Melihat cairan lengket yang ada di atas lantai, Fredy yang sepertinya teringat sesuatu lalu menyipitkan mata dan menarik lengan Dela, "Sialan, apa kamu hamil?"Dela mencoba untuk tenang dan berkata dengan datar, "Hamil? Bagaimana mungkin? Berapa kali kesempatan yang kamu berikan kepadaku untuk hamil?" Saat mereka melakukan hubungan, walaupun Fredy tidak menggunakan pengaman, dia juga sangat jarang bisa kehilangan kendali di dalam tubuh Dela.Walaupun Dela berbicara dengan sangat datar, Fredy yang tidak percaya tidak berencana membiarkan ini semua lewat begitu saja, dia menyipitkan mata lalu berkata, "Ayo kita pergi periksa ke dokter! Kalau kamu benar-benar hamil, aku tidak akan biarkan anakku terlantar di luar!""Tidak, aku tidak hamil. Aku tidak mau pergi periksa ke dokter, aku mau kita langsung pergi mengurus perceraian!" Dela yang tadi terlihat tenang langsung menggeleng dengan panik."Kamu ternyata sudah hamil!" Ekspresi dingin Fredy terlihat sedikit
'Plak' Suara tamparan yang keras terdengar di telinga Dela. Dela merasakan panas di pipunya lalu suara dengungan keras terdengar di telinganya. "Dela, berani sekali kamu. Beraninya melompat dari atas sambil membawa keturunan keluarga Wijaya!" Nyonya Wijaya menatap menantunya ini dengan tatapan tajam. Orang yang hampir menjadi korban dalam adegan mengejutkan di depan matanya sampai jantungnya akan lepas itu adalah cucu pertamanya! Dela yang pusing karena ditampar itu langsung menatap mertuanya, "Aku tidak lompat, aku hanya ingin membawa anakku pergi dari tempat ini. Aku punya hak membawa anak ini, lepaskan aku!" Mertuanya sudah tinggal di Blue Bay selama setengah bulan dan selama itu juga Dela dikurung tanpa adanya sedikitpun alat komunikasi. Setiap hari mertuanya mengawasi makanan 3 hari sekali Dela, memerintahkan dia untuk menelan berbagai suplemen tapi mertuanya melakukan itu semua bukan karena peduli pada Dela melainkan hanya menganggap dia sebagai alat produksi saja. Dela tid
"Nyonya apakah sudah mau melahirkan?" Pelayan wanita yang mengantarkan makanan terkejut saat melihat Dela yang meringkuk di atas lantai sambil memegang perutnya.Wajah kecil yang penuh dengan keringat itu berusaha keras menggeleng, Dela menggertakkan gigi tidak ingin berteriak, dia menenangkan napasnya lalu berkata, "Aku baik-baik saja!"Namun bagaimana bisa seorang pelayan yang sudah melahirkan 3 anak bisa tertipu oleh Dela?"Nyonya, anda sudah akan melahirkan. Aku akan suruh orang membawamu ke rumah sakit!" Pelayan yang panik itu sampai lupa meletakkan nampan makanan itu."Tidak, aku tidak. Jangan panggil orang, aku tidak mau ke rumah sakit!" Dela berteriak dengan keras kepala. Saat ini dia berpikir dirinya tidak akan berpisah dengan anaknya kalau saja anaknya tidak lahir.Tentu saja pelayan itu tidak akan mematuhi perintahnya, bagaimanapun juga ini berhubungan dengan nyawa manusia. Anak bayi yang sudah akan lahir tidak mungkin bisa ditunda!
"Dokter cepat katakan apakah nyawa bayinya bisa dipertahankan?" tanya Ratna dengan panik sambil menarik pakaian dokter."Apakah sulit untuk melahirkan? Ada tanda-tanda pendarahan hebat?""Sekarang kondisinya sangat gawat, hanya bisa menolong salah satu saja! Cepat putuskan siapa yang ingin ditolong?" tanya dokter dengan panik, sekarang mereka benar-benar berpacu dengan waktu."Tentu saja selamatkan bayinya!" jawab Ratna tanpa ragu."Kalau begitu keluarganya segera tanda tangan berkas, kalau ditunda lagi keduanya tidak akan bisa selamat!" Dokter mencari suami Dela, "Apakah suami dari ibu hamil ini tidak datang?""Dokter, aku adalah mertua dari ibu hamil, bisakah aku yang tanda tangan?" Ratna menawarkan diri."Tidak bisa, harus suami atau orang tua kandung! Kalau setuju tolong cepat tanda tangan, nyawa ibu dan anak dalam bahaya!""Dimas cepat suruh Fredy kemari!"Dimas mengeluarkan ponsel untuk menelepon Fredy."Tidak perl
"Baik! Kami pasti akan pastikan keselamatan dari ibu ini!" Dokter yang tidak pernah memberikan jaminan seperti itu segera beranjak pergi."Apa kamu sudah gila, aku bersusah payah melayani dia selama setahun lalu pada akhirnya tidak ada hasil?" Ratna berteriak keras sambil membelalakkan matanya, "Bayinya juga baik-baik saja, setiap kali pemeriksaan sangat sehat apakah harus dibuang begitu saja? Tidak bisa, aku ingin cucuku!""Masalah ini sudah dipututskan seperti ini. Ibu, nanti suruh Ibu Sinta rawat dia. Ayah aku masih ada rapat jadi aku harus pergi dulu!""Perusahaan juga penting, pergilah!" Dimas juga sudah merasakan keanehan tapi biasanya dia juga tidak bisa mengendalikan putranya ini.Fredy menatap kamar persalinan dengan tatapan penuh arti lalu dia menolehkan kepala dan berjalan menuju lift."Apa? Bukankah dia adalah keluarganya? Kenapa malah pergi meninggalkan aku di sini? Aku akan pergi karena cucuku sudah tidak ada!" ujar Ratna kesal sambil
"Kamu harus menjadi penurut dan beretika. Harus menyapa orang dewasa saat melihat mereka!"Dela memejamkan mata sambil menahan sakit, dia tidak ingin mengajari anaknya menjadi licik sejak kecil, dia hanya ingin mengajari anaknya cara bertahan hidup, tidak ingin anaknya diabaikan dan menerima penindasan sejak kecil!Dela merasa sangat sedih sangat teringat dengan kemungkinan anaknya tidak dizinkan masuk ke rumah saat hujan di malam hari, teringat Fredy yang hanya akan menyukai anak lain dan tidak menyukai anak Dela."Jangan bersikap tidak baik pada anaknya, jangan!"Seiring dengan berjalannya waktu, tendangan bayi di dalam perut ini semakin sering dan keras sehingga perut bagian Dela terasa semakin sakit.Dela yang sejak tadi menahan diri itu akhirnya berteriak menangis."Sudah hampir pembukaan sepuluh, tahan sebentar lagi, setelah itu sudah bisa melahirkan!" Dokter kandungan memberi semangat."Anakku kamu harus ingat dengan ucapan mama. Harus ingat!" Dela tidak lupa mengingatkan anakn
"Nyonya jangan bersedih lagi, cepat makan buburnya!" Ibu Sinta menyendokkan sesendok bubur ke mulut Dela dan membujuk Dela agar makan.Dela yang bersandar kesakitan tidak bereaksi, dia terus menatap ke depan tanpa berkedip sama sekali seperti sebuah patung yang tidak memiliki nyawa.Ibu Sinta merapikan rambut Dela yang terlihat acak-acakan dengan sedih, rasa sakit membuat air matanya mengalir, "Nyonya, kalau orang lain tidak baik kepada sekitarnya itu bisa dimengerti dan tidak pantas untuk merasa marah tapi kalau diri sendiri yang tidak baik kepada diri sendiri itu benar-benar tindakan yang bodoh, benar bukan?"Dela masih tidak bergerak, tidak tahu pikirannya sudah melayang ke mana."Nyonya harus bersikap lebih baik pada diri sendiri, hidup lebih baik dari mereka adalah pembalasan dendam yang terbesar! Kalau kamu terus sedih seperti ini mereka hanya akan merasa lebih senang!" Bukannya Ibu Sinta menjelekkan majikan tapi memang tindakan Nyonya Besar Wijaya ini sudah keterlaluan.Melihat
Klek, pintu kamar perlahan terbuka terlihat seorang perawat masuk sambil mendorong troli, "Selamat pagi, waktunya suntik lagi!"Dela menghela napas dengan lega, ternyata adalah perawat, "Selamat pagi!"perawat memasang botol infus lalu menusukkan jarum dengan stabil ke dalam nadi Dela.Saat perawat keluar sambil mendorong trolinya, terlihat Darwin yang memakai jas dokter masuk."Dokter Darwin kenapa kamu kemari?" perawat itu langsung menunduk dengan pipi yang memerah."Oh, aku datang menjenguk teman!" Darwin mengangguk kepada perawat lalu menatap Dela yang berbaring.Wajah Dela yang pucat terlihat sedikit gegabah saat melihat Darwin, napasnya juga menjadi lebih berat.Perawat lalu pergi sambil mendorong troli setelah selesai menyapa, Darwin berdiri sambil diam untuk waktu yang lama lalu menunduk berkata,"Kakak ipar, maaf!"Tangan Dela yang menggenggam seprai perlahan terlepas, "Tidak ada gunanya mengatakan hal itu! Pergilah!" Dela tidak ingin melihatnya karena dia hanya membuat Dela t
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah
Fredy melemparkan orang yang mabuk sampai tidak bisa berdiri dengan stabil ini ke atas ranjang besar di kamar presidential suite.Julius yang sudah tidak sadarkan diri bergumam tidak jelas di atas ranjang, gerakan tangannya juga terlihat tidak jelas.Dela yang masuk setelahnya sengaja tidak menutup pintu, "Terima kasih Presdir Wijaya sudah membawa Presdir Julius kemari, aku saja yang menjaganya di sini tidak perlu merepotkan Presdir Wijaya lagi."Dela berdiri di samping pintu, mengucapkan terima kasih dengan sopan dan formal lalu meminta Fredy untuk pergi.Fredy sepertinya tidak mendengar ucapannya, dia menghembuskan napas dan berbalik menatap Dela, "Aku sedikit haus, bisakah ambilkan sedikit air untukku!"Kamar presidential suite memiliki segalanya dan akan terlihat sedikit berlebihan kalau meminta pelayan mengantarnya. Bagaimanapun juga dia sudah membawa Julius kemari, tidak peduli sebagai pacar atau bawahan Julius, Dela tidak bisa menolak permin
"Haha, tidak disangka Presdir Wijaya humoris juga!" Julius yang masih mudah hanya ikut tertawa, Fredy yang hanya mengucapkan beberapa kata kasar sudah membuat Julius merasa hubungan mereka sudah dekat.Dela sangat kesal sampai tidak bisa berbicara, sekarang dia baru tahu ternyata Julius itu sama seperti wanita lain, tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita.Julius menjawab ucapan tapi Fredy malah tidak melanjutkan pembicaraan ini, "Lebih baik kita kembali ke bisnis saja, ayo pesan makanan dulu, jangan biarkan manajernya panik! Dela, coba lihat apa yang kamu suka?"Panggilan Fredy terdengar semakin akrab, tadi dia masih memanggil Dela Amanda, lalu Nona Dela dan sekarang langsung memanggil nama Dela.Panggilan ini membuat Dela merasa tidak nyaman, atas dasar apa Fredy memanggil namanya dengan begitu akrab? Lagi pula, Dela semakin tidak suka Fredy yang mendekat sesuka hati dan menyemburkan hawa panas pada tubuh Dela.Untuk menghindari gangguan dar
Dela menatap ponselnya dengan penasaran, dia mendecak lalu menyimpan ponselnya dan membuka pintu.Melihat lampu di apartemen lantai 12 sudah menyala, Julius yang bersandar di mobil bersiap membuka pintu mobilnya.Saat ini, sebuah mobil muncul dari kegelapan melewati mobilnya sehingga hampir menabrak Julius, "Hei, apa kamu bisa menyetir atau tidak."Mobil itu langsung berhenti, pemilik mobil seolah-olah sengaja memprovokasi dengan melemparkan puntung rokok keluar lalu melaju pergi.Dela yang memakai gaun bermerek warna emas mengikuti Presdir MBS masuk ke sebuah hotel lokal yang terkenal, mereka berdua menuju sebuah ruangan pribadi di lantai dua.Ruang pribadi yang didekorasi dengan begitu megah cukup untu menampung pesta kecil berjumlah 30 orang. Di atas meja bundar yang sangat bersih terdapat sebuah lampu kuning bulat, cahaya keemasan yang lembut membuat ruangan itu terlihat lebih indah.Namun, dalam ruangan sebesar ini tidak terlihat orang lain selain mereka berdua!Dela mengernyit d