Bee menatap kosong ke arah cermin depan wastafel, ia berniat untuk mengganti perbannya namun begitu enggan.Sang Mama mertua yang pernah memprotesnya agar tidak terlambat berada di meja makan menjadikan alasan kenapa Bee tidak buru-buru mengganti perbannya setelah mandi sore tadi.Dan setelah makan malam yang penuh ketegangan karena Beni berniat membalas perbuatan Tasya, Bee jadi lupa mengganti perban dan malah sibuk mengerjakan tugas.Lalu ketika teringat untuk mengganti perban, lagi-lagi Bee harus menundanya karena sang Mama mertua ada di dalam kamar bersama Akbi sedang membicarakannya.Kini, ketikan hampir tengah malam, Bee baru bisa mengganti perban pada lukanya.Bee teringat ucapan Akbi yang secara diam-diam ia dengar, lelaki itu menyebutkan bila dirinya hanya pura-pura baik kepadanya agar mendapat seluruh bagian perusahaan Beni.Pantas saja Akbi tidak sulit ketika diajak bekerjasama dalam perjanjian pernikahan ini karena dirinya pun memang diuntungkan dengan perjanjian tersebut.
“Gue minta maaf,” kata Tasya sambil mengulurkan tangan.Raut wajah gadis itu nampak sangar dan tidak rela meminta maaf dari Bee.Beni pasti sudah melancarkan aksi balas dendamnya sehingga Tasya mendatangi Bee seperti ini.Gadis itu dan para sahabatnya biasanya sangat anti bertemu Bee dan setiap tidak sengaja mereka bertemu, pasti saja ada hal buruk yang dilakukannya kepada Bee tidak seperti saat ini melakukan perbuatan mulia dengan minta maaf.Tanpa curiga Bee menyambut uluran tangan Tasya tapi Tasya langsung menariknya kencang hingga Bee tersungkur ke depan dan terjatuh dengan kepala terlebih dahulu membuat keningnya membentur ujung tembok yang sengaja dibuat pendek untuk mahasiswa duduk-duduk sambil menunggu kelas.Bee memegang kepalanya yang terasa pusing dan terdapat sedikit darah akibat luka lecet yang ditimbulkan dari benturan sudut tembok tersebut.“Sya, kenapa sih kamu jahat banget? Aku salah apa?” Bee bertanya dengan suara tercekat menahan tangis. “Lo salah Bee, hidup lo ter
“Besok kamu enggak usah kuliah dulu, nanti Papa akan bikin surat untuk dosen kamu.” “Bee udah sering bolos Pa, Bee enggak kenapa-kenapa kok.” Beni menghembuskan nafas kasar. “Kamu seperti Ayah kamu, selalu saja memaksakan diri,” kata Beni.“Bee, beneran enggak kenapa-napa ko Pa dan masalah Tasya—“ “Papa udah denger semua dari Akbi.” Bee menoleh kepada suaminya yang nampak sibuk menghabiskan makan malam.“Biar Papa urus dan Papa pastikan mereka semua enggak akan ganggu kamu lagi,” tegas Beni, ada nada kesal dalam suaranya.Sulit sekali Bee menelan apa yang dikunyahnya setelah mendengar ucapan Beni.Apa mengurus yang dimaksud Beni adalah dengan mengancam Ayah dari para mantan sahabatnya?Tapi nada tegas Beni membuat Bee tidak sanggup membantah lagi meskipun ia akan menyesalkan bila Beni atau Akbi sampai merugikan Ayah dari para mantan sahabatnya.Bee memaksakan senyum sambil menatap Beni, tidak tau harus menanggapi dengan kalimat apa karena tidak mungkin juga ia mengucapkan terimaka
Verro menghampiri mobil sport seharga milyaran yang baru saja terparkir di kampus.Banyak mata tertuju pada mobil yang dikemudikan Akbi dan memang lelaki itu sengaja menggunakan mobil sportnya untuk mengantar Bee ke kampus.Biasanya Akbi hanya akan mengantar Bee dengan mobil sedan mewah keluaran Eropa yang merupakan mobil dinasnya ke kantor, mungkin itu yang membuat Tasya dan para sahabatnya mengira bila Bee adalah simpanan Sugar Daddy.Akbi ingin menunjukan kepada teman-teman Bee bila istrinya bukan orang susah seperti dulu lagi.Dengan menggunakan mobil sport pasti mata setiap orang akan tertuju pada Bee.“Bang!” seruan Verro membuat Akbi menurunkan kaca jendela.Akbi sudah menghubungi Verro terlebih dahulu untuk membicarakan sesuatu.“Verro?” sapa Bee melirih.“Hai Bee! Lo udah sembuh?” Bee mengangguk dengan ekspresi penuh tanya.“Lo temenin kemana Bee pergi, belain kalau ada yang ganggu dia ... kalau sampai Bee terluka lagi, bokap lo, gue pecat!!” ancam Akbi membuat Bee meneloh s
“Bee!!!” Teriakan Akbi itu terdengar hingga ke ruangan sebelah di mana Bee sedang membuat pola di kain yang tadi siang dibelinya.“Apa Bi? Kamu enggak bisa enggak usah teriak-teriak gitu?” tegur Bee lembut setelah berada di hadapan Akbi.Perempuan itu sampai lari terbirit-birit ke kamar untuk menghampiri suaminya.“Kemana lo tadi pulang kuliah? Kenapa Verro enggak nganter lo? Gue ‘kan udah bilang kalau Verro harus nganter lo pulang atau lo dijemput Pak Wawan!” Setelah berucap demikian Bee menuang air ke dalam gelas kosong kemudian memberikannya kepada Akbi.“Gue enggak mau minum, jawab dulu semua pertantanyaan gue!” Akbi menyentak.Terlalu kesal karena sang istri tidak menurut.Kenapa juga istrinya gemar sekali memberikannya air minum ketika ia sedang marah sepulang kerja?“Tadi aku ke toko kain, aku udah minta jemput Pak Wawan tapi ternyata Pak Wawan lagi jemput Tante Diana ... Verro tadi ada rapat, dia anggota BEM tapi dia taunya aku pulang sama Pak Wawan jangan marah sama dia,” j
“Apa itu, Al?” Beni bertanya ketika sampai di rumah dan melihat mesin-mesin yang ia tidak mengerti.“Ini ada mesin obras dan mesin lainnya untuk membuat pakaian, Pak ... beberapa hari lalu Akbi meminta untuk di simpan di ruangan yang berada di samping kamarnya,” jawab Aldo menjelaskan.“Kata Akbi semua ini untuk Bee,” sambung Aldo dan seketika saja bibir Beni membentuk sebuah lengkung senyum.Beni menepuk lengan Aldo sambi tertawa, kemudian berkata, “Ayo cepat masukan ke ruangan Bee sebelum istri saya pulang.” Aldo ikut tersenyum kemudian mengangguk, setelah itu menginstruksikan kepada beberapa orang untuk membawa semua peralatan menjait itu ke lantai empat.Kebahagiaan yang tengah dirasakan Beni tentu saja menulari Aldo.Lelaki itu tau percis bagaimana buruknya perangai Akbi namun beberapa bulan terakhir, anak dari Bosnya nampak bertanggung jawab kepada perusahaan dan juga begitu perhatian kepada Bee.Keputusan besar untuk memberhentikan satu orang petinggi di perusahaan dan menghen
Bee terperangah, matanya melebar memancarkan sorot penuh takjub.Sama seperti mulut yang terbuka hingga ia harus menutupnya dengan kedua tangan ketika melihat ruangannya telah dipenuhi begitu lengkap oleh berbagai macam peralatan menjahit.Bahkan ada berbagai macam warna benang dan perlengkapan lainnya untuk membuat pakaian.Tapi siapa yang membelikannya peralatan menjahit ini?Apakah Akbi?Atau Papa mertuanya? Yang pasti Bee diliputi rasa bahagia juga rasa syukur yang teramat besar.Bee memindai berbagai macam benda-benda baru di ruangannya, begitu terpesona karena semua sudah tersedia di sana.Semua peralatan tersebut serba modern hingga Bee sedikit bingung bagaimana cara mengoperasikannya.Terdapat buku kecil di setiap mesin yang kemudian Bee baca dan ternyata berisi bagaimana cara mengoperasikan mesin tersebut.Bee harus segera berterimakasih kepada siapapun yang memberikan peralatan penyalur hobbynya itu.Yang Bee cari pertama kali adalah sang suami karena ia begitu takut bila
“Bangun Bee!!” Akbi berseru membuat Bee mengerjap.Lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit di pinggang.Bergerak mendudukkan tubuh, Bee mengucek matanya.Apakah ia sedang bermimpi bertemu salah satu dewa Yunani.Rambut Akbi yang basah meneteskan buliran air dari ujung rambutnya, membasahi pundak kokoh berotot lalu turun ke dada.Dada bidang dengan otot sixpack di bagian perut itu selalu dapat memicu jantung Bee berdetak kencang.Jangan lupakan otot di lengan atas Akbi yang mampu mengalihkan dunia para wanita.Melirik ke samping menghindari godaan di pagi hari, Bee terkejut setelah menyadari dirinya berada di atas kasur milik Akbi.Bee memejamkan mata, menarik mundur ingatannya mencari jawaban mengapa dirinya bisa terdampar di sini.Bee baru ingat bila tadi malam setelah saling memanjakan dengan penyatuan bibir mereka, Akbi tidak membiarkannya turun dari pangkuan.Akbi bukan orang yang tepat untuk di bantah maka Bee pasrah, menenggelamkan kepala di pundak lelaki