Jam sudah menunjukkan pukul 23.40 saat Arman sampai di depan kediamannya bersama Dinda, sang istri. Arman membuka pintu, dengan kunci cadangan yang ada di tangannya. Kunci yang biasa dibawanya sehari-hari, agar saat pulang terlambat seperti hari ini. Arman, tidak perlu lagi menunggu berlama-lama dibukakan pintu oleh orang rumah.Baru saja, Arman melangkahkan kaki untuk masuk, tiba-tiba saja, dari arah depan terdengar suara seseorang."Dari mana saja, Bang? Kenapa malam begini baru pulang? Apa hari ini banyak pekerjaan?" Tanya Dinda dengan santai serta duduk disalah satu sofa.Mendengar suara istrinya, membuat Arman sedikit terkejut. Karena suasana di ruang tamu, dalam keadaan sudah gelap. Wajar, Arman tak melihat istrinya tersebut."Sayang, kamu kah itu?" Tanya Arman kepada Dinda, seperti biasanya. Arman akan bersikap romantis saat bersama dengan Dinda, agar terlihat mencintai istrinya itu. Dan segera meraba dinding untuk mencari pematik lampu dan menghidupkannya."Iya, Sayang," balas
"Begitulah, May. Akhirnya mereka semua di penjara. Firman dijatuhi hukuman penjara selama 8 tahun dengan denda 10 juta rupiah. Dan Mila dijatuhi hukuman 5 tahun penjara, karena membantu menjalankan rencana kejahatan. Sementara Cindy dan Irma dijatuhi hukuman 8 tahun penjara, karena merupakan dalang dari peristiwa tersebut. Mereka dihukum dan dipenjara, berkat kegigihan dan kerja keras dari Bapak Arman selama ini. Pak Arman mencari orang-orang yang melakukan pelec3han dan percobaan perkos4an terhadap kamu, May. Hingga akhirnya, Pak Arman menemukan orang yang bernama Firman tersebut. Karena Firman tertangkap, maka dari mulutnya sendiri, dia mengatakan kalau dia disuruh melakukan itu, atas suruhan dari Cindy dan Irma. Ditambah semua bukti-bukti yang didapat oleh Pak Arman sendiri. Setelah semua bukti cukup dan kuat, barulah Pak Arman melaporkan mereka ke polisi dan menjebloskan mereka ke penjara. Sementara, aku sendiri, sebagai saksinya," terang Sari menceritakan semuanya kepada Mayang
"Sayang, aku harus berangkat sekarang, ya. Maaf, aku tidak bisa menemani kamu, untuk sarapan." Arman yang tiba-tiba saja, mencium pipi istrinya itu serta berpamitan kepada Dinda, yang sedang menata makanan di atas meja makan."Kok gitu, sih, sayang. Padahal, aku rela bangun pagi-pagi dan membuat sarapan untuk kamu," ucap Dinda dengan berwajah sedih."Maaf, sayang. Hari ini, aku harus cepat-cepat berangkat ke kantor, karena ada berkas yang harus ditanda tangani. Karena aku akan bertemu dengan beberapa kolega, untuk membicarakan tentang beberapa proyek yang sedang berjalan sekarang. Lihatlah, setengah jam lagi, kami akan bertemu. Aku takut nanti terlambat." Arman yang mencoba menjelaskan kepada Dinda."Sia-sia, aku memasak semua ini," ucap Dinda dengan raut sedih. Membuat Arman, tak enak hati jadinya."Ya, sudah. Lebih baik, sayang buatkan aku bekal saja, biar nanti di kantor aku memakannya. Bagaimana?" Tanya Arman yang tersenyum kepada Dinda."Ya, sudah. Tunggu sebentar, ya, sayang." D
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt