Brak
Angel yang mencuri dengar di luar langsung menerobos masuk lalu menghampiri Fredy sambil berteriak keras, "Kakak Ipar, Kakak Sepupu memukulku dengan tangan kanannya. Kamu harus memberi keadilan untukku, dia terlalu menindas orang!"
Fredy mengernyit lalu terlihat kesal, "Kamu keluar dulu, tidak ada urusanmu di sini. Aku ingin dia menjawab dengan sendirinya, kalau tidak bagaimana dia bisa mengingatnya? Kalau begitu kelak dia akan memukulmu lagi!"
Ucapan Fredy menusuk hati Dela dengan sangat dalam. Siapa pun bisa melihat bahwa Angel sekarang sedang berpura-pura merasa tertindas, tapi Fredy malah menyalahkan Dela tanpa peduli dengan kebenarannya.
"Kakak Ipar, Kakak Sepupu sudah menghina aku, bahkan masih memukulku. Lihatlah tanganku sudah terluka!" Angel memperlihatkan luka yang dia buat sendiri kepada Fredy.
"Angel, kamu cepat keluar saja!" Dela tiba-tiba menunjuk pintu kamar lalu berteriak keras, dia bersikeras ingin agar Angel sadar siapa pemer
Fredy menatap Ayah mertuanya dengan tenang seolah-olah dia tidak mengerti dengan pembicaraan ini dan membiarkan Ayah mertuanya untuk tetap berbicara.Fredy ingin mendengar bagaimana Ayah mertuanya membahas masalah ini? Menarik sekali, Ayah mertuanya ternyata menggunakan 'wanita penggoda' untuk mengatasi menantunya.David semakin canggung menatap putrinya, "Dela, Fredy biasanya sibuk bekerja. Kamu harus bisa maklum kepadanya. Oh ya, kamu ambilkan ginseng yang sudah aku simpan bertahun-tahun di atas, biarkan Fredy memulihkan tubuhnya!""Baik!" jawab Dela dengan nada datar.Fredy menatap tajam ke arah David, "Terima kasih Ayah mertua tapi aku sangat pemilih. Benda seperti itu tidak bisa diberikan sembarangan kepadaku, aku juga malas untuk menyentuhnya karena akan sulit untuk diurus nantinya!"Seharusnya David tahu bahwa dirinya sama sekali tidak menyentuh Angel, bukan! Maaf sekali walau dirinya sangat serakah, dia juga belum sampai ke tahap tidak meno
"Ayah, menurutmu kemampuan apa yang aku miliki sehingga Fredy bisa meminjamkan uang kepadamu? Apakah Ayah masih tidak tahu bagaimana awal mulanya penikahan ini?" ujar Dela dengan suara rendah karena takut orang yang di kamar mandi bisa mendengar suaranya."Tidak peduli bagaimana awal mulanya tapi sekarang sikap Fredy terhadapmu pasti tidak sama."Dela tersenyum masam, "Ayah, tidak sama di mananya. Sudah bagus dia tidak melawan keluarga kita, bagaimana Ayah masih bisa berpikir ingin meminta bantuannya?""Dela, dengarkan Ayah, tidak ada yang terjadi antara dia dan Angel malah dia masih mengusir Angel pulang. Menurutmu tindakannya seperti ini menunjukkan kamu tidak berharga untuknya?""Tidak ada yang terjadi dengan Angel?" Hati Dela bergejolak tapi dia mengerti kalau ini semua belum tentu karena dirinya."Ayah, kemarin bukankah dia sudah mengatakan dengan jelas? Dia itu sangat pemilih jadi tindakannya ini tidak berarti apapun!""Putriku kenapa kamu begitu tidak percaya diri? Percaya kepa
Dela menatap sarapan yang sudah disiapkan tapi malah tidak disentuh itu, dia sedikit khawatir."Tubuh Tuan pasti tidak akan mampu bertahan!" Ibu Sinta menggeleng khawatir."Ibu Sinta, " tanya Dela dengan sungkan sambil melipat tangan di dadanya, "Ibu Sinta, bisakah aku pergi mengantar sarapan untuk Tuan? Dia selalu lupa makan saat sedang bekerja!"Dari kebiasaan setiap hari tidak sulit melihat bahwa hubungan Fredy dan Ibu Sinta lebih dekat jadi Dela ingin menanyakan pendapat Ibu Sinta."Tentu saja bisa!" Ibu Sinta mengangguk sambil tertawa, dia sangat mendukung ide Dela."Apa dia tidak akan marah?"Senyum di wajah Ibu Sinta sedikit berkurang, "Apakah kamu tidak akan pergi lagi kalau aku katakan dia akan marah?""Aku ingin pergi!" Dela melakukan ini bukan karena ingin bersikap baik supaya bisa meminjam uang tapi karena Fredy sama sekali tidak benar-benar melukainya pada malam pernikahan, karena itu Dela ingin mencoba memperbaiki hubungan mereka berdua."Kalau begitu pergi saja! Kalau k
Sejak pagi sampai sekarang isi kepalanya hanya dipenuhi oleh Dela, Fredy sendiri sama sekali tidak menyukai perasaan seperti ini. Baginya wanita hanya seperti suplemen hidup untuknya, hanya untuk hiburan saat lelah karena pulang bekerja!Tentu saja Dela tidak dikecualikan, nilai lebih Dela dibanding dengan wanita lain hanya postur tubuh Dela yang lebih menarik, wajahnya juga lebih cantik, suaranya juga terdengar lebih merdu."Benar-benar aneh sekali. Apakah keinginanmu belakangan ini tidak terpuaskan? Dengar-dengar kamu sudah memecat Jesi? Kenapa masih belum menemukan partner yang cocok?" tanya Brian penasaran, dia tidak mungkin bisa tidak datang bergosip setelah menyelesaikan pekerjaannya.Fredy mengambil cerutu di asbak lalu bersandar di kursi sambil menghisap cerutunya dengan perlahan."Wah kamu memang benar-benar tidak terpuaskan? Apa perlu aku kenalkan kepadamu beberapa wanita cantik?" ujar Brian dengan sangat gembira, "Bagaimana kalau malam nanti kita pesan sebuah PUB?""Tidak p
Brian berdiri dari kursinya lalu memperkenalkan dirinya secara resmi, "Kakak Ipar, namaku Brian Loy, hubunganku dengan Fredy adalah ….""Partner kerja, Presdir Brian tolong kamu keluar dulu. Masih ada yang harus aku kerjakan!" Fredy memotong ucapan Brian mengisyaratkan supaya Brian tidak berbicara sembarangan."Tapi aku masih belum selesai berbicara!" ujar Brian tidak senang.Tatapan mata Fredy terlihat penuh dengan ancaman peringatan, dia lalu berkata dengan nada penuh tekanan, "Ehm biaya yang kamu habiskan di Pasar Eudania itu.""Maaf Kakak Ipar, aku masih ada urusan jadi aku pergi dulu. Kita mengobrol di lain waktu saja, ada banyak cerita menarik yang ingin aku ceritakan kepadamu!" ujar Brian sambil tersenyum kepada Dela. Dia lalu segera berjalan keluar setelah selesai berkata."Kalau begitu aku juga pergi dulu!""Sudah datang kemari, duduklah sebentar!" Fredy berdiri dan berjalan menuju ke arah Dela.Dela tanpa sadar berjalan mundur, sebelumnya Fredy memiliki perasaan jijik terhad
Adegan ambigu di atas sofa itu berlangsung semakin panas, rambut Dela yang awalnya diikat itu tidak tahu sejak kapan sudah tergerai lepas.Dela yang menutup mata sekali lagi jatuh ke dalam pusaran gairah yang Fredy ciptakan, desahan-desahan yang anggun terus terdengar dari bibirnya yang merah.Jari-jarinya yang ramping memegang kulit sofa dengan erat karena perasaannya yang terus bergejolak. Sepasang kakinya yang lemah ditekuk karena gerakan kasar dari Fredy di belakang.Fredy juga tenggelam dalam kegembiraan ini, sepanjang sore kepalanya dipenuhi dengan Dela yang sangat memikatnya jadi tentu saja Fredy tidak akan menyia-nyiakan kedatangan Dela.Dorongan yang bergerak secara terus-menerus akhirnya mencapai puncaknya, Fredy mempercepat gerakan pinggangnya lalu mengangkat tubuh Dela lebih tinggi.Napas kasar dan erangan lembut terjalin dengan sangat menyakitkan serta penuh antusias, saat mereka berdua akan segera mencapai puncaknya….Brak!!"Fredy, maaf aku benar-benar sudah tahu kesala
Saat keluar dari kamar mandi, Dela melihat hanya tersisa Fredy sendiri yang sedang duduk di atas sofa sambil menggoyangkan gelas winenya dengan pelan.Dela merasa sedikit pusing melihat wine kental yang digoyang dalam gelas itu.Ekspresi wajah Fredy terlihat datar seperti hubungan penuh cinta yang tadi mereka lakukan sama sekali tidak pernah terjadi, tidak ada sedikitpun perasaan bersalah dari Fredy karena selingkuhannya datang membuat keributan."Aku pergi dulu!" pamit Dela."Kamu sudah senang?" suara Fredy terdengar tenang, "Apa kamu sudah puas karena bisa datang ke kantor tanpa seizinku?" lanjut Fredy.Semua yang Dela alami hari ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Fredy, Dela sendiri yang ingin datang kemari!"Ya, bisa melihat sisi lain dari dirimu seharusnya juga bukan hal yang buruk!" ujar Dela dengan santai bahkan dia masih tersenyum misterius."Haha, apakah kamu tidak sedih?""Sedih?" Dela tertawa dengan polos, "Tentu saja tidak, kamu sudah memberi tahu kalau aku hanya
Dela yang duduk di sudut cafe menutup bibir tidak sanggup menahan isakan tangisnya. Air matanya yang hangat masuk ke dalam sela jari dan membasahi telapak tangannya.Dalam hati Fredy, Dela hanya seorang wanita licik yang memiliki tujuan sendiri, dia sama sekali menganggap remeh Dela!Untung saja Dela masih belum mengatakan ingin meminjam uang dari Fredy, kalau tidak Dela akan merasa semakin malu.Sebuah dering ponsel yang tiba-tiba terdengar membuyarkan perasaan sedihnya.Orang yang menelepon adalah David yang sangat tidak sabar untuk menerima uang."Ayah!""Putriku bagaimana, apakah Fredy sudah setuju?'Walaupun tidak tega, Dela tetap ingin berkata jujur, "Tidak Ayah, bisakah kita pikirkan cara lain saja?""Cara lain apa lagi? Aku membutuhkan setidaknya 100 miliar!""100 miliar? Ayah kenapa banyak sekali?" Dela membelalak terkejut, "Dari mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu!""Karena itu aku memintamu untuk memohon kepada Fredy, jumlah uang sebesar ini mungkin adalah jumlah yang b