"Ah Kakak Ipar kamu hebat sekali, lebih kuat lagi." Erangan antusias serta menyakitkan terdengar begitu heboh masuk terdengar oleh Dela melalui dinding.
Air matanya mengalir seperti bendungan tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengendalikan rasa sakit dalam hatinya.
Awalnya Dela berpikir dirinya bisa menerima Fredy bersama dengan wanita lain karena Fredy sendiri tidak mencintai Dela. Tapi saat menghadapi kenyataan ini, Dela baru merasakan ternyata hal itu tidak seperti yang dia bayangkan.
Sekarang hati Dela sangat sakit, dia sangat ingin pergi ke kamar sebelah lalu mengusir wanita itu keluar.
"Namun …. "
Dela langsung terduduk di atas ranjang. Dia sekarang sudah menyerah untuk menahan kekuatan Fredy, dia sekarang hanya bisa bersembunyi.
Dela masuk ke ruang baca dengan berlinangan air mata. Sebelumnya dia melihat ada alat pemutar musik di dalam jadi dia tidak perlu mendengar suara yang menyayat hatinya lagi.
***************
Musik sedih ….Vila yang awalnya dalam suasana bahagia ternyata malah memutar musik sedih pada hari acara pernikahan. Tidak hanya orang-orang di dalam vila yang tercengang, bahkan para tetangga juga mengira ada bencana besar yang terjadi pada Keluarga Wijaya di hari pernikahan.Keesokkan harinya, ada beberapa media yang mulai memberitakan kabar ini sehingga hal ini menjadi topik pembicaraan hangat di internet, selain itu juga menjadi topik pembicaraan orang-orang.Lalu masalah musik sedih ini adalah hal yang sangat serius untuk seluruh Keluarga Wijaya.Sepanjang pagi, aula Kediaman Wijaya yang sunyi terasa sangat tegang juga sensitif bahkan semua orang yang hadir tidak berani bernapas."Maaf Kakek, Ayah, Ibu. Aku benar-benar minta maaf untuk masalah ini!" Dela menundukkan kepala, dia berdiri di tengah aula Kediaman Wijaya sambil meminta maaf untuk masalah yang dia timbulkan kemarin malam.Bram, Kepala Keluarga Wijaya meletakkan cangki
PlakSetumpuk kertas A4 menghantam wajah Dela dengan keras sehingga dia terkejut bahkan sudut tumpukan kertas itu mengenai matanya begitu perih sampai dia meneteskan air mata.Cahaya dingin dari mata elang Fredy langsung melesat lurus seperti bongkahan es kepada Dela, "Aku berikan waktu dua hari kalau kamu tidak tanda tangan, aku pasti akan membuat perusahaan ayahmu bangkrut.""Tidak Fredy, aku bisa menjelaskan masalah ini, aku benar-benar tidak sengaja!" Dela yang terduduk di atas lantai menggelengkan kepalanya dengan kuat, benjolan yang berdarah di dahinya terlihat semakin mengejutkan."Jelaskan? Jelaskan apa?" teriak Fredy dengan keras sambil menekan pergelangan tangan Dela, dia terlihat begitu emosi sampai urat nadinya terlihat, "Apa yang bisa kamu jelaskan lagi dengan memutar lagu sedih pada malam pernikahan kita? Kamu jelas sekali sengaja mengutuk Keluarga Wijaya agar sial!""Tidak seperti yang kamu pikirkan, aku hanya terlalu sakit hati, ter
Rumah sakit Clere."Tidak mau, aku tidak mau makan benda seperti itu!" Bram mendorong makanan di tangan pelayan sambil berteriak keras, "Aku tidak ingin makan rumput-rumputan itu!""Kakek, sekarang Kakek tidak bisa makan," bujuk Fredy yang berada di sebelahnya.Bram yang dirawat di rumah sakit selama 2 hari sudah memaki semua orang Keluarga Wijaya sampai kabur, semua orang di luar menaruh harapan pada 'penerus keluarga' yaitu generasi ketiga Keluarga Wijaya, berharap dia bisa membujuk Kakek."Apa maksudnya tidak bisa makan? Aku malah ingin makan!" teriak Bram sambil melotot, dia melanjutkan dengan ekspresi wajah tidak bisa diajak berkompromi, "Suruh orang rumah antarkan atau kamu langsung suruh pihak restoran mengantarnya untukku, aku akan bisa makan makanan dari rumah sakit.""Pihak rumah sakit tidak mengizinkan kamu untuk makan makananan seperti itu, kamu harus perhatikan jantungmu!" ujar Fredy dengan sabar, dia merasa kesulitan menghadapi Kakekn
