"Siapa?" Dela yang masih ketakutan menghentikan langkahnya, dia berbalik sambil menelan ludah.
"Ayo naik, aku akan beri tahu kamu!"
"Sudahlah kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku juga tidak ingin tahu!" Dela berkata dengan sedikit terbata-bata, karena ketakutan dia memperlambat langkahnya. Setidaknya orang ini bukan hantu, bahkan dia terlihat baik.
Brian Loy menopang satu tangannya di pintu mobil lalu satu tangan lagi memegang kemudi mobil, wajahnya yang lebih cantik dibandingkan dengan seorang wanita menatap ke arah Dela, "Apakah kamu tadi melihat seorang wanita yang memakai pakaian warna merah menghentikan mobil?"
"Tidak." Dela menatap pakaiannya lalu menggelengkan kepala, "Kamu jangan menakutiku. Hanya ada aku sendiri di jalan ini lalu mobilmu adalah mobil kedua yang melewati jalan ini!"
"Oh begitu!" Brian melanjutkan lagi tanpa ragu, "Aku tidak menakutimu, aku hanya penasaran saja. Setiap kali melewati tempat ini, aku akan dengan sengaja men
Mobil sport perak perlahan berhenti di perumahan Blue Bay, saat ini seluruh perumahan terlihat terang bahkan dinding yang putih juga sedang memancarkan aura kilatan kebahagiaan di luarnya."Aku sudah sampai, terima kasih karena sudah mengantarku!" Dela membuka sabuk pengaman lalu bersiap untuk turun. Walaupun dia sudah ditakuti, bisa sampai di sini dengan mobil sudah termasuk keberuntungan Dela."Apakah kamu terkejut dengan kisah hantuku?""Tidak." Tubuh Dela tanpa sadar mengigil, dia hanya tidak merasa aman. "Kamu jelas-jelas sedang berbohong, sama sekali tidak mungkin ada mobil barang yang melewati jalan ini.""Haha." Brian tersenyum datar, tidak ingin menahan pemikirannya, "Sepertinya ada acara pernikahan di sini, apakah kamu pengantin barunya?"Dela membuka pintu mobil lalu berkata sambil mengejek diri sendiri, "Apakah ada pengantin yang terlihat menyedihkan seperti aku? Tengah malam berjalan tanpa alas kaki di jalanan!""Haha, memiliki
Dela yang baru saja keluar dari kamar mandi duduk tercengang di atas seprai berwarna merah selama beberapa detik, tapi dengan cepat dia tersadarkan kembali lalu berjalan ke depan meja rias untuk menyeka rambut bergelombang miliknya.Beberapa helai rambut hitam jatuh dari handuk putih lalu menempel di lehernya yang anggun seperti angsa.Fredy menatap orang yang terlihat di cermin melalui kabut asap berbau nikotin. Kain sutra sama sekali tidak bisa menutupi postur tubuhnya yang sempurna terutama bagian depannya yang sempurna bergoyang lembut serentak dengan gerakannya.Fredy tidak bisa menahan diri untuk mengingat kembali rupa Dela saat itu. Dia mengingat dengan jelas setiap inci tubuhnya, kedua kakinya yang melingkar di pinggang Fredy mendesak Fredy untuk bergoyang lebih cepat.Saat mengingat hal ini, tatapan mata Fredy menjadi dingin tidak bisa ditebak. Dia bangkit berdiri dari sofa dengan tidak nyaman lalu berjalan perlahan mendekati meja rias.Or
Dela yang hatinya sangat sakit bahkan gemetaran saat bernapas memiliki hak apa untuk mencegah Fredy? Fredy sangat membenci pernikahan ini, tentu saja dia tidak akan memperhatikan kebersihan dirinya demi seorang istri yang tidak dia cintai, apalagi gadis itu juga diberikan oleh Keluarga Amanda sendiri. Fredy menarik kantong kecil yang dibungkus kertas itu lalu menghitungnya dengan serius, "Haha, ada 10 pasang. Persiapanmu untukku cukup lengkap juga!" Dela menggigit bibir bawahnya dengan kuat! Fredy sendiri juga tidak tahu kenapa dia harus emosi, intinya dia marah tanpa alasan. Emosinya begitu tinggi sampai dia hanya ingin melukai Dela, ingin merobek Dela. Fredy mengendalikan emosinya lalu berpura-pura tenang. Dia tersenyum mengejek lalu menundukkan kepalanya berbisik di telinga Dela, "Oh ya, bukankah dia adalah gadis yang diberikan oleh Keluargamu?" Fredy sengaja menekankan kata 'gadis'. "Benar!" Hati yang sudah terluka sekarang dilukai lagi.
