Beranda / Rumah Tangga / Jangan Remehkan Aku, Mas! / Bab 9 Suamiku Berkhianat

Share

Bab 9 Suamiku Berkhianat

Penulis: QueenSel
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-29 16:33:51

"Ceritanya panjang. Pokoknya nyesek banget kalau aku harus ceritain sekarang."

Indah, merupakan sahabat Mira sejak duduk di bangku SMA. Selama ini, segala macam kisah hidup Mira diketahui oleh Indah, namun semenjak Mira menikah, mereka jadi jarang bersama lagi karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Indah yang saat ini masih berstatus single dan kerja di perusahaan ternama membuat ia jadi jarang punya banyak waktu untuk nongkrong. Sebagian besar waktunya ia habiskan dengan bekerja.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya aku dan Indah sampai juga di restoran ternama yang kebanyakan dikunjungi oleh konglomerat saja. Sebenarnya, aku sempat tidak percaya bahwa Mas Rendy ada dalam restoran itu karena selama aku sama dia, dia tidak pernah ke sana dnegan alasan bayaran yang cukup fantastis.

"Apa kamu yakin Mas Rendy ada di sini?" tanyaku seolah tak percaya.

"Iya, Mira. Soalnya tadi aku makan di dalam sama rekan kerjaku, eh lihat dia dong sama cewek."

Sebelum masuk ke restoran itu, aku menghela nafas panjang berharap bisa lebih tenang ketika melihat Mas Rendy bersama wanita lain di dalam sana.

Langkah demi langkah kutempuh memasuki restoran itu, sedangkan Indah memilih untuk tinggal di luar sana. Katanya, ia tidak mau terlibat dalam masalah rumah tanggaku dan akupun menyetujui itu. Menemaniku hingga sampai ke sini saja aku sudah bersyukur.

Sampai di dalam sana, betapa terkejutnya aku saat langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat aku tidak inginkan. Air mataku mengalir begitu saja dan tubuhku kian melemas seolah tidak memiliki tenaga. Andai saja aku tidak kuat menahan beban diriku, mungkin aku sudah jatuh pingsan di sana melihat pemandangan itu.

Ternyata benar yang dikatakan Indah bahwa saat ini Mas Rendy sedang bersama dengan wanita lain. Bukan hanya itu, mereka terlihat begitu mesra dengan saling menyuapi satu sama lain.

Mas Rendy dan wanita itu terlihat sangat bahagia, bahkan seolah melupakan statusnya kalau saat ini ada istri dan anaknya yang menunggu di rumah.

Dengan tangan bergetar dan dada yang terasa sesak, aku melangkahkan kakiku menghampiri mereka. Aku penasaran dengan reaksi mereka ketika melihatku.

"Ehem ... enak ya makan malam sama suami orang," ucapku sambil menatap mereka dengan tatapan sinis.

Mereka langsung menghentikan aktivitasnya dan tersentak kaget melihatku, bukan hanya wanita itu, tetapi Mas Rendy yang langsung berdiri dengan muka kagetnya.

"Mira, ngapain kamu ke sini?"

"Seharusnya aku yang tanya kamu, Mas. Ngapain kamu di sini makan berdua dengan wanita lain?"

"Pantas kamu sering gak pulang dan gak makan makanan rumah, ternyata makanan restoran lebih nikmat ya karena ditemani wanita cantik tapi gatel gini," ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada.

Malam ini aku tidak bisa tinggal diam lagi. Perlakuan Mas Rendy sudah cukup keterlaluan karena sudah melibatkan wanita lain dalam rumah tangga kami.

"Mas!!" ucap wanita itu yang langsung memeluk lengan Mas Rendy seolah sedang ketakutan.

Hatiku semakin hancur saja dan emosiku semakin tak terkontrol melihat Mas Rendy merespon wanita itu dengan cara memelukanya balik di depanku. Dan tanpa kusadari juga, air mataku mengalir begitu saja dengan dada yang terasa sesak.

"Mas, apa-apaan nih? Kenapa kamu meluk-meluk dia? Aku istri sah kamu loh. Tega ya kamu peluk wanita ini di depan aku!"

