Map biru yang ada ditangan Arman sekarang, akan diberikan kepada Pimpinan Pusat nantinya. Mereka sudah membuat janji sebelumnya, untuk bertemu di salah satu hotel yang ada di daerah tersebut. Sebelum melakukan pelaporan terhadap Pak Indra ke kantor polisi. Arman sudah memberitahukan terlebih dahulu kepada pimpinannya tersebut, terkait dengan semua bukti yang didapat Arman selama ini.Makanya dua hari yang lalu, Pimpinan Utama Perusahaan datang dari Jakarta untuk bertemu dengan Arman, tanpa sepengetahuan siapapun. Di dalam map tersebut terdapat semua bukti-bukti atas kecurangan dan penggelapan uang perusahaan serta penyelundupan yang telah dilakukan oleh Pak Indra beserta antek-anteknya. Mereka telah melakukan kecurangan, sehingga PERUSAHAAN MERPATI SENTOSA mengalami kerugian yang sangat besar.Ditambah lagi, Arman sendiri sudah berjanji kepada dirinya, untuk secepatnya keluar dari PT tersebut, kalau semua tugasnya sudah terlaksana. Karena Arman ingin lebih fokus mencari di mana kebe
Disaat Arman sudah berada di depan pintu kamar nomor 25 tersebut, tiba-tiba saja ia berhenti, dan membalikkan badannya ke arah dinding, dan berpura-pura sedang menelepon seseorang. Dimana, disaat itu, datang seorang gadis cantik yang masuk ke dalam kamar nomor 25 tersebut. Mungkin karena tergesa-gesa, atau lupa, gadis tersebut tidak menutup dengan rapat pintu kamar tersebut. Sehingga membuat Arman dapat leluasa untuk mengintip ke arah dalam. Dan Arman juga dapat mendengar pembicaraan mereka dari luar.Saat mendengar pembicaraan dua perempuan tersebut, dan mendengar suara salah satu dari mereka. Tiba-tiba jantung Arman berdetak lebih cepat, karena Arman hafal betul suara dari gadis pujaannya yang bernama Mayang.Karena dorongan penasaran yang begitu besar, Arman mulai mengintip ke arah dalam. Tetapi tiba-tiba saja, matanya melotot dan membola karena saking terkejutnya melihat siapa yang ada di dalam kamar tersebut."Mayang!" Sentak Arman.Di sana, di depan meja rias, gadis tersebut du
Apa kamu sudah mulai tenang sekarang, Sayang?" Tanya Devandi yang tetap setia menemani Mayang, sampai ia benar-benar merasa tenang. Setelah memberi Mayang minum air putih, Devandi kembali menggenggam tangan sang istri. Agar Mayang bisa merasakan ketenangan dan berpikir kalau dia tak sendirian lagi."Apa semua sudah bisa dilakukan sekarang?" Tanya Devandi lagi dengan begitu sabar menghadapi keadaan istrinya yang terlihat tidak baik-baik saja sekarang.Untuk sekarang, Devandi tidak mau memaksa untuk bertanya lebih kepada Mayang. Biarlah kalau sudah tenang, pasti Mayang sendiri yang akan menceritakan kepada dirinya, kenapa Mayang menangis sesenggukan seperti tadi.Mendengar ucapan sang suami, Mayang sedikit tersenyum ke arah Devandi. Dengan hanya menganggukkan kepalanya saja, Mayang menjawab ucapan sang suami."Kalau begitu, sudah bisa dimulai ya, Mbak. Tolong dandani istri saya secantik mungkin hari ini, agar dihari yang spesial ini, istri saya menjadi ratu satu-satunya," terang Devandi
"Kalau terjadi apa-apa kepada anak dan istri saya, saya tidak akan memaafkan kamu, Dinda!" Sentak Devandi dan berlari meninggalkan Dinda.Mendengar ucapan Devandi untuk yang terakhir kalinya, Dinda menangis dengan mengatakan..."Itupun, kalau kamu selamat sayang," lirih Dinda."Lakukan sekarang," ucap Dinda kepada seseorang melalui handphone yang berada di tangannya.Setelah mengatakan itu, Dinda terduduk dengan memeluk kedua lututnya sambil menangis sesenggukan di dinding hotel. Sementara itu, Arman yang masih bersembunyi di balik bunga, merasakan sedikit syok atas peristiwa yang terjadi di hadapannya barusan. Dia tidak menyangka, Dinda yang begitu terlihat cantik dan berkharisma. Mampu melakukan hal kotor seperti itu. Apalagi kepada kakaknya sendiri."Inikah, adik yang selama ini kamu banggakan, Mayang? Adik durhaka yang menikammu dari belakang. Semoga saja, suamimu tidak apa-apa dan secepatnya kembali untuk berkumpul denganmu.Tetapi, aku jadi penasaran tentang maksud dari ucapan
Saat berada di dalam Bar, Arman melihat begitu banyaknya orang yang menyukai tempat-tempat seperti ini. Arman melihat, di sini lelaki dan perempuan sama saja. Mereka tanpa malu dan merasa ragu, melakukan hal-hal yang dilarang agama. Seperti meminum minuman keras, berjoget dengan pakaian yang tak pantas. Sehingga sebagian dari tubuhnya terlihat kemana-mana. Sedangkan lelaki dan perempuan tersebut dengan bangganya saling menyentuh dan berbuat sesuka hati mereka.Dan saat Arman terlalu fokus mencari keberadaan Dinda, tiba-tiba saja, ada seseorang yang secara langsung memeluknya dari arah belakang."Tampan, apa kamu mau aku temani, hhmm," ucap seorang wanita cantik dengan sebatang rokok di tangannya.Merasakan tubuhnya disentuh dan dipeluk oleh seorang wanita dari belakang, Arman dengan cepat menarik tubuhnya dari pelukan wanita tersebut. Membuat tubuh wanita tersebut, terhuyung ke belakang."Apa yang kamu lakukan kepada saya? Hah! Jangan sentuh saya!" Sentak Arman berang. Wanita terseb
Saat Dinda terbangun, dan mendapati sesuatu di atas perutnya, Dinda mengira itu hanya sebuah bantal guling saja. Tetapi, saat tak sengaja m3raba benda tersebut, Dinda merasakan seperti tubuh seseorang. Karena terkejut, Dinda mencoba melemparkan benda tersebut ke samping. Tetapi, tiba-tiba saja, Dinda malah mendengar suara seseorang di sampingnya."Ada apa?" Tanya Arman dengan suara khas orang bangun tidur, yang berada di samping gadis tersebut.Mendengar suara seorang pria di sampingnya, Dinda makin terkejut. Dengan cepat dia bangun dari tidurnya, dengan mata melotot, Dinda melihat Arman yang sudah bertelanjang dada dan berbaring di sampingnya."Kamu! Kenapa kamu ada di sini bersama saya?! Astaga! Apa yang terjadi?! Jangan bilang, kalau kita sudah---, " Teriak Dinda panik melihat keadaan dirinya yang sudah tak berpakaian.Mendengar teriakan gadis di sampingnya, membuat Arman ikutan bangun dari tidurnya. Dengan bersikap santai, Arman menjawab dengan dingin."Bagaimana lagi, kau yang me
Flashback OnJam sudah menunjukkan pukul 22.00 Wib. Arman dan juga Mayang beserta Fikry anak Mayang, akhirnya sampai disebuah rumah minimalis yang terletak di sebuah pinggiran kota tempat tinggalnya.Saat sampai di depan rumah tersebut, Mayang sedikit heran. 'Rumah siapa ini? Dan kenapa, Arman membawa kami ke sini?' Pikir Mayang.Sementara, Fikry yang berada dalam gendongan Mayang, sudah dari tadi terlelep. Mungkin Fikry kecapean, saat berjalan kaki bersama Mayang tadi. Sebelum, Arman menemuinya."Kita sudah sampai, ayo turun," ucap Arman yang melihat ke arah Mayang. Bukannya turun, Mayang malah terdiam dan menatap Arman. Arman pun menautkan alisnya karena heran melihat reaksi Mayang."Ada apa, May? Apa kamu ragu dan curiga kepadaku karena membawa kalian ke sini?" Tanya Arman."Bukan begitu, tapi... Ini rumah siapa? Dan kenapa kamu membawa kami ke sini?" Tanya Mayang untuk menutupi keraguannya.Mendengar pertanyaan kakak iparnya, Arman tersenyum."Ini rumah seseorang, dan kamu tidak
Mayang mulai berjalan terlebih dahulu ke dalam perkarangan rumah. Setelah sampai di depan pintu, Mayang mengetuk pintu yang bercat abu-abu tersebut dan tak lupa mengucapkan salam."Assalamualaikum,""Assalamualaikum, permisi," tutur Mayang.Saat salam ke dua, barulah ada seseorang yang menjawab salam dari dalam dan mulai berjalan menuju pintu."Waalaikumsalam salam," dan terdengar kunci yang diputar dari arah dalam. Saat pintu tersebut terbuka, terlihatlah wajah sumringah seseorang. Yang membuat Mayang terkejut senang seketika."Sari! Kamu!" Teriak Mayang yang terkejut senang dengan senyum yang merekah melihat sahabatnya Sari berdiri di depannya. Sahabat yang sudah lama tak jumpa, semenjak Mayang keluar dari pekerjaannya di kebun sawit beberapa tahun yang lalu.Dengan cepat Mayang memeluk tubuh Sari."Apa kabar, Sari? Aku kangen," ucap Mayang dengan memeluk erat tubuh sahabatnya itu.Ada rasa yang begitu senang dan bahagia, saat melihat Sari kembali. Sari adalah orang yang sangat berja
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag