju pada diri Kelly. Dia mencium wajah samping Kelly, lalu berbisik di samping telinganya.Dalam sesaat, sekujur tubuh Kelly terasa merinding. Dia berusaha untuk mendorong Jason. “Pergi lihat Yana sana!”Jason tersenyum nakal. “Tidak usah malu. Kamu akan terbiasa nantinya.”Kelly menggigit bibir bawahnya, lalu bertanya, “Jason ….”“Panggil aku Kak Jason!” sela Jason.Kelly merasa malu. “Nggak mau!”“Yakin?” Jason tidak mengalah.Kelly menatapnya, lalu berkata, “Kak Jason, apa hubungan kita sekarang?”“Kita sudah jadian!” balas Jason tanpa ragu sama sekali.Kelly lanjut bertanya, “Jadian gimana?”Jason tersenyum. “Tentu saja seperti kekasih resmi.”“Selama tiga bulan, ya?” tanya Kelly lagi.Kali ini, Jason tertegun sejenak. Dia kemudian bertanya, “Apa kamu berharap hubungan kita berakhir setelah tiga bulan?”Kelly hanya menggigit bibir bawahnya dan tidak berbicara.“Kita coba untuk bersama dulu!” balas Jason dengan lembut.Waktu tiga bulan sudah cukup untuk mem
“Bibi Ranty!” Yana berlari kemari, lalu merentangkan kedua tangan untuk memeluk Ranty.Ranty langsung menggendong Yana, kemudian memutarnya. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bawain makanan kesukaanmu!”Yana pun tertawa. Jason takut keberadaannya akan membuat Kelly tidak leluasa. Dia pun menggendong Yana, lalu berkata dengan penuh pengertian, “Kalian ngobrol dulu. Aku bawa Yana main di luar!”“Ke mana?” tanya Kelly.Jason menatap Yana yang berada di dalam pelukannya. “Yana ingin ke mana?”“Pergi ke istana!” balas Yana dengan tersenyum.Jason mengangguk. “Kalau begitu, aku bawa dia ke taman bermain saja. Kami akan pulang nanti sore. Kalian ajak Reza untuk makan bersama nanti malam. Aku traktir!”Ranty berkata dengan tersenyum, “Sepertinya Kak Jason gembira sekali!”Kelly memelototi Ranty dengan canggung, lalu berkata pada Yana, “Jangan jalan sendiri, ya. Dengar apa kata Paman.”Jason membawa Yana keluar. Ranty meletakkan kue bawaannya ke atas meja tamu, lalu melihat ke sisi Kelly deng
Sonia berkata dengan lembut, “Apa aku sudah mengganggu waktu bekerjamu?”“Tidak!” Reza berjalan ke depan jendela, lalu menunjukkan ekspresi lembut. “Sejujurnya, aku lagi rindu sama kamu.”Sonia tersenyum sembari bertanya, “Di mana obat yang biasanya aku makan?”Reza tertegun sejenak, baru bertanya, “Siapa yang minta?”“Jason.”Reza tersenyum tipis. “Di laci kedua di kamar.”“Oke, kamu lanjut kerja sana.” Sonia menyapa Hemiko, lalu memasuki rumah.Reza melihat jam tangannya untuk melihat jam. “Tadi Jason telepon aku. Aku akan ke sana sekitar satu jam lagi. Sampai jumpa nanti malam.”“Oke,” balas Sonia, lalu mengakhiri panggilan. Dia pun berjalan ke dalam kamar.Begitu laci dibuka, tampak kotak obat berjajar rapi di dalamnya. Sonia pun merasa syok.Sebelumnya Reza pernah memberi tahu Sonia dia mempersiapkan banyak obat itu. Namun, ketika melihat kotak obat sebanyak ini, hatinya pun merasa gemetar.Reza mencintainya. Mengenai hal ini, Sonia tidak pernah meragukannya sama sekali! Semua ora
Setelah melewati satu malam, ada banyak cuplikan yang diunggah di berbagai sosial media. Semakin banyak orang pula yang membahas acara Mode Wanita.Meskipun dalam acara tersebut, karya kolaborasi tiga selebritas dan desainer masing-masing dinilai oleh juri dan ada pemenangnya. Namun, berhubung rating acara yang begitu tinggi, semua peserta mendapatkan perhatian dari para penonton.Pagi harinya, Sonia menerima kabar baik dari Cindy.[ Sonia, kita sudah berhasil! ]Dari layar ponsel, Sonia bisa merasakan betapa gembiranya Cindy kali ini.[ Selamat! ]Cindy mengetik.[ Tapi Stella malah mengalahkanku. Aku merasa nggak puas. Aku akan lebih berusaha lagi selanjutnya! ]Sonia membalas.[ Kamu pasti bisa! ]Komentar warganet sungguh heboh di internet. Di dalam komentar pujian, ada penggemar King yang mengungkit.[ Sepertinya gaya desain agak mirip dengan King. Apa ada yang merasakannya. ]Kemudian, ada banyak komentar di bawahnya.[ Iya, iya, mirip sekali! Semalam aku juga sudah menyadarinya!
Hendri hanya tersenyum dan tidak berbicara.Di lantai atas, Stella sedang teleponan dengan Edward.Edward berkata dengan gembira, “Stella, kamu memang hebat. Aku sungguh bangga atas prestasimu!”Stella tersenyum tipis. “Aku nggak lagi bohong, ‘kan? Acara ini pasti akan populer!”“Semua juga berkat kerja kerasmu! Hari ini ayahku juga memujiku. Dia bilang pandanganku bagus. Sponsor iklan pada acara itu telah mendatangkan banyak keuntungan bagi keluarga kami. Semuanya berterima kasih sama kamu!” Edward melanjutkan, “Aku sudah reservasi meja di restoran nanti malam. Kita rayakan kesuksesan kita bersama!”Sejak hari itu, Stella dan Edward sudah berkencan beberapa kali. Meskipun demikian, Stella juga tidak ingin Edward merasa dirinya terlalu murahan. Dia pun berkata, “Ayah dan ibuku ingin merayakan keberhasilanku malam ini. Gimana kalau kita ganti lain hari sana?”“Tapi aku ingin ketemu kamu sekarang. Aku merindukanmu hingga tidak bisa tidur tiap malam.” Edward sudah terbiasa dengan kata-kat
Setelah Stella mengakhiri panggilan, dia pun berjalan menuruni lantai atas.Begitu menginjakkan kaki di lantai satu, terdengar suara girang Reviana. “Stella, Ibu mengundang beberapa teman baik Ibu untuk merayakan bersama. Nanti malam kamu mau ke mana?”Stella tersenyum sinis. Setelah Reviana merasa Stella cukup kompeten, sikapnya pun langsung berubah drastis. Dia sungguh membenci wanita bermuka dua ini, tetapi dia tetap menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Ibu atur sendiri saja. Aku dengar apa kata Ibu!”Reviana memeluk Stella. Tatapannya kelihatan sangat lembut. “Stella memang hebat. Kali ini tidak ada lagi yang berani menjelek-jelekkanmu!”“Bukankah aku sudah bilang nggak bakal kecewain Ibu,” balas Stella dengan manja.“Putriku memang patuh!” Reviana semakin gembira lagi.Hendri berpikir sejenak, lalu berkata, “Kebetulan hari ini kita ingin traktiran dan ada kabar begitu bagus, gimana kalau kita gunakan kesempatan ini untuk panggil Sonia pulang? Bisa jadi simpul hatinya akan terl
Pada hari Selasa sore, Rose menghubungi Sonia untuk memberi tahu bahwa Devin ingin mentraktirnya makan. Sebagai kekasih Rose, sudah seharusnya Devin bertemu dengan mereka semua. Sonia juga ingin bertemu dengan lelaki yang dikejar Rose selama bertahun-tahun. Saat menjelang jam pulang kerja, Sonia menghubungi Reza memberitahunya ada acara makan malam ini. Dia pun akan pulang telat.Reza tersenyum sinis. “Sama si Ranty lagi?”“Bukan, Rose ingin perkenalkan kekasihnya kepada kami.” Sonia tersenyum tipis. “Aku juga baru tahu kalau dia sudah pacaran.”“Juno juga ikut?” tanya Reza dengan datar.“Seharusnya iya. Kenapa?”Reza tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Beri tahu aku kalau sudah selesai, biar aku jemput kamu.”“Oke!”Panggilan diakhiri. Sonia kembali membereskan barangnya di ruangan, lalu bersiap-siap ke Nine Street Mansion.Pada saat ini, Sonia menyadari Amelia terus menatap ponselnya dengan bengong. Ketika melihat Sonia memasuki ruangan, dia segera menyeka matanya.“Ada apa?” tanya Son
Reza menatap bangku kosong dengan raut pucat. Dia berjalan menuju meja, melihat sebuah tablet di atasnya. Lampu di tablet itu berkedap-kedip, samar-samar memancarkan bayangan ke dinding. Ribuan gambar melintas dengan kecepatan tinggi.Jadi, gambar-gambar dalam video bersamanya sudah direkam sebelumnya. Percakapan berganti dengan sangat cepat sesuai konteks, begitu cepat hingga tidak bisa dilihat dengan kasat mata!Di layar ponsel, Sonia tersenyum tipis. “Reza, kenapa kamu diam saja?”Reza menunduk melihat Sonia di dalam layar ponsel. Kedua matanya seketika memerah. “Sonia, kenapa kamu membohongiku dengan cara seperti ini?”Sonia yang berada di dalam layar menatap Reza dengan terbengong.Reza mengakhiri video, lalu bergegas berjalan keluar.“Tuan Reza, ada yang terjadi?” tanya Indra dengan panik.Aura Reza sangat dingin. Dia melangkah dengan cepat. Saat dia hendak keluar, Jemmy bergegas ke dalam kamar. “Reza!”Langkah kaki Reza berhenti. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. Dia menundu
Reza mengangkat ponselnya untuk menghubungi Robi. Suaranya terdengar buru-buru. “Apa Yandi sedang di Kota Jembara?”Robi segera membalas, “Iya, dia masih di sana.”“Emm.”Panggilan diakhiri. Namun, hati Reza tetap terasa tidak tenang. Rasa tidak tenang itu tidak berhenti menjalar di hatinya. Tidak!Reza harus segera menemui Sonia! Dia baru akan merasa tenang setelah bertemu langsung dengan Sonia!Salju di Kota Jembara semakin lebat saja. Pesawat pribadi tidak bisa beroperasi. Reza terpaksa mengendarai mobil ke Kota Atria.…Sore harinya, Johan telah kembali dari pelabuhan. Dia bergegas ke rumah Frida. Begitu memasuki rumah, dia langsung bertanya, “Apa ada kabar dari Bos?”Frida menggeleng. “Nggak ada, dua hari ini Bos nggak kasih perintah apa pun. Dia sudah dua hari melakukan panggilan video rekayasa dengan Kak Reza.”Kening Johan berkerut. “Sudah dua hari?”“Iya!” Frida menatap ponselnya.“Apa Bos dalam bahaya?” Raut wajah Johan menjadi pucat.Frida berkata, “Kalau Bos dalam bahaya,
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang