Share

Prank Alam Semesta

Penulis: Quillie Qie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Masih memegang tangan Khai, Juleha terus berlari hingga keadaan dirasa aman dirinya baru berhenti. Tak kembali ke halte bus, dia memilih untuk putar arah ke tempat biasa angkot mangkal. Berjejer angkutan umum berwarna merah dengan nomor tujuan berbeda sesuai wilayah masing-masing. Setelah melepaskan tangan Khai, Juleha memilih meninggalkan pemuda itu.

Khai hanya mematung melihat punggung Juleha yang kian menjauh. Sambil bergumam, "Gue belum ngucapin makasih dia udah kabur."

Juleha sampai di rumahnya. Namun, seperti biasa, Maemunah tak ada di sana. Emaknya itu memang biasa membantu tetangga sebelah sebagai asisten rumah tangga.

Sebenarnya keadaan keluarga Juleha tidak kekurangan. Arya, Abah Juleha asli dari Jawa memiliki sawah yang luas. Jika panen tiba, hasilnya melimpah tetapi Maemunah menerimanya dalam bentuk uang tunai, karena dia memperkerjakan orang lain untuk merawat peninggalan sang suami tersebut.

Juleha mengembuskan napas berat ketika membuka lemari baju miliknya. Pakaian yang kini menggantung di sana tak ada satu pun yang ingin dikenakannya. Meski malas, segera diraihnya dress tanpa lengan setinggi lutut berwarna krem ​​plus cardigan warna senada.

Setelah mengenakan pakaian itu, Juleha mematut diri di cermin. Rambut sengaja dia gulung ke atas asal-asalan dibiarkan, beberapa anak rambut terjuntai di kedua sisi telinganya. Dia menuju ke dapur, membuka tudung saji, tak ada makanan di sana. Meski tahu harus ke mana mencari Maemunah ketika dia lapar, nyatanya hal tersebut tetap membuat kesal. Seharusnya, emaknya itu menyediakan makanan untuknya sebelum melakukan hal tersebut untuk orang lain.

Meski enggan, Juleha tetap pergi ke tempat Romlah--janda berusia 65 tahun yang hidup sendiri. Selama ini, Maemunah yang mengurus semua keperluannya, meski sudah sepuh tetapi wanita tersebut masih terlihat sangat sehat. Kedua anaknya tinggal di luar kota, sehingga dia tak punya sanak saudara di sini. Jarak rumah yang hanya terpisah pagar membuat Maemunah merasa harus merawat seperti orang tua itu sendiri.

Juleha mempercepat langkahnya, ketika melihat sosok yang tak asing di kursi yang terletak di dapur Romlah. Sementara di sampingnya, Maemunah tengah tertawa bersama sang nenek entah sedang membicarakan apa. Sepertinya mereka keasyikan sampai tak menyadari jika Juleha telah berada di sana. Semesta seolah sedang bercanda dengannya.

"Khai!" pekik juleha.

Khai menoleh, sama seperti Juleha dirinya terkejut melihat gadis itu berada di rumah neneknya. Lantas, anak gadis yang Maemunah ceritakan dan hendak dijodohkan dengannya adalah Juleha? Tanpa sadar Khai tertawa sendiri.

"Leha! Apa-apaan lu teriak-teriak di mari? Elegan dikit ngapa, udah cakep gini juga," ujar Maemunah dengan logat Betawi khasnya yang cablak. Tak lupa satu pukulan dilayangkan ke bahu sang anak hingga membuat meringis kesakitan.

"Mak, kenapa spesies tak terdeteksi ada di sana?" tanya Juleha sambil menunjuk ke arah Khai. Sementara Romlah izin ke kamar mengambil perlengkapan yang akan dibawa untuk pengajian.

"Ngomong apa, sih, lu, itu si Khai, cucunya Nek Rom yang baru pindah ke sini. Selama ini dia ngekos, mulai sekarang tinggal di mari," cerocos Maemunah panjang lebar.

"Bagaimana mungkin, makhluk astral itu adalah cucu Nek Rom. Ini tidak mungkin," ujar Juleha sambil memegangi kepalanya frustrasi.

Khai terus tertawa melihat tingkah absurd Juleha. Tiba-tiba, ide jahil muncul di kepalanya. Dia ingin menggoda Juleha lebih jauh.

"Jadi, Juleha anak Tante Mae?" tanya Khai, mulai aksinya.

"Iya dong, emang sih, belum glow up, masih dalam proses. Tapi, ini udah cukup masuk kriteria calon bininya, Khai?"

Juleha melongo, dia tak menyangka Maemunah menawarkan dirinya kepada pemuda yang paling ingin dihindari di hidupnya. Bagaimana mungkin sang emak membuat dirinya terlihat tak berharga di mata Khai.

"Gimana, ya, Tant ...." Khai pura-pura berpikir, sebenarnya dia tertawa dalam hati, apalagi melihat ekspresi Juleha yang sangat tertekan.

"Lulur merek 'Abu Jendes', masih banyak di rumah, Khai. Emak yakin, setelah digosok beberapa kali pake ntu lulur pasti Juleha bakal glowing luar dalem. Btw, biar enak panggil emak aja, ya, jangan tante. Biar akrab kita," pinta Maemunah yang dibalas anggukan oleh Khai.

Demi Tuhan bukan Arya Wiguna, Juleha ingin sekali menyumpal mulut Maemunah menggunakan serbet yang telah ditaburi bubuk bon cabai level 50. Mengapa emaknya terus mengatakan hal yang membuat harga dirinya jatuh di depan Khai. Ingin rasanya, gadis itu berguling-guling di tanah tanda protes tetapi hal itu urung dilakukan.

"Lu, laper pan. Sini, makan sama Khai. Kebetulan emak mau anter Nek Rom ke pengajian. Lu pada emak tinggal tapi jangan macem-macem!" pesan Maemunah sebelum meninggalkan mereka berdua. Setelah Romlah dan Maemunah pergi, Juleha segera duduk di depan Khai, dengan tangan bersedekap, dia menatap tajam pemuda yang ada di depannya.

"Liatnya gitu banget, ntar cinta, loh," goda Khai.

"Siapa? Gue? Mana ada, misal, nih, di bumi ini cowok cuma sisa lu, gue juga ogah cinta sama lu. Najis tralala!" sungut Juleha, dia yakin betul, jika tak mungkin suka, apalagi jatuh cinta dengan Khai.

Khai mencondongkan tubuhnya mendekat pada Juleha. Dia dapat melihat, gadis itu merasa risi dengan kelakuannya tetapi tetap sok kuat membalas tatapannya dengan tajam.

"Cinta dan benci itu tipis, setipis kulit ari. Lu nggak bakal bisa bedain, sebenernya lu benci atau justru cinta sama gue. Inget, makin lu benci gue, makin lu mikirin gue, dan makin lu jatuh cinta sama gue," ujar Khai sambil tersenyum mengejek.

Juleha tak percaya dengan apa yang dikatakan Khai. Apa yang tadi pemuda itu ucapkan saja dirinya tak paham. Apakah itu sejenis mantra yang biasa digunakan oleh Khai untuk menjerat korban. Juleha menutup mulutnya lalu menggetok meja sebanyak tujuh kali sambil mengucapkan amit-amit jabang bayi, najis tralala, najis trilili. Salah satu mantra tolak bala yang diyakini mampu membentengi Juleha dari segala hal berbau mistis.

"Itu buat cewek kebanyakan. Buat Juleha Nitara Jingga, nggak bakal ngaruh!" tegas Juleha sambil meraih sendok nasi yang diletakkan di atas meja.

Tak mau pusing dengan keberadaan Khai di sana, dia segera mengisi piringnya dengan dua centong nasi serta sayur asem, ikan peda jangan lupa sambal terasi, dan dua buah tempe goreng. Kemudian tanpa sungkan dia segera melahapnya meski diikuti tatapan dan gelengan kepala oleh Khai. Bukannya memang niatnya dari awal ke rumah ini untuk makan, bukan untuk bertemu dengan Khai.

Khai benar-benar tak habis pikir dengan Juleha. Tak hanya aneh dan ceroboh, gadis itu juga sangat percaya diri. Jika, biasanya kaum hawa akan merasa malu dan pura-pura diet atau sudah kenyang di depan cowok, lain dengan Juleha yang justru ingin memindahkan seisi meja ke dalam perutnya.

"Dasar kuda lumping!" celetuk Khai sebelum pergi meninggalkan Juleha.

Hampir saja Juleha tersedak mendengar perkataan Khai. Buru-buru dia mengambil segelas air putih dan menenggaknya.

