Share

Tembakan

Wanita Suku Mui itu merasa heran kenapa Fani diam saja. Biasanya dia selalu bertanya hal-hal kecil sepanjang pelajaran berlangsung. Nuwa merasakan pena yang dipegang temannya selalu salah menuliskan kata-kata.

“Kau sakit? Aku antar pulang, ya?” Nuwa memegang tangan Fani, terasa dingin di musim panas yang terik.

“Tidak. Aku baik-baik saja, ayo, Nuwa.” Lalu Fani diam.

“Ayo ke mana? Katakan apa yang terjadi Fani? Ada yang menyakitimu? Siapa? Lelaki atau perempuan? Ayo kita selesaikan.”

“Tidak ada, Nuwa. Kita menulis saja, nanti Syekh marah.”

“Peduli apa aku kalau Syeikh marah. Kau aneh sekali dari tadi. Bukan seperti Fani.”

“Ehm, harap tenang, sebentar lagi akan dibagikan soal.” Dayyan menegur dua orang yang asyik berbicara itu. Sejenak keduanya tenang.

Masuk pesan di ponsel Fani, berasal dari mata-mata yang menunggu di luar gedung. Ia meminta Fani keluar dan berganti peran. Karena takut Fani pun menurutinya. Ia izin sebentar pada Syeikh Dayyan.

“Ada latihan sebentar lagi, kalau t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status