Emosiku semakin memuncak dan dengan reflek kutarik rambut wanita itu hingga ia meringis kesakitan. Mas Rendy terus saja berusaha meleraiku, tetapi genggaman tanganku begitu kuat karena memang aku sudah tidak tahan dengan semuanya.

"Awww sakit!"

"Mas tolongin!!" keluhnya.

"Mira, lepasin! Kamu jangan buat malu di sini ya, ini tempat umum," ucap Mas Rendy sambil meleraiku.

"Dasar murahan. Enak bener ya jalan dan makan sama suami orang. Udah tahu punya istri, malam main peluk-peluk aja. Gatel banget sih jadi cewek!" ucapku dengan nada tinggi hingga membuat pengunjung lain menatap ke arahku.

Semua pasang mata yang ada dalam restoran itu tertuju pada kami karena sudah membuat keributan di sana. Hingga tak berapa lama kemudian, sang pemilik restoran itupun datang dan melerai kami.

"APa-apaan ini? Kenapa malah ribut di restoran saya? Apa kalian gak tahu kalau ini tempat umum?" ucapnya dengan nada kesal.

Aku hanya diam sambil menatap wanita itu dengan tatapan sinis, seolah ingin kulenyapkan saja dari dunia ini, termasuk Mas Rendy juga. Sementara wanita itu, masih memperbaiki penampilannya yang sudah acak-acakan dan menatapku kembali dengan tatapan merendahkan.

"Maaf, Pak. Ini cuma masalah kecil. Kami akan segera pergi. Sekali lagi maaf karena sudah membuat keributan!" ucap Mas Rendy.

"What? Masalah kecil?" ucapku dalam hati sambil menatap Mas Rendy dengan kesal.

Bisa-bisanya dia mneganggap bahwa masalah ini adalah masalah kecil. Padahal, ini hubungan kami sudah berada di ambang batas kehancuran.

"Silakan pergi dari sini. Saya tidak mau pelanggan saya yang lain merasa terganggu karena keributan yang kalian buat!"

"Iya, Pak. Sekali lagi kami minta maaf."

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk keluar dari restoran itu dengan Mas Rendy yang memegang tanganku dan juga tangan wanita itu.

Sampai di luar, ia langsung menghempaskan tanganku begitu saja, sedangkan tangan wanita itu terus saja ia genggam seolah tak bisa lepas lagi.

"Mira, kamu ngapain sih ke sini? Bikin kacau aja tau nggak, ngeselin banget jadi orang. Bikin malu aja," omel Mas Rendy dengan nada membentak.

"Kamu yang ngapain ke sini dan mesra-mesraan dengan wanita lain, Mas? Kamu lupa ya kalau di rumah, ada istri dan anak kamu yang nungguin, tapi kamu malah keluyuran di sini sama cewek gak jelas," balasku yang tak mau kalah.

Mas Rendy langsung menunjuk ke arahku dengan rahang yang mengeras, ia terlihat begitu emosi melihatku padahal ini semua juga karena salahnya.

"Kamu ya kalau dibilangin malah ngelawan. Bukan urusanmu!"

"Terserah aku dong mau ngapain, orang Angel lebih cantik, lebih seksi, beda banget sama kamu!"

Hatiku bagai disayat-sayat mendengar Mas Rendy membanding-bandingkan aku dengan wanita lain. Aku akui bahwa memang saat ini penampilanku sudah kucel dan tak terawat, badanku kurus dan kulitku yang hitam mungkin membuat Mas Rendy jijik melihatku. Tetapi, ini semua karena aku kekurangan modal buat mempercantik diri. hampir setiap hari kerjaanku hanya di dapur dan mengurus anaknya.

Angel, nama wanita itu sangat cantik, secantik orangnya namun tak secantik perilakunya yang rela menjadi benalu dalam rumah tangga orang lain. Aku akui dia memang cantik dan seksi, mungkin karena dia masih gadis dan kebutuhannya terpenuhi.

"TEGA KAMU, MAS!" ucapku dengan sedikit berteriak dan air mata yang mengalir deras di pipiku.

"Aku di rumah berjuang mati-matian mengurus anak dan keluargamu, tetapi kamu malah menghinaku? DASAR GAK TAHU DIRI!"

"Ya makanya cari kerja yang bener sana. Lihat Angel, dia bekerja di perusahaan ternama, jadi gelar dia gak sia-sia dong kayak kamu yang malah milih jadi buruh cuci di rumah orang lain."

PLAKKK ...

Bab terkait

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 10 Tuduhan Mertuaku

    PLAKKK ...Aku sudah tidak bisa mengontrol emosiku lagi hingga satu tamparan mendarat dengan sempurna di wajah Mas Rendy. Hal itu yang membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arahku, sedangkan wajah Mas Rendy kini kian memerah. Saat ia hendak melayangkan pukulan kepadaku, tiba-tiba saja Angel menahannya."SIALAN!""Mas, udah. Jangan buat keributan di sini, malu diliatin orang," ucap Angel sambil menahan lengan Mas Rendy.Seketika raut wajah Mas Rendy berubah melihat wanita itu, terlihat sangat penurut dan persis dengan apa yang dilakukan dulu padaku sebelum nasib naas itu menimpaku."Lagian, kamu jadi istri sadar diri juga dong. Kalau udah gak diminati sama suami ya mending pergi aja, berikan dia kebebasan," ucap Angel kemudian sambil mendorong tubuhku.Saat aku hendak menjambak rambut wanita itu, tiba-tiba saja Indah sahabatku datang dan menahanku. Memang, ini sungguh sangat memalukan karena berdebat di tempat umum yang mungkin membuat orang lain merasa tidak nyaman."Mira, u

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 1 Cerita Bohong Tentangku

    “Mas, minta uang! Popok dan susu Aira udah habis,” pintaku.“Apa? Aku kan sudah kasi kamu uang seminggu yang lalu, apa itu belum cukup?” jawab Mas Rendy dengan nada tegasnya.“Kamu kasi aku 300 ribu, Mas. Itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.”“Kamu ini kalau belanja jangan boros, itu aku kasi kamu jatah untuk sebulan!”Dengan reflek, aku langsung mengerutkan kening mendengar pernyataan Mas Rendy. Bukan karena aku tak bersyukur, tetapi nominal uang segitu memang hanya cukup untuk beberapa hari saja. Belum lagi memenuhi kebutuhan anak.“Mas, itu hanya cukup untuk dua hari, belum lagi kebutuhan Aira. Kamu kan tahu kalau sekarang bahan pokok itu naik dan kamu kasi aku uang 300 ribu untuk sebulan? Ke mana gaji kamu semuanya?” protesku.Kali ini aku benar-benar geram pada Mas Rendy. Sudah cukup lama aku sabar menghadapi sikapnya seperti itu yang selalu memberiku uang bulanan hanya beberapa persen saja dari gajinya.“Aku juga punya kebutuhan lain, Mira. Aku mau nongkrong sama tema

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 2 Seperti Pengemis

    Aku masih tidak menyangka ibu mertuaku akan berlaku seperti itu padaku. Padahal, aku sudah membantunya sewaktu kesusahan dulu, tetapi kenapa sekarang dia tidak membantuku disaat kesusahan seperti ini?Apa dia cuma pencitraan di depan Mas Rendy? Aku sangat kecewa dalam hati, padahal saat ini aku sedang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan Aira, anakku. Aku memilih duduk sejenak di tepi tempat tidur dengan pandangan kosong dan tanpa kusadari, air mataku bergulir begitu saja."Terus, aku harus bagaimana sekarang? Susu dan popok Aira sudah habis."Aku terus menatap wajah lugu anakku yang sedang tertidur pulas. Hingga tak berapa lama kemudian, aku memutuskan untuk menghampiri ibu mertuaku. Dengan terpaksa aku menurunkan gengsiku.Langkahku semakin kupercepat saat melihat ibu mertuaku duduk santai di ruang keluarga menikmati acara televisi."Semoga saja Ibu mau memberikan uang itu lagi. Kalau memang harus dipinjam, gak apa-apa. Nanti setelah Mas Rendy gajian aku bayar," ucapku dengan nada pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 3 Terima Kasih Orang Baik

    "Ada apa, Nak?" tanyanya dengan muka bingung. "Maaf, Bu kalau kedatangan saya mengganggu, saya hanya mau menawarkan diri, siapa atau ada lowongan pekerjaan di rumah ini, saya siap mengerjakannya, Bu. Apapun itu. Saya butuh uang, Bu," ucapku dengan muka penuh harap. Wanita itu terdiam sejenak sambil menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Entah apa yang dipikirkan wanita itu tentang diriku. "Ada, Nak. Kebetulan Ibu butuh tukang cuci baju, pinggang Ibu sudah gak kuat nih. Jadi, kalau kamu mau, ayo masuk!" ucap wanita itu dengan ramah. Aku langsung tersenyum bahagia sambil menghela nafas lega karena setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan juga. Meskipun hanya sebagai buruh cuci, tetapi aku sudah sangat mensyukurinya. Kami pun berjalan memasuki rumah yang cukup luas itu. Rumah itu memang luas, tetapi nampak sepi. Tak ada seorang pun yang aku lihat dalam rumah itu selain wanita paruh baya tersebut. "Ini cuciannya, jangan terlalu disikat ya. Dan ini jangan disik

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 4 Siapa Wanita itu?

    "Wah, enak banget makanannya," puji Caca dan segera duduk di kursi meja makan. Aku hanya tersenyum tipis mendengar masakanku dipuji oleh adik iparku. Dan tak berapa lama kemudian, Caca pun memanggil ibunya untuk makan bersama, sementara aku juga berniat untuk duduk dan makan bersama mereka. "Ayo, Bu. Kita makan dulu.""Iya, Sayang."Mereka pun menyantap makanan buatanku dengan begitu lahap, sedangkan aku kini sudah duduk di sebuah kursi kosong yang ada di samping Caca. "Kamu ngapain duduk di situ?" tanya ibu mertuaku lengkap dengan tatapan mematikannya. Aku langsung tersentak kaget dan senyum tipis yang sempat kuukir tadi hilang begitu saja bagai ditelan bumi. "Aku mau makan sama kalian," jawabku dengan terbata sambil menatap Caca dan ibu mertuaku secara bergantian.Caca langsung menahan tawanya yang hampir lepas sambil memutar bola matanya ketika menatapku, sedangkan ibu mertua langsung menatapku dengan tatapan sinis sambil berkata, "Makan dengan kami? Heh ... mending kamu makan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 5 Direndahkan Suami Sendiri

    "Kamu ngapain sih main angkat telpon orang aja. Gak hargain privasi orang banget," ucap Mas Rendy yang langsung merebut benda pipih itu dariku. Aku langsung tersentak kaget dan beralih menatap Mas Rendy dengan tatapan curiga, namun tatapanku hanya dibalas dengan tatapan sinis tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. "Namanya Wilson, kok suara cewek, Mas? Dan kenapa dia manggil kamu sayang?" tanyaku dengan penuh curiga dan perasaan yang sudah tak bisa dijelaskan lagi dengan kata-kata. "Bukan urusan kamu juga, ini tuh istrinya teman aku. Mungkin si Wilson butuh bantuanku," jawabnya dengan nada tinggi lengkap dengan tatapan sinisnya. Tanpa menunggu tanggapan dariku, ia langsung berlalu begitu saja keluar kamar dengan sebuah ponsel di tangannya. Sedangkan aku, masih setia berdiri di tempat dengan pikiran yang semakin tak karuan. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku menaruh curiga pada Mas Rendy kalau sebenarnya ia menyembunyikan sesuatu dariku. "Apa mungkin Mas Rendy mengkhianatiku?

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 6 Mereka Merendahkanku

    Aku memilih untuk tidak mempedulikannya, aku langsung memasukkan makanan ke dalam piringku dan menyantapnya. Meskipun mendapatkan tatapan sinis, tetapi aku masih bisa menikmati makanannya. Bukan karena siapa, tetapi demi anakku juga. Sepanjang aku makan, mereka terus saja memperhatikan gerak-gerikku seolah sedang memperhatikan pencuri yang sedang makan. Sebenarnya, aku juga merasa risih dengan hal itu, tetapi di sisi lain aku juga lapar, apalagi setelah ini aku harus berangkat kerja. "Katanya kamu sudah kerja?" tanya ibu mertuaku setelah sekian lama terdiam. "Iya, Bu." "Kerja apa?" Mendengar pertanyaan itu, aku langsung terdiam dan menatap ibu mertuaku dengan tatapan lirih lalu menatap kembali ke arah Mas Rendy. Aku tahu kalau sebenarnya ibu mertuaku sudah tahu pekerjaanku dari Mas Rendy, tetapi sepertinya dia ingin kembali merendahkanku. "Buruh cuci, Bu." "Ewww ... jijik banget sih jadi buruh cuci. Kok mau kerja kayak gitu sih, Mbak? Nggak guna banget ijazah dan gelar sarjanan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 7 Tangisan Anakku