"Alieeeennnnnnnn!" pekik juleha.

Bab terkait

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Alien

    Juleha mondar-mandir di kamar. Meski hari sudah malam tetapi jendela di kamarnya sengaja dibiarkan terbuka. Entah mengapa, akhir-akhir ini hawa di kota tempat tinggalnya semakin panas saja. Gadis itu sedang berpikir tentang Khai. Selama ini, dia tak pernah tahu jika Romlah memiliki cucu yang masih tinggal di kota yang sama. Setahu Juleha semuanya berada di luar kota, satu di Palembang, sedangkan satu lagi di Jogjakarta. Lantas, siapa Khai? Dari mana asal dia sebenarnya?Maemunah

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Patah Hati, Kok, Nangis

    Juleha benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Kania dan Khai. Bagaimana mungkin mereka akhirnya jadian dalam tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa PDKT. Apakah bagi mereka pacaran itu hanya permainan yang tak perlu dipikirkan baik buruknya. Bu Gita datang untuk memulai pelajaran. Sementara Juleha risau karena Cita tak kunjung kembali ke bangku miliknya hingga waktu jam pelajaran pertama habis. Tak ada yang tahu ke mana perginya gadis itu, bolak-balik Juleha mengirim pesan tetapi diabaikan, tak ada satu pun yang dibalas. Juleha membalikkan tubuhnya, menghadap Khai sambil menatap tajam. Gara-gara pemuda tengil itu, Cita bolos pelajaran di hari pertama. "Kenapa, sih, Neng?" tanya Khai. "Berani panggil Neng, gue pacul, nih!" ancam Juleha tak suka, jika harus berbasa-basi dengan Khai. Pokoknya, setiap kali berurusan dengan Khai emosinya meningkat sepuluh kali lipat. "Iye, ada apa, sih!" "Ada apa, nggak mikir ya cinta instan lu sama Kan

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Virus Merah Jambu

    Demi kerang, kenapa hidup Juleha terasa dikutuk. Kenapa harus terus berhubungan dengan Khai. Bagaimana mungkin pemuda tengil itu terus saja berkeliaran di sekitarnya. Ingin rasanya menendang seseorang yang tengah menatapnya di balik jendela ke luar galakasi. Namun, urung karena hal itu sangat mustahil."Ngapain, sih, lu di mari. Gue mo istirahat," ketus Juleha."Balik sama siapa lu barusan," tanya Khai sambil loncat melewati jendela sehingga kini dia berada di kamar Juleha."Sopan banget lu, ya, jadi orang, main masuk kamar gue seenaknya. Pergi nggak lu!" usir Juleha sambil mendorong tubuh Khai.Khai hanya tersenyum, sambil memegang tangan Juleha. Kesal, gadis itu lantas menginjak kaki Khai sekuat tenaga. Seperti paham situasi pemuda itu justru menghindar hingga membuatnya kesal."Enggak kenak, weeeee!" ledek Khai sambil menjulurkan lidah.Malas berdebat, Juleha memilih duduk di kursi yang terletak di dekat ranjang miliknya. Se

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Pertukaran Pelajar

    Juleha dan Khai terus saja kejar-kejaran. Dan anehnya bukannya pulang, Khai justru memilih masuk ke rumah gadis itu untuk meminta perlindungan dari Maemunah.Maemunah yang saat itu tengah membuat kue bolu tanpa sengaja menumpahkan adonan yang hendak ia masukan ke dalam oven. Hal tersebut karena tanpa sengaja Khai dan Juleha yang berlarian di sekitar sana menyenggol loyang tersebut hingga terjatuh."Setaaaaaaaanggggggg!!!!!" teriak MaemunahKhai dan Juleha kompak langsung berlutut dengan menjewer telinga masing-masing tanda bersalah."Maafin Leha, Mak.""Khai juga, Tante!""Kalian pikir kalian siapa? Rahul sama Anjeli, ngapain lari-lari kaya lagi syuting film india!" omel Maemunah."Ini semua gara-gara, Khai!""Demi Alex, Tante, apa yang Juleha bilang itu fitnah!" bela Khai dengan wajah memelas."Gosah akting, lu!" Tangan Juleha sudah mengepal dan siap memukul kepala Khai. Namun dengan sigap Maemunah menangk

