“Besok kamu enggak usah kuliah dulu, nanti Papa akan bikin surat untuk dosen kamu.” “Bee udah sering bolos Pa, Bee enggak kenapa-kenapa kok.” Beni menghembuskan nafas kasar. “Kamu seperti Ayah kamu, selalu saja memaksakan diri,” kata Beni.“Bee, beneran enggak kenapa-napa ko Pa dan masalah Tasya—“ “Papa udah denger semua dari Akbi.” Bee menoleh kepada suaminya yang nampak sibuk menghabiskan makan malam.“Biar Papa urus dan Papa pastikan mereka semua enggak akan ganggu kamu lagi,” tegas Beni, ada nada kesal dalam suaranya.Sulit sekali Bee menelan apa yang dikunyahnya setelah mendengar ucapan Beni.Apa mengurus yang dimaksud Beni adalah dengan mengancam Ayah dari para mantan sahabatnya?Tapi nada tegas Beni membuat Bee tidak sanggup membantah lagi meskipun ia akan menyesalkan bila Beni atau Akbi sampai merugikan Ayah dari para mantan sahabatnya.Bee memaksakan senyum sambil menatap Beni, tidak tau harus menanggapi dengan kalimat apa karena tidak mungkin juga ia mengucapkan terimaka
Verro menghampiri mobil sport seharga milyaran yang baru saja terparkir di kampus.Banyak mata tertuju pada mobil yang dikemudikan Akbi dan memang lelaki itu sengaja menggunakan mobil sportnya untuk mengantar Bee ke kampus.Biasanya Akbi hanya akan mengantar Bee dengan mobil sedan mewah keluaran Eropa yang merupakan mobil dinasnya ke kantor, mungkin itu yang membuat Tasya dan para sahabatnya mengira bila Bee adalah simpanan Sugar Daddy.Akbi ingin menunjukan kepada teman-teman Bee bila istrinya bukan orang susah seperti dulu lagi.Dengan menggunakan mobil sport pasti mata setiap orang akan tertuju pada Bee.“Bang!” seruan Verro membuat Akbi menurunkan kaca jendela.Akbi sudah menghubungi Verro terlebih dahulu untuk membicarakan sesuatu.“Verro?” sapa Bee melirih.“Hai Bee! Lo udah sembuh?” Bee mengangguk dengan ekspresi penuh tanya.“Lo temenin kemana Bee pergi, belain kalau ada yang ganggu dia ... kalau sampai Bee terluka lagi, bokap lo, gue pecat!!” ancam Akbi membuat Bee meneloh s
“Bee!!!” Teriakan Akbi itu terdengar hingga ke ruangan sebelah di mana Bee sedang membuat pola di kain yang tadi siang dibelinya.“Apa Bi? Kamu enggak bisa enggak usah teriak-teriak gitu?” tegur Bee lembut setelah berada di hadapan Akbi.Perempuan itu sampai lari terbirit-birit ke kamar untuk menghampiri suaminya.“Kemana lo tadi pulang kuliah? Kenapa Verro enggak nganter lo? Gue ‘kan udah bilang kalau Verro harus nganter lo pulang atau lo dijemput Pak Wawan!” Setelah berucap demikian Bee menuang air ke dalam gelas kosong kemudian memberikannya kepada Akbi.“Gue enggak mau minum, jawab dulu semua pertantanyaan gue!” Akbi menyentak.Terlalu kesal karena sang istri tidak menurut.Kenapa juga istrinya gemar sekali memberikannya air minum ketika ia sedang marah sepulang kerja?“Tadi aku ke toko kain, aku udah minta jemput Pak Wawan tapi ternyata Pak Wawan lagi jemput Tante Diana ... Verro tadi ada rapat, dia anggota BEM tapi dia taunya aku pulang sama Pak Wawan jangan marah sama dia,” j
“Apa itu, Al?” Beni bertanya ketika sampai di rumah dan melihat mesin-mesin yang ia tidak mengerti.“Ini ada mesin obras dan mesin lainnya untuk membuat pakaian, Pak ... beberapa hari lalu Akbi meminta untuk di simpan di ruangan yang berada di samping kamarnya,” jawab Aldo menjelaskan.“Kata Akbi semua ini untuk Bee,” sambung Aldo dan seketika saja bibir Beni membentuk sebuah lengkung senyum.Beni menepuk lengan Aldo sambi tertawa, kemudian berkata, “Ayo cepat masukan ke ruangan Bee sebelum istri saya pulang.” Aldo ikut tersenyum kemudian mengangguk, setelah itu menginstruksikan kepada beberapa orang untuk membawa semua peralatan menjait itu ke lantai empat.Kebahagiaan yang tengah dirasakan Beni tentu saja menulari Aldo.Lelaki itu tau percis bagaimana buruknya perangai Akbi namun beberapa bulan terakhir, anak dari Bosnya nampak bertanggung jawab kepada perusahaan dan juga begitu perhatian kepada Bee.Keputusan besar untuk memberhentikan satu orang petinggi di perusahaan dan menghen
Bee terperangah, matanya melebar memancarkan sorot penuh takjub.Sama seperti mulut yang terbuka hingga ia harus menutupnya dengan kedua tangan ketika melihat ruangannya telah dipenuhi begitu lengkap oleh berbagai macam peralatan menjahit.Bahkan ada berbagai macam warna benang dan perlengkapan lainnya untuk membuat pakaian.Tapi siapa yang membelikannya peralatan menjahit ini?Apakah Akbi?Atau Papa mertuanya? Yang pasti Bee diliputi rasa bahagia juga rasa syukur yang teramat besar.Bee memindai berbagai macam benda-benda baru di ruangannya, begitu terpesona karena semua sudah tersedia di sana.Semua peralatan tersebut serba modern hingga Bee sedikit bingung bagaimana cara mengoperasikannya.Terdapat buku kecil di setiap mesin yang kemudian Bee baca dan ternyata berisi bagaimana cara mengoperasikan mesin tersebut.Bee harus segera berterimakasih kepada siapapun yang memberikan peralatan penyalur hobbynya itu.Yang Bee cari pertama kali adalah sang suami karena ia begitu takut bila
“Bangun Bee!!” Akbi berseru membuat Bee mengerjap.Lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit di pinggang.Bergerak mendudukkan tubuh, Bee mengucek matanya.Apakah ia sedang bermimpi bertemu salah satu dewa Yunani.Rambut Akbi yang basah meneteskan buliran air dari ujung rambutnya, membasahi pundak kokoh berotot lalu turun ke dada.Dada bidang dengan otot sixpack di bagian perut itu selalu dapat memicu jantung Bee berdetak kencang.Jangan lupakan otot di lengan atas Akbi yang mampu mengalihkan dunia para wanita.Melirik ke samping menghindari godaan di pagi hari, Bee terkejut setelah menyadari dirinya berada di atas kasur milik Akbi.Bee memejamkan mata, menarik mundur ingatannya mencari jawaban mengapa dirinya bisa terdampar di sini.Bee baru ingat bila tadi malam setelah saling memanjakan dengan penyatuan bibir mereka, Akbi tidak membiarkannya turun dari pangkuan.Akbi bukan orang yang tepat untuk di bantah maka Bee pasrah, menenggelamkan kepala di pundak lelaki
Perjalanan panjang anggota club motor mewah tersebut melintasi kota dikawal oleh dua orang voorijder berpakaian seragam kepolisian hingga saat ini mereka tidak berada di kota lain.Pinggang Bee terasa pegal namun terbayar ketika tempat pemberhentian mereka sungguh menakjubkan.Udara sejuk juga pemandangan pegunungan dan kebun teh hijau yang luas sejauh mata memandang.Di tambah matahari dengan sinar indahnya yang nampak baru saja naik dari sela gunung seperti lukisan anak TK pada buku gambarnya.Nyaris Bee berjalan seperti simpanse ketika turun dari motor akibat ototnya tegang selama beberapa jam tidak bergerak dengan posisi sama.“Pegel, Bi? Baru pertama naik motor ya?” tanya Zidan yang memarkirkan motor di sebelahnya.Lelaki itu pun sama mendapat bantuan dari dua orang pria lain untuk menegakkan motor.Kini Bee tau, mereka selalu membawa orang bila menggunakan motor itu untuk touring ataupun balapan.Tadi saja Raka memilih ikut mobil orang suruhan Akbi karena katanya sangat melelah
Dari tiga lomba yang di adakan panitia, Akbi dan Bee menjadi pemenang dari dua lomba.Prestasi gemilang yang berhasil mereka raih sebagai pasangan selama hampir tiga bulan menikah sandiwara.Berbeda hal dengan kedua sahabat mereka, Raka dan Zidan yang menjuarai ketiga lomba katagori tanpa pasangan. Bahagianya bukan main, mereka sampai meledek Akbi berkali-kali seperti anak kecil karena lebih unggul dari sahabatnya itu.“Padahal biasanya Akbi menang terus, Bee ...,” celetuk Zidan membuat Bee tidak enak hati.“Oh ya? Maaf ya Akbi,” ucap Bee, menampilkan ekspresi bersalah.Padahal sebetulnya Akbi bahkan tidak pernah mengikuti lomba-lomba apapun yang diadakan panitia dalam setiap acara touring club motor.Akbi akan selalu duduk bersama para senior dan menikmati jalannya acara.Tadinya ia juga berniat tidak akan mengikuti lomba bersama Bee bila saja Renata tidak menghampirinya.Akbi menoleh sekilas membiarkan Bee larut dalam rasa bersalahnya.Raka dan Zidan tergelak melihat ekspresi Bee,