Keluarga Wijaya yang tidak percaya juga khawatir tercengang saling bertukar pandang saat mendengar suara tertawa dari dalam kamar.Kakek yang memiliki sifat aneh ternyata takluk kepada gadis yang penuh dengan trik seperti itu? Apa maksudnya ini? Seharusnya Kakek marah pada dia."Tidak disangka ternyata kamu begitu pandai memask juga? Daging merah ini enak sekali!" Kakek memuji Dela sambil memasukkan daging merah ke dalam mulutnya."Haha, makanlah lebih banyak kalau Kakek suka." Dela yang duduk di samping ranjang tersenyum lalu mengambil semangkuk bubur untuknya."Dela, apa maksudmu dengan memberikan Kakek makan daging merah?" Fredy yang penasaran langsung masuk lalu menarik pergelangan tangannya."Uh." Dela merintih kesakitan.Bram yang sedang sakit berteriak keras, "Hei bocah bajingan apa yang kamu lakukan?"Fredy yang kesal menarik Dela lalu bertanya dengan suara rendah, "Apa tujuanmu memberikan daging merah kepada orang tua yang me
Dela membawa termosnya lalu berjalan keluar mengikuti Fredy menuju mobilnya. Dela merasa sangat ketakutan serta gugup juga rasa senang karena tidak jadi bercerai.Setelah pintu mobil ditutup, wajah dingin Fredy memperlihatkan senyum sinis pada wajah yang terpantul pada kaca spion, "Tidak buruk juga? Menyebutmu sebagai orang licik tidak berlebihan, bukan?"Dela sudah menebak Fredy akan berkata seperti itu jadi dia sama sekali tidak sedih. Dela mengedipkan mata lalu menjawab, "Walaupun sekarang kita sudah bercerai, aku tetap akan datang menjenguk Kakek. Bagaimanapun juga aku yang membuat Kakek marah, aku akan merasa sangat bersalah kalau tidak melakukan sesuatu!""Jangan ucapkan lagi kata-kata indah! Tentu saja kamu juga tidak perlu menjelaskan, aku sepenuhnya sedang merasa kagum padamu. Haha, sepertinya waktu dua hari sudah terlalu banyak untukkmu, aku masih harus berpura-pura menjalani hubungan suami istri denganmu bahkan masih harus melahirkan anak."Del
"Uh." Dela mendongakkan kepala menerima tekanan di bibir merahnya lalu membuka giginya saat menerima tekanan terus-menerus dari Fredy untuk membiarkannya masuk ke dalam mulut Dela dengan sangat mendominasi.Gerakan Fredy perlahan menjadi lambat, ciuman Fredy menjadi lebih lembut juga sensitif. Ujung lidahnya menyusuri setiap inci mulut Dela lalu melilit lidah Dela dengan lincah, mempermainkannya seperti hewan peliharaan. Gerakan yang santai itu membuat Dela tidak bisa menyembunyikan diri.Ciuman yang awalnya hanya untuk mempermainkan Dela malah membuat Fredy terpancing juga tenggelam ke dalam.Fredy tiba-tiba memeluk tubuh Dela ke dalam pelukannya.Tangan besar yang berada di tubuh Dela dengan perlahan menyusuri punggung Dela dengan penuh antusias. Tangan yang berada di pinggang Dela juga masuk ke dalam roknya lalu membelai lembut bagian dalam pahanya."Uh." Dela berusaha keras untuk bergerak, tidak ingin dia melanjutkan.Namun Fredy malah m
Dela menggeleng meraih kemejanya, "Aku sudah katakan aku akan tetap menjenguk Kakek walaupun kita bercerai." "Hentikan, aku malas mendengar penjelasanmu!" Fredy memotong ucapan Dela dengan dingin. Melihat ekspresi Dela yang seperti sudah difitnah, Fredy semakin merasa dia sangat licik bahkan semakin ingin melukainya. Dia berbalik dingin lalu merapikan pakaiannya, "Karena beberapa hari ini kamu tidak bisa maka aku tidak perlu kembali ke kamar lagi, aku rasa orang di sebelah sangat bersedia memuaskan keinginanku!" "Tidak boleh, kamu tidak boleh pergi!" Dela mengejar Fredy dengan cepat. Tidak disangka Dela memeluk Fredy dengan erat dari belakang, pipinya menempel pada punggun Fredy yang kokoh lalu berteriak, "Tidak peduli bagaimanapun juga kamu adalah suamiku. Aku adalah istrimu, kamu tidak boleh pergi mencari wanita lain! Aku sudah merasakan sakit hati saat malam pernikahan, kali ini aku tidak mau merasakannya lagi. Aku mohon jangan pergi mencari dia!"
