Malam itu Regita merasa senang. Ternyata rasa ngidamnya juga bermanfaat untuk membuat hubungannya dengan Marvin menjadi lebih dekat. Mereka pulang ke rumah setelah Regita menghabiskan seporsi sate untuk dirinya sendiri.“Sebenarnya aku khawatir kalau aku sering ngidam makanan tengah malam,” celetuk Regita saat mereka masih dalam perjalanan pulang.“Khawatir kenapa?” tanya Marvin. Dia berpikir mungkin Regita merasa tidak enak jika terus merepotkan Marvin dengan permintaan-permintaannya yang aneh.“Aku takut gendut.”“Apa?”Pernyataan Regita membuat Marvin tak habis pikir. Bukannya khawatir merepotkan Marvin, Regita justru mengkhawatirkan penambahan pada berat badannya. Marvin benar-benar salah prediksi.“Ya kalau aku sering ngidam makan berat tengah malam, itu bisa membuat berat badanku naik ‘kan” ulang Regita menegaskan kekhawatirannya tidak keliru. Marvin hanya menghela napas berat.“Sekalipun tidak karena ngidam, tetap saja berat badanmu akan terus bertambah seiring bertambahnya usi
“Apa maksudmu mengatakan kau menikahi Regita hanya sebagai umpan untuk menyelamatkanku dari Recky?” tanya Callista. Dia penasaran dengan maksud pernyataan Marvin.“Ini adalah rencanaku. Pernikahanku dengan Regita dan kembalinya kamu ke rumah ini, aku sudah merencanakannya,” kata Marvin.“Tunggu sebentar. Aku benar-benar tidak mengerti,” balas Callista. Marvin pun menceritakan kronologi kejadiannya.Pada suatu hari Marvin datang ke rumah Recky untuk memberi peringatan agar berhenti mengganggu keluarga Marvin. Saat hendak pulang, perhatian Marvin tertuju pada sebuah ruang yang terasing di belakang rumah Recky. Awalnya itu terjadi karena Marvin mendengar suara keras seperti benda pecah.Marvin mengikuti asal suara hingga berujung ke ruangan itu. Dia juga mendengar suara-suara rintihan seorang perempuan. Dia merasa penasaran dan curiga ada sesuatu yang Recky sembunyikan di sanaMarvin berusaha mencari celah untuk mengintip. Samar-samar dia melihat seorang perempuan sedang terikat di dalam
Regita benar-benar sakit hati mendengar pertanyaan Marvin tentang pernikahan mereka yang terpaksa. Regita tidak menyangka jika ternyata Marvin begitu licik hanya menjadikannya bagian dari rencana permainannya dengan Recky. Dia sangat tidak terima diperlakukan seperti itu. Setelah mendengar semua cerita Marvin lewat alat penyadap suara di kamar Callista, perasaan Regita jelas sudah tidak sama seperti sebelumnya. Dia dipenuhi amarah karena merasa dibohongi dan dikhianati. Dia hanya dimanfaatkan oleh Marvin untuk kepentingan pribadi. Regita tidak mau tinggal diam dan terus menjadi tameng dalam hubungan Marvin dan Callista. Dia tidak mau dimanfaatkan lagi. Setelah mengetahui semua kebenaran itu, Regita merasa tidak punya alasan lagi untuk tetap di sana. Mungkin seharusnya dia mengikuti saran Leonardo waktu itu untuk ikut pulang ke rumah. Meski begitu semuanya belum terlambat. Hari itu juga, Regita meminta Leonardo datang menjemputnya. Dia mengemasi barang-barangnya dengan segera. Saat
Regita menceritakan semua rencana busuk Marvin yang tak sengaja dia dengar lewat percakapan pria itu dengan Callista. Jelas saja hal itu langsung membuat Leonardo naik darah. Dia benar-benar tidak terima adiknya dipermainkan. "Kurang ajar si Marvin! Beraninya dia bermain-main dengan kita," umpat Laoenardo. "Mungkin Marvin belum sadar kalau aku sudah tahu semua permainannya. Itu sebabnya dia kebingungan saat aku akan pergi dari rumah itu," kata Regita."Aku sudah memperingatkannya dari awal untuk menjaga adikku. Tapi ternyata dia justru berani bermain api. Aku tidak akan membiarkannya begitu saja setelah apa yang lakukan padamu," ujar Leonardo.Leonardo sangat marah. Dia tidak percaya Marvin berani berbuat seperti itu pada keluarganya. Bagi Leonardo, itu adalah sebuah pengkhianatan besar. Marvin tidak bisa lagi dianggap sebagai teman. Menyakiti Regita sama halnya menyakiti Leonardo juga. Leonardo tidak pernah melepaskan orang yang sudah mengganggu mereka. Leonardo tidak takut untuk