    Wanita tua itu hanya tersenyum tipis lalu berkata, "Hehe, begitupun dengan Ibu, Nak. Tetapi, semakin lama Ibu juga mulai terbiasa dengan rasa sepi ini." Aku kembali tersenyum memberikan semangat pada Ibu Maria. Sangat kasihan karena ternyata dia memendam lukanya seorang diri. Ditambah lagi dengan dirinya yang hanya tinggal sendiri membuat ia semakin kesepian. "Ibu tenang saja, aku akan tetap bekerja sama Ibu jika Ibu berkenan menerima aku. aku akan selalu menemani Ibu," ucapku dengan penuh keyakinan. "Terima kasih, Nak. Pasti, selama kamu ada di sini, hidup Ibu jadi sedikit lebih berwarna." Aku hanya tersenyum dan segera melanjutkan makanku. Kini suasana menjadi hening, tak ada lagi obrolan di antara kami. Hanya suara dentuman sendok dan piring yang terdengar karena kami fokus menikmati santapan makan siang itu. Setelah beberapa lama, akhirnya kami selesai juga makan siang. Aku langsung membersihkan meja makan itu lalu mencuci piring, meskipun awalnya Ibu Maria menolak karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27

Bab terbaru

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 10 Tuduhan Mertuaku

    PLAKKK ...Aku sudah tidak bisa mengontrol emosiku lagi hingga satu tamparan mendarat dengan sempurna di wajah Mas Rendy. Hal itu yang membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arahku, sedangkan wajah Mas Rendy kini kian memerah. Saat ia hendak melayangkan pukulan kepadaku, tiba-tiba saja Angel menahannya."SIALAN!""Mas, udah. Jangan buat keributan di sini, malu diliatin orang," ucap Angel sambil menahan lengan Mas Rendy.Seketika raut wajah Mas Rendy berubah melihat wanita itu, terlihat sangat penurut dan persis dengan apa yang dilakukan dulu padaku sebelum nasib naas itu menimpaku."Lagian, kamu jadi istri sadar diri juga dong. Kalau udah gak diminati sama suami ya mending pergi aja, berikan dia kebebasan," ucap Angel kemudian sambil mendorong tubuhku.Saat aku hendak menjambak rambut wanita itu, tiba-tiba saja Indah sahabatku datang dan menahanku. Memang, ini sungguh sangat memalukan karena berdebat di tempat umum yang mungkin membuat orang lain merasa tidak nyaman."Mira, u

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 9 Suamiku Berkhianat

    "Ceritanya panjang. Pokoknya nyesek banget kalau aku harus ceritain sekarang."Indah, merupakan sahabat Mira sejak duduk di bangku SMA. Selama ini, segala macam kisah hidup Mira diketahui oleh Indah, namun semenjak Mira menikah, mereka jadi jarang bersama lagi karena sibuk dengan urusan masing-masing.Indah yang saat ini masih berstatus single dan kerja di perusahaan ternama membuat ia jadi jarang punya banyak waktu untuk nongkrong. Sebagian besar waktunya ia habiskan dengan bekerja.Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya aku dan Indah sampai juga di restoran ternama yang kebanyakan dikunjungi oleh konglomerat saja. Sebenarnya, aku sempat tidak percaya bahwa Mas Rendy ada dalam restoran itu karena selama aku sama dia, dia tidak pernah ke sana dnegan alasan bayaran yang cukup fantastis."Apa kamu yakin Mas Rendy ada di sini?" tanyaku seolah tak percaya."Iya, Mira. Soalnya tadi aku makan di dalam sama rekan kerjaku, eh lihat dia dong sama cewek."Sebelum masuk ke restoran itu, aku

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 8 Suamiku Pengkhianat

    "Semakin lama kamu kok semakin kasar sama aku sih, Mas? Apa ia kamu gak cinta lagi sama aku?" gumamku sambil menahan tangis. Aku pun menghela nafas kasar dan berusaha untuk tidak terfokus dengan masalah itu. Aku memilih berjalan menuju dapur membuat makanan untuk makan malam nanti. Seperti biasa, aku sudah tidak protes lagi dengan hal ini karena pekerjaan ini sudah menjadi kewajibanku.***"Iya, aku akan segera ke sana. Sabar dong, ini lagi di jalan," ucap Mas Rendy sambil berjalan menuruni tangga. Aku yang mendengar obrolan melalui sambungan teleponnya itu langsung menatap dengan tatapan aneh. Entah kenapa, saat ini perasaanku sangat tidak enak tiap kali Mas Rendy menerima telepon. Aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku."Mas, kamu nanti pulang jam berapa?" tanyaku. "Nggak tau.""Aku udah masakin makanan kesukaan kamu loh.""kamu makan sendiri aja, gak usah nungguin aku. Kayaknya aku akan pulang larut malam," jawabnya dengan ketus. Lagi-lagi aku hanya menghela nafas ke

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 7 Tangisan Anakku

    Wanita tua itu hanya tersenyum tipis lalu berkata, "Hehe, begitupun dengan Ibu, Nak. Tetapi, semakin lama Ibu juga mulai terbiasa dengan rasa sepi ini." Aku kembali tersenyum memberikan semangat pada Ibu Maria. Sangat kasihan karena ternyata dia memendam lukanya seorang diri. Ditambah lagi dengan dirinya yang hanya tinggal sendiri membuat ia semakin kesepian. "Ibu tenang saja, aku akan tetap bekerja sama Ibu jika Ibu berkenan menerima aku. aku akan selalu menemani Ibu," ucapku dengan penuh keyakinan. "Terima kasih, Nak. Pasti, selama kamu ada di sini, hidup Ibu jadi sedikit lebih berwarna." Aku hanya tersenyum dan segera melanjutkan makanku. Kini suasana menjadi hening, tak ada lagi obrolan di antara kami. Hanya suara dentuman sendok dan piring yang terdengar karena kami fokus menikmati santapan makan siang itu. Setelah beberapa lama, akhirnya kami selesai juga makan siang. Aku langsung membersihkan meja makan itu lalu mencuci piring, meskipun awalnya Ibu Maria menolak karena

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 6 Mereka Merendahkanku

    Aku memilih untuk tidak mempedulikannya, aku langsung memasukkan makanan ke dalam piringku dan menyantapnya. Meskipun mendapatkan tatapan sinis, tetapi aku masih bisa menikmati makanannya. Bukan karena siapa, tetapi demi anakku juga. Sepanjang aku makan, mereka terus saja memperhatikan gerak-gerikku seolah sedang memperhatikan pencuri yang sedang makan. Sebenarnya, aku juga merasa risih dengan hal itu, tetapi di sisi lain aku juga lapar, apalagi setelah ini aku harus berangkat kerja. "Katanya kamu sudah kerja?" tanya ibu mertuaku setelah sekian lama terdiam. "Iya, Bu." "Kerja apa?" Mendengar pertanyaan itu, aku langsung terdiam dan menatap ibu mertuaku dengan tatapan lirih lalu menatap kembali ke arah Mas Rendy. Aku tahu kalau sebenarnya ibu mertuaku sudah tahu pekerjaanku dari Mas Rendy, tetapi sepertinya dia ingin kembali merendahkanku. "Buruh cuci, Bu." "Ewww ... jijik banget sih jadi buruh cuci. Kok mau kerja kayak gitu sih, Mbak? Nggak guna banget ijazah dan gelar sarjanan

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 5 Direndahkan Suami Sendiri

    "Kamu ngapain sih main angkat telpon orang aja. Gak hargain privasi orang banget," ucap Mas Rendy yang langsung merebut benda pipih itu dariku. Aku langsung tersentak kaget dan beralih menatap Mas Rendy dengan tatapan curiga, namun tatapanku hanya dibalas dengan tatapan sinis tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. "Namanya Wilson, kok suara cewek, Mas? Dan kenapa dia manggil kamu sayang?" tanyaku dengan penuh curiga dan perasaan yang sudah tak bisa dijelaskan lagi dengan kata-kata. "Bukan urusan kamu juga, ini tuh istrinya teman aku. Mungkin si Wilson butuh bantuanku," jawabnya dengan nada tinggi lengkap dengan tatapan sinisnya. Tanpa menunggu tanggapan dariku, ia langsung berlalu begitu saja keluar kamar dengan sebuah ponsel di tangannya. Sedangkan aku, masih setia berdiri di tempat dengan pikiran yang semakin tak karuan. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku menaruh curiga pada Mas Rendy kalau sebenarnya ia menyembunyikan sesuatu dariku. "Apa mungkin Mas Rendy mengkhianatiku?

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 4 Siapa Wanita itu?

    "Wah, enak banget makanannya," puji Caca dan segera duduk di kursi meja makan. Aku hanya tersenyum tipis mendengar masakanku dipuji oleh adik iparku. Dan tak berapa lama kemudian, Caca pun memanggil ibunya untuk makan bersama, sementara aku juga berniat untuk duduk dan makan bersama mereka. "Ayo, Bu. Kita makan dulu.""Iya, Sayang."Mereka pun menyantap makanan buatanku dengan begitu lahap, sedangkan aku kini sudah duduk di sebuah kursi kosong yang ada di samping Caca. "Kamu ngapain duduk di situ?" tanya ibu mertuaku lengkap dengan tatapan mematikannya. Aku langsung tersentak kaget dan senyum tipis yang sempat kuukir tadi hilang begitu saja bagai ditelan bumi. "Aku mau makan sama kalian," jawabku dengan terbata sambil menatap Caca dan ibu mertuaku secara bergantian.Caca langsung menahan tawanya yang hampir lepas sambil memutar bola matanya ketika menatapku, sedangkan ibu mertua langsung menatapku dengan tatapan sinis sambil berkata, "Makan dengan kami? Heh ... mending kamu makan

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 3 Terima Kasih Orang Baik

    "Ada apa, Nak?" tanyanya dengan muka bingung. "Maaf, Bu kalau kedatangan saya mengganggu, saya hanya mau menawarkan diri, siapa atau ada lowongan pekerjaan di rumah ini, saya siap mengerjakannya, Bu. Apapun itu. Saya butuh uang, Bu," ucapku dengan muka penuh harap. Wanita itu terdiam sejenak sambil menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Entah apa yang dipikirkan wanita itu tentang diriku. "Ada, Nak. Kebetulan Ibu butuh tukang cuci baju, pinggang Ibu sudah gak kuat nih. Jadi, kalau kamu mau, ayo masuk!" ucap wanita itu dengan ramah. Aku langsung tersenyum bahagia sambil menghela nafas lega karena setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan juga. Meskipun hanya sebagai buruh cuci, tetapi aku sudah sangat mensyukurinya. Kami pun berjalan memasuki rumah yang cukup luas itu. Rumah itu memang luas, tetapi nampak sepi. Tak ada seorang pun yang aku lihat dalam rumah itu selain wanita paruh baya tersebut. "Ini cuciannya, jangan terlalu disikat ya. Dan ini jangan disik

  • Jangan Remehkan Aku, Mas!   Bab 2 Seperti Pengemis

    Aku masih tidak menyangka ibu mertuaku akan berlaku seperti itu padaku. Padahal, aku sudah membantunya sewaktu kesusahan dulu, tetapi kenapa sekarang dia tidak membantuku disaat kesusahan seperti ini?Apa dia cuma pencitraan di depan Mas Rendy? Aku sangat kecewa dalam hati, padahal saat ini aku sedang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan Aira, anakku. Aku memilih duduk sejenak di tepi tempat tidur dengan pandangan kosong dan tanpa kusadari, air mataku bergulir begitu saja."Terus, aku harus bagaimana sekarang? Susu dan popok Aira sudah habis."Aku terus menatap wajah lugu anakku yang sedang tertidur pulas. Hingga tak berapa lama kemudian, aku memutuskan untuk menghampiri ibu mertuaku. Dengan terpaksa aku menurunkan gengsiku.Langkahku semakin kupercepat saat melihat ibu mertuaku duduk santai di ruang keluarga menikmati acara televisi."Semoga saja Ibu mau memberikan uang itu lagi. Kalau memang harus dipinjam, gak apa-apa. Nanti setelah Mas Rendy gajian aku bayar," ucapku dengan nada pe

DMCA.com Protection Status