"Kakak Ipar, apakah Kakak Sepupu membuatmu marah lagi?" Angel yang mencuri dengar di depan pintu memeluk lengan Fredy.Fredy yang ingin membuat Dela kesal sama sekali tidak menghindar dari Angel."Lepaskan, dia adalah suamiku!" Dela yang sudah memakai pakaiannya kembali keluar dari kamar lalu berteriak keras, dia juga mendorong Angel lalu memeluk lengan Fredy seperti sedang mengumumkan wilayah kekuasaannya.Angel yang didorong merasa tidak senang lalu bersikap imut kepada Fredy, "Kakak Ipar, lihatlah Kakak Sepupu sangat galak!"Dela menahan emosinya lalu berkata tenang, "Angel kamu sudah boleh pulang. Tubuhku sekarang sudah pulih, aku sudah bisa mengurus rumah sendiri jadi tidak membutuhkan bantuanmu lagi!"Angel mengernyit lalu membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu!"Pulang kamu!" Dela berteriak sekali lagi."Kakak Ipar apakah kamu ingin aku pulang?" tanya Angel dengan manja.Sikap sombong Dela tidak membuat Fredy
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah
Fredy melemparkan orang yang mabuk sampai tidak bisa berdiri dengan stabil ini ke atas ranjang besar di kamar presidential suite.Julius yang sudah tidak sadarkan diri bergumam tidak jelas di atas ranjang, gerakan tangannya juga terlihat tidak jelas.Dela yang masuk setelahnya sengaja tidak menutup pintu, "Terima kasih Presdir Wijaya sudah membawa Presdir Julius kemari, aku saja yang menjaganya di sini tidak perlu merepotkan Presdir Wijaya lagi."Dela berdiri di samping pintu, mengucapkan terima kasih dengan sopan dan formal lalu meminta Fredy untuk pergi.Fredy sepertinya tidak mendengar ucapannya, dia menghembuskan napas dan berbalik menatap Dela, "Aku sedikit haus, bisakah ambilkan sedikit air untukku!"Kamar presidential suite memiliki segalanya dan akan terlihat sedikit berlebihan kalau meminta pelayan mengantarnya. Bagaimanapun juga dia sudah membawa Julius kemari, tidak peduli sebagai pacar atau bawahan Julius, Dela tidak bisa menolak permin
"Haha, tidak disangka Presdir Wijaya humoris juga!" Julius yang masih mudah hanya ikut tertawa, Fredy yang hanya mengucapkan beberapa kata kasar sudah membuat Julius merasa hubungan mereka sudah dekat.Dela sangat kesal sampai tidak bisa berbicara, sekarang dia baru tahu ternyata Julius itu sama seperti wanita lain, tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita.Julius menjawab ucapan tapi Fredy malah tidak melanjutkan pembicaraan ini, "Lebih baik kita kembali ke bisnis saja, ayo pesan makanan dulu, jangan biarkan manajernya panik! Dela, coba lihat apa yang kamu suka?"Panggilan Fredy terdengar semakin akrab, tadi dia masih memanggil Dela Amanda, lalu Nona Dela dan sekarang langsung memanggil nama Dela.Panggilan ini membuat Dela merasa tidak nyaman, atas dasar apa Fredy memanggil namanya dengan begitu akrab? Lagi pula, Dela semakin tidak suka Fredy yang mendekat sesuka hati dan menyemburkan hawa panas pada tubuh Dela.Untuk menghindari gangguan dar
Dela menatap ponselnya dengan penasaran, dia mendecak lalu menyimpan ponselnya dan membuka pintu.Melihat lampu di apartemen lantai 12 sudah menyala, Julius yang bersandar di mobil bersiap membuka pintu mobilnya.Saat ini, sebuah mobil muncul dari kegelapan melewati mobilnya sehingga hampir menabrak Julius, "Hei, apa kamu bisa menyetir atau tidak."Mobil itu langsung berhenti, pemilik mobil seolah-olah sengaja memprovokasi dengan melemparkan puntung rokok keluar lalu melaju pergi.Dela yang memakai gaun bermerek warna emas mengikuti Presdir MBS masuk ke sebuah hotel lokal yang terkenal, mereka berdua menuju sebuah ruangan pribadi di lantai dua.Ruang pribadi yang didekorasi dengan begitu megah cukup untu menampung pesta kecil berjumlah 30 orang. Di atas meja bundar yang sangat bersih terdapat sebuah lampu kuning bulat, cahaya keemasan yang lembut membuat ruangan itu terlihat lebih indah.Namun, dalam ruangan sebesar ini tidak terlihat orang lain selain mereka berdua!Dela mengernyit d