Marvin tidak bisa diam saja setelah mendengar kabar tentang pemutusan kerja sama yang dilakukan Leonardo. Perusahaannya bisa mengalami kerugian besar. Marvin merasa harus segera mencari sumber masalahnya. Dia yakin bahwa keputusan Leonardo masih berkaitan dengan Regita. Tapi dia tidak bisa memastikan dugaan Andri benar bahwa masalah itu terjadi karena Leonardo dan Regita sudah tahu rencana jahatnya. Sekalipun ternyata itu benar, Marvin berpikir keras bagaimana Regita bisa mengetahuinya. Selama ini rencana mereka hanya menjadi rahasia antara dirinya dan Andri. Semuanya tersimpan rapi. Marvin tidak mungkin membongkar kejahatannya sendiri. Satu-satunya orang yang mungkin untuk dicurigai adalah Andri. Tapi sebelum berasumsi terlalu jauh, dia ingin memastikan akar permasalahannya terlebih dahulu. Mau tidak mau, Marvin harus menemui Leonardo untuk memastikan semuanya. Setelah mengetahui bahwa Leonardo sedang ada di kantornya, Marvin pun langsung pergi ke sana. Ruang kerja Leonardo menjad
Marvin ingat bahwa dia pernah menceritakan semua rencananya pada Callista. Dia menduga Callista yang sudah memberitahu hal itu pada Regita. Callista tidak suka Regita tinggal bersama di rumah mereka. Bisa saja Callista sengaja memberitahu kebenaran Marvin untuk membuat Regita pergi dari sana.Sementara Marvin berkesimpulan demikian. Kecurigaannya mengarah pada Callista. Dia pun pulang ke rumah dan langsung menginterogasi perempuan itu. Callista tidak terima Marvin menuduhnya hingga akhirnya terjadi perdebatan di antara mereka berdua. "Pasti kau yang sudah memberi tahu Regita bahwa aku terpaksa menikahinya demi membebaskanmu dari Recky. Kau juga sangat senang saat dia memilih pergi dari sini," kata Marvin. "Jangan salah paham padaku, Marvin. Aku memang tidak suka Regita menjadi penghalang bagi kita berdua. Aku memang cemburu padanya. Tapi aku tidak pernah memberitahu rahasiamu pada Regita. Jangan menyalahkanku tanpa alasan," balas Callista. Dia kesal dicurigai oleh Marvin."Aku punya
Regita tidak bisa tenang semenjak tahu bahwa Nathan sedang dirawat di rumah sakit. Dia selalu menunggu informasi dari Suster Gabby terkait perkembangan kesehatan anak itu. Dia meminta Suster Gabby mengabarinya secara diam-diam. Meski begitu, rasa cemasnya tetap tak berkurang jika dia belum bisa melihat dan memastikan kondisi Nathan secara langsung. Di sisi lain, dia juga tak punya kesempatan pergi karena Leonardo melarangnya. Suster Gabby mengatakan bahwa demam Nathan mulai turun. Meski begitu, Nathan tetap sering menanyakan kapan dia bisa bertemu dengan Regita. Hati Regita semakin terenyuh mendengar hal itu. Kasih sayang antara dirinya dan Nathan tidak berbatas hanya karena mereka bukan orang tua dan anak kandung. Saat mendengar informasi tentang Nathan yang selalu merengek ingin bertemu Regita, Regita pun tak bisa terus menahan diri. Dia mencari kesempatan agar bisa pergi. Suster Gabby mengabarkan bahwa hari itu tidak ada orang lain yang menjaga Nathan di rumah sakit. Marvin pergi
Regita merasa heran dengan sikap Callista. Selama di rumah sakit, Regita mendapatkan penuturan dari Suster Gabby terkait perlakuan Callista selama Nathan dirawat. Suster Gabby mengatakan bahwa Callista tidak begitu perhatian pada Nathan. Perempuan itu tampak tidak terlalu mencemaskan kondisi putranya. Bahkan Callista sering tidak menjenguk Nathan ke rumah sakit jika tidak ada Marvin.“Iya, Nona. Saya juga heran kenapa sikapnya seperti itu padahal dia adalah ibu kandung Mas Nathan. Tapi tampaknya, kasih sayang Nona lebih besar dibandingkan dia. Saya tidak mengada-ada dan bermaksud memperkeruh keadaan. Saya hanya kasihan melihat Mas Nathan. Dia sangat kehilangan Nona tapi ibu kandungnya sendiri tidak bisa mengisi kekosongan kasih sayang itu,” tutur Suster Gabby.Pernyataan itu terus terngiang dalam pikiran Regita bahkan setelah dia sampai di rumah. Regita semakin merasa aneh. Sudah bertahun-tahun lamanya Callista tidak bertemu dan tidak bisa membersamai tumbuh kembang Nathan.Saat Regit