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Percintaan Konyol

    Bel tanda waktu istirahat berbunyi, Juleha segera berlari ke luar kelas. Kali ini, dia akan menemui Pak Salman guna membahas perihal pertukaran pelajar itu. Khai yang melihat hal tersebut segera saja ingin menyusul tetapi ditahan oleh Kania."Kantin, yuk, Beb, gue laper," ujar pacar Khai tersebut sembari menggandeng tangan pemuda tampan itu. Khai tak bisa menolak terpaksa mengikuti ke mana sang kekasih itu membawanya.Sementara Juleha kini tengah berada di ruang guru."Nggak bisa, Jul. Ini sudah pertimbangan dewan guru. Lagian ini bisa jadi nilai plus buat kamu pas nanti masuk ke Universitas, cuma sebentar juga," ujar Pak Salman ketika Juleha mencoba mengungkapkan pendapatnya.Dalam hati Juleha berkata ini bukan soal lama atau sebentar. Seandainya dia tak pernah berurusan dengan tiga cecunguk itu mungkin tak seberat ini untuk menerima keputusan dari sekolah. Dia takut, seandainya mereka tahu dia berada di sekolah tersebut entah balas dendam

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Sisi Lain Khai

    Juleha masih tak habis pikir dengan perubahan sikap Cita. Bahkan, dari awal masuk selepas istirahat hingga bel tanda pulang sekolah berbunyi, gadis itu hanya diam tak secerewet biasanya. Sikap dingin tersebut membuat Juleha terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan sang sahabat itu. Adakah yang salah? Atau dia tengah memiliki masalah? Tak ingin dianggap kepo atau terlalu mencampuri urusan pribadinya, Juleha memilih ikut diam sambil menunggu mungkin nanti Cita akan bercerita di waktu yang tepat."Cita, are you oke?" tanya Juleha."Oke, kok, gue balik duluan," balas Cita dingin, sambil berlalu meninggalkan Juleha. Sementara Bimo segera mengejar gadis pujaannya itu.Tak mau ambil pusing, Juleha segera membereskan buku-bukunya dan memilih untuk segera meninggalkan tempat itu. Sementara Khai dia masih dipusingkan dengan Kania."Pliss, Khai, gue nggak mau kita putus. Pliss maafin gue," mohon Kania sambil memegangi tangan Khai.

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Ikatan Cincau

    "Apaan, sih, Bimo. Sumpah, gue capek banget sama kelakuan lu!" Cita kesal karena Bimo terus saja mengikutinya. Padahal hari ini dia berencana untuk mencegat Khai sebelum pemuda itu melewati gerbang sekolah. Namun sial, semua gagal gara-gara si bucin yang nggak ada akhlak."Beb, sumpah gue lope-lope banget sama lu. Yuk, Ayang Bim anter pulang," ujar Bimo sambil menyentuh tangan Cita tetapi segera ditepis dengan kasar oleh gadis itu."Kudu berapa kali gue bilang, gue nggak pernah dan nggak akan suka sama lu. Jadi lu nyerah aja, udah nggak good looking nggak good rekening pula. Ngaca lu!" teriak Cita sambil meninggalkan Bimo sendiri.Bimo hanya terdiam, sakit rasanya setiap saat mendapatkan penolakan dari Cita. Tak terhitung apa saja kata-kata kasar yang keluar dari mulut gadis pujaannya itu. Namun, dia selalu yakin dengan apa yang disebut kekuatan cinta. Hanya cinta yang mampu merubah dunia, hanya cinta yang akhirnya akan bisa meluluhkan hati Cita."Andaika

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Alam Walker KW

    "Pokonya Leha nggak mau, Mak!" tolak Juleha, gadis berpenampilan kumal."Eh, lu itu anak gadis, ngapa kagak mau rawat diri, sih, jaman sekarang kudu gudluking, glowing, dan melting. Nah, lu, kek gombal kompor. Buruan mandi! Atau emak panggilin tukang pemandi jenazah!" ancam Maemunah. Dia sudah sangat sabar menghadapi kelakuan anak gadis satu-satunya itu.Mau tak mau Leha, menuju ke kamar mandi dan segera mengguyur seluruh tubuhnya. Asal terkena air saja, bagi gadis itu sudah cukup.