"Ah Kakak Ipar kamu hebat sekali, lebih kuat lagi." Erangan antusias serta menyakitkan terdengar begitu heboh masuk terdengar oleh Dela melalui dinding.Air matanya mengalir seperti bendungan tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengendalikan rasa sakit dalam hatinya.Awalnya Dela berpikir dirinya bisa menerima Fredy bersama dengan wanita lain karena Fredy sendiri tidak mencintai Dela. Tapi saat menghadapi kenyataan ini, Dela baru merasakan ternyata hal itu tidak seperti yang dia bayangkan.Sekarang hati Dela sangat sakit, dia sangat ingin pergi ke kamar sebelah lalu mengusir wanita itu keluar."Namun …. "Dela langsung terduduk di atas ranjang. Dia sekarang sudah menyerah untuk menahan kekuatan Fredy, dia sekarang hanya bisa bersembunyi.Dela masuk ke ruang baca dengan berlinangan air mata. Sebelumnya dia melihat ada alat pemutar musik di dalam jadi dia tidak perlu mendengar suara yang menyayat hatinya lagi.***************
Musik sedih ….Vila yang awalnya dalam suasana bahagia ternyata malah memutar musik sedih pada hari acara pernikahan. Tidak hanya orang-orang di dalam vila yang tercengang, bahkan para tetangga juga mengira ada bencana besar yang terjadi pada Keluarga Wijaya di hari pernikahan.Keesokkan harinya, ada beberapa media yang mulai memberitakan kabar ini sehingga hal ini menjadi topik pembicaraan hangat di internet, selain itu juga menjadi topik pembicaraan orang-orang.Lalu masalah musik sedih ini adalah hal yang sangat serius untuk seluruh Keluarga Wijaya.Sepanjang pagi, aula Kediaman Wijaya yang sunyi terasa sangat tegang juga sensitif bahkan semua orang yang hadir tidak berani bernapas."Maaf Kakek, Ayah, Ibu. Aku benar-benar minta maaf untuk masalah ini!" Dela menundukkan kepala, dia berdiri di tengah aula Kediaman Wijaya sambil meminta maaf untuk masalah yang dia timbulkan kemarin malam.Bram, Kepala Keluarga Wijaya meletakkan cangki
PlakSetumpuk kertas A4 menghantam wajah Dela dengan keras sehingga dia terkejut bahkan sudut tumpukan kertas itu mengenai matanya begitu perih sampai dia meneteskan air mata.Cahaya dingin dari mata elang Fredy langsung melesat lurus seperti bongkahan es kepada Dela, "Aku berikan waktu dua hari kalau kamu tidak tanda tangan, aku pasti akan membuat perusahaan ayahmu bangkrut.""Tidak Fredy, aku bisa menjelaskan masalah ini, aku benar-benar tidak sengaja!" Dela yang terduduk di atas lantai menggelengkan kepalanya dengan kuat, benjolan yang berdarah di dahinya terlihat semakin mengejutkan."Jelaskan? Jelaskan apa?" teriak Fredy dengan keras sambil menekan pergelangan tangan Dela, dia terlihat begitu emosi sampai urat nadinya terlihat, "Apa yang bisa kamu jelaskan lagi dengan memutar lagu sedih pada malam pernikahan kita? Kamu jelas sekali sengaja mengutuk Keluarga Wijaya agar sial!""Tidak seperti yang kamu pikirkan, aku hanya terlalu sakit hati, ter
Rumah sakit Clere."Tidak mau, aku tidak mau makan benda seperti itu!" Bram mendorong makanan di tangan pelayan sambil berteriak keras, "Aku tidak ingin makan rumput-rumputan itu!""Kakek, sekarang Kakek tidak bisa makan," bujuk Fredy yang berada di sebelahnya.Bram yang dirawat di rumah sakit selama 2 hari sudah memaki semua orang Keluarga Wijaya sampai kabur, semua orang di luar menaruh harapan pada 'penerus keluarga' yaitu generasi ketiga Keluarga Wijaya, berharap dia bisa membujuk Kakek."Apa maksudnya tidak bisa makan? Aku malah ingin makan!" teriak Bram sambil melotot, dia melanjutkan dengan ekspresi wajah tidak bisa diajak berkompromi, "Suruh orang rumah antarkan atau kamu langsung suruh pihak restoran mengantarnya untukku, aku akan bisa makan makanan dari rumah sakit.""Pihak rumah sakit tidak mengizinkan kamu untuk makan makananan seperti itu, kamu harus perhatikan jantungmu!" ujar Fredy dengan sabar, dia merasa kesulitan menghadapi Kakekn
Keluarga Wijaya yang tidak percaya juga khawatir tercengang saling bertukar pandang saat mendengar suara tertawa dari dalam kamar.Kakek yang memiliki sifat aneh ternyata takluk kepada gadis yang penuh dengan trik seperti itu? Apa maksudnya ini? Seharusnya Kakek marah pada dia."Tidak disangka ternyata kamu begitu pandai memask juga? Daging merah ini enak sekali!" Kakek memuji Dela sambil memasukkan daging merah ke dalam mulutnya."Haha, makanlah lebih banyak kalau Kakek suka." Dela yang duduk di samping ranjang tersenyum lalu mengambil semangkuk bubur untuknya."Dela, apa maksudmu dengan memberikan Kakek makan daging merah?" Fredy yang penasaran langsung masuk lalu menarik pergelangan tangannya."Uh." Dela merintih kesakitan.Bram yang sedang sakit berteriak keras, "Hei bocah bajingan apa yang kamu lakukan?"Fredy yang kesal menarik Dela lalu bertanya dengan suara rendah, "Apa tujuanmu memberikan daging merah kepada orang tua yang me
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah
Fredy melemparkan orang yang mabuk sampai tidak bisa berdiri dengan stabil ini ke atas ranjang besar di kamar presidential suite.Julius yang sudah tidak sadarkan diri bergumam tidak jelas di atas ranjang, gerakan tangannya juga terlihat tidak jelas.Dela yang masuk setelahnya sengaja tidak menutup pintu, "Terima kasih Presdir Wijaya sudah membawa Presdir Julius kemari, aku saja yang menjaganya di sini tidak perlu merepotkan Presdir Wijaya lagi."Dela berdiri di samping pintu, mengucapkan terima kasih dengan sopan dan formal lalu meminta Fredy untuk pergi.Fredy sepertinya tidak mendengar ucapannya, dia menghembuskan napas dan berbalik menatap Dela, "Aku sedikit haus, bisakah ambilkan sedikit air untukku!"Kamar presidential suite memiliki segalanya dan akan terlihat sedikit berlebihan kalau meminta pelayan mengantarnya. Bagaimanapun juga dia sudah membawa Julius kemari, tidak peduli sebagai pacar atau bawahan Julius, Dela tidak bisa menolak permin
"Haha, tidak disangka Presdir Wijaya humoris juga!" Julius yang masih mudah hanya ikut tertawa, Fredy yang hanya mengucapkan beberapa kata kasar sudah membuat Julius merasa hubungan mereka sudah dekat.Dela sangat kesal sampai tidak bisa berbicara, sekarang dia baru tahu ternyata Julius itu sama seperti wanita lain, tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita.Julius menjawab ucapan tapi Fredy malah tidak melanjutkan pembicaraan ini, "Lebih baik kita kembali ke bisnis saja, ayo pesan makanan dulu, jangan biarkan manajernya panik! Dela, coba lihat apa yang kamu suka?"Panggilan Fredy terdengar semakin akrab, tadi dia masih memanggil Dela Amanda, lalu Nona Dela dan sekarang langsung memanggil nama Dela.Panggilan ini membuat Dela merasa tidak nyaman, atas dasar apa Fredy memanggil namanya dengan begitu akrab? Lagi pula, Dela semakin tidak suka Fredy yang mendekat sesuka hati dan menyemburkan hawa panas pada tubuh Dela.Untuk menghindari gangguan dar
Dela menatap ponselnya dengan penasaran, dia mendecak lalu menyimpan ponselnya dan membuka pintu.Melihat lampu di apartemen lantai 12 sudah menyala, Julius yang bersandar di mobil bersiap membuka pintu mobilnya.Saat ini, sebuah mobil muncul dari kegelapan melewati mobilnya sehingga hampir menabrak Julius, "Hei, apa kamu bisa menyetir atau tidak."Mobil itu langsung berhenti, pemilik mobil seolah-olah sengaja memprovokasi dengan melemparkan puntung rokok keluar lalu melaju pergi.Dela yang memakai gaun bermerek warna emas mengikuti Presdir MBS masuk ke sebuah hotel lokal yang terkenal, mereka berdua menuju sebuah ruangan pribadi di lantai dua.Ruang pribadi yang didekorasi dengan begitu megah cukup untu menampung pesta kecil berjumlah 30 orang. Di atas meja bundar yang sangat bersih terdapat sebuah lampu kuning bulat, cahaya keemasan yang lembut membuat ruangan itu terlihat lebih indah.Namun, dalam ruangan sebesar ini tidak terlihat orang lain selain mereka berdua!Dela mengernyit d