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Ikatan Cincau

    "Apaan, sih, Bimo. Sumpah, gue capek banget sama kelakuan lu!" Cita kesal karena Bimo terus saja mengikutinya. Padahal hari ini dia berencana untuk mencegat Khai sebelum pemuda itu melewati gerbang sekolah. Namun sial, semua gagal gara-gara si bucin yang nggak ada akhlak."Beb, sumpah gue lope-lope banget sama lu. Yuk, Ayang Bim anter pulang," ujar Bimo sambil menyentuh tangan Cita tetapi segera ditepis dengan kasar oleh gadis itu."Kudu berapa kali gue bilang, gue nggak pernah dan nggak akan suka sama lu. Jadi lu nyerah aja, udah nggak good looking nggak good rekening pula. Ngaca lu!" teriak Cita sambil meninggalkan Bimo sendiri.Bimo hanya terdiam, sakit rasanya setiap saat mendapatkan penolakan dari Cita. Tak terhitung apa saja kata-kata kasar yang keluar dari mulut gadis pujaannya itu. Namun, dia selalu yakin dengan apa yang disebut kekuatan cinta. Hanya cinta yang mampu merubah dunia, hanya cinta yang akhirnya akan bisa meluluhkan hati Cita."Andaika

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Sisi Lain Khai

    Juleha masih tak habis pikir dengan perubahan sikap Cita. Bahkan, dari awal masuk selepas istirahat hingga bel tanda pulang sekolah berbunyi, gadis itu hanya diam tak secerewet biasanya. Sikap dingin tersebut membuat Juleha terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan sang sahabat itu. Adakah yang salah? Atau dia tengah memiliki masalah? Tak ingin dianggap kepo atau terlalu mencampuri urusan pribadinya, Juleha memilih ikut diam sambil menunggu mungkin nanti Cita akan bercerita di waktu yang tepat."Cita, are you oke?" tanya Juleha."Oke, kok, gue balik duluan," balas Cita dingin, sambil berlalu meninggalkan Juleha. Sementara Bimo segera mengejar gadis pujaannya itu.Tak mau ambil pusing, Juleha segera membereskan buku-bukunya dan memilih untuk segera meninggalkan tempat itu. Sementara Khai dia masih dipusingkan dengan Kania."Pliss, Khai, gue nggak mau kita putus. Pliss maafin gue," mohon Kania sambil memegangi tangan Khai.

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Percintaan Konyol

    Bel tanda waktu istirahat berbunyi, Juleha segera berlari ke luar kelas. Kali ini, dia akan menemui Pak Salman guna membahas perihal pertukaran pelajar itu. Khai yang melihat hal tersebut segera saja ingin menyusul tetapi ditahan oleh Kania."Kantin, yuk, Beb, gue laper," ujar pacar Khai tersebut sembari menggandeng tangan pemuda tampan itu. Khai tak bisa menolak terpaksa mengikuti ke mana sang kekasih itu membawanya.Sementara Juleha kini tengah berada di ruang guru."Nggak bisa, Jul. Ini sudah pertimbangan dewan guru. Lagian ini bisa jadi nilai plus buat kamu pas nanti masuk ke Universitas, cuma sebentar juga," ujar Pak Salman ketika Juleha mencoba mengungkapkan pendapatnya.Dalam hati Juleha berkata ini bukan soal lama atau sebentar. Seandainya dia tak pernah berurusan dengan tiga cecunguk itu mungkin tak seberat ini untuk menerima keputusan dari sekolah. Dia takut, seandainya mereka tahu dia berada di sekolah tersebut entah balas dendam

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Pertukaran Pelajar

    Juleha dan Khai terus saja kejar-kejaran. Dan anehnya bukannya pulang, Khai justru memilih masuk ke rumah gadis itu untuk meminta perlindungan dari Maemunah.Maemunah yang saat itu tengah membuat kue bolu tanpa sengaja menumpahkan adonan yang hendak ia masukan ke dalam oven. Hal tersebut karena tanpa sengaja Khai dan Juleha yang berlarian di sekitar sana menyenggol loyang tersebut hingga terjatuh."Setaaaaaaaanggggggg!!!!!" teriak MaemunahKhai dan Juleha kompak langsung berlutut dengan menjewer telinga masing-masing tanda bersalah."Maafin Leha, Mak.""Khai juga, Tante!""Kalian pikir kalian siapa? Rahul sama Anjeli, ngapain lari-lari kaya lagi syuting film india!" omel Maemunah."Ini semua gara-gara, Khai!""Demi Alex, Tante, apa yang Juleha bilang itu fitnah!" bela Khai dengan wajah memelas."Gosah akting, lu!" Tangan Juleha sudah mengepal dan siap memukul kepala Khai. Namun dengan sigap Maemunah menangk

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Virus Merah Jambu

    Demi kerang, kenapa hidup Juleha terasa dikutuk. Kenapa harus terus berhubungan dengan Khai. Bagaimana mungkin pemuda tengil itu terus saja berkeliaran di sekitarnya. Ingin rasanya menendang seseorang yang tengah menatapnya di balik jendela ke luar galakasi. Namun, urung karena hal itu sangat mustahil."Ngapain, sih, lu di mari. Gue mo istirahat," ketus Juleha."Balik sama siapa lu barusan," tanya Khai sambil loncat melewati jendela sehingga kini dia berada di kamar Juleha."Sopan banget lu, ya, jadi orang, main masuk kamar gue seenaknya. Pergi nggak lu!" usir Juleha sambil mendorong tubuh Khai.Khai hanya tersenyum, sambil memegang tangan Juleha. Kesal, gadis itu lantas menginjak kaki Khai sekuat tenaga. Seperti paham situasi pemuda itu justru menghindar hingga membuatnya kesal."Enggak kenak, weeeee!" ledek Khai sambil menjulurkan lidah.Malas berdebat, Juleha memilih duduk di kursi yang terletak di dekat ranjang miliknya. Se

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Patah Hati, Kok, Nangis

    Juleha benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Kania dan Khai. Bagaimana mungkin mereka akhirnya jadian dalam tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa PDKT. Apakah bagi mereka pacaran itu hanya permainan yang tak perlu dipikirkan baik buruknya. Bu Gita datang untuk memulai pelajaran. Sementara Juleha risau karena Cita tak kunjung kembali ke bangku miliknya hingga waktu jam pelajaran pertama habis. Tak ada yang tahu ke mana perginya gadis itu, bolak-balik Juleha mengirim pesan tetapi diabaikan, tak ada satu pun yang dibalas. Juleha membalikkan tubuhnya, menghadap Khai sambil menatap tajam. Gara-gara pemuda tengil itu, Cita bolos pelajaran di hari pertama. "Kenapa, sih, Neng?" tanya Khai. "Berani panggil Neng, gue pacul, nih!" ancam Juleha tak suka, jika harus berbasa-basi dengan Khai. Pokoknya, setiap kali berurusan dengan Khai emosinya meningkat sepuluh kali lipat. "Iye, ada apa, sih!" "Ada apa, nggak mikir ya cinta instan lu sama Kan

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Alien

    Juleha mondar-mandir di kamar. Meski hari sudah malam tetapi jendela di kamarnya sengaja dibiarkan terbuka. Entah mengapa, akhir-akhir ini hawa di kota tempat tinggalnya semakin panas saja. Gadis itu sedang berpikir tentang Khai. Selama ini, dia tak pernah tahu jika Romlah memiliki cucu yang masih tinggal di kota yang sama. Setahu Juleha semuanya berada di luar kota, satu di Palembang, sedangkan satu lagi di Jogjakarta. Lantas, siapa Khai? Dari mana asal dia sebenarnya?Maemunah

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Prank Alam Semesta

    Masih memegang tangan Khai, Juleha terus berlari hingga keadaan dirasa aman dirinya baru berhenti. Tak kembali ke halte bus, dia memilih untuk putar arah ke tempat biasa angkot mangkal. Berjejerangkutan umum berwarna merah dengan nomor tujuan berbeda sesuai wilayah masing-masing. Setelah melepaskan tangan Khai, Juleha memilih meninggalkan pemuda itu.Khai hanya mematung melihat punggung Juleha yang kian menjauh. Sambil bergumam, "Gue belum ngucapin makasih dia udah kabur."Juleha sampai di rumahnya.

  • Jatuh Cinta Jalur Karma   Damage Siswa Pindahan

    Juleha menyipitkan mata, merasa heran. Bagaimana mungkin pemuda itu bisa bebas berkeliaran tanpa seragam di area sekolah. Tiba-tiba saja ada yang merangkul bahunya. Dia tersenyum ketika melihat sang sahabat berada di sampingnya.

DMCA.com Protection Status