“Aku tidak percaya ini. Dasar kakak mesum! Aku dan Marvin yang sudah suami istri saja baru melakukannya sekali. Tapi kau?” ujar Regita benar-benar syok. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala mengetahui ulah saudara laki-lakinya. Leonardo hanya tertawa tanpa merasa bersalah.“Tenang saja. Aku sudah menyiapkan paket honey moon untuk kalian berdua sebagai hadiah pernikahan dariku. Saat berbulan madu nanti, kalian bisa melakukannya sesering mungkin agar tidak kalah saing denganku,” ledek Leonardo.“Dasar! Menikah saja sana kalau kau sudah tidak tahan ingin terus menikmatinya,” balas Regita tak habis pikir. Tawa Leonardo semakin tak terbendung melihat tingkah sang adik yang menurutnya lucu. Obrolan mereka pun berhenti dan kembali ke acara.Seusai resepsi, Marvin dan Regita langsung menginap di hotel. Mereka tidak pulang lagi ke rumah Marvin karena sudah terlalu lelah. Ada banyak tamu yang mereka temui dan hal itu cukup menguras tenaga khususnya bagi Regita. Marvin dan Regita menempati satu k
Marvin dan Regita berlibur selama tiga hari di Bali. Mereka menikmati honey moon itu meskipun tidak melakukan seperti apa yang seharusnya diperbuat pasangan pengantin baru. Mereka hanya memanfaatkan kesempatan untuk menenangkan diri sementara waktu jauh dari keramaian ibu kota.Meski nyatanya Marvin tampak masih selalu sibuk dengan ponselnya. Entah urusan apa yang dia lakukan sebenarnya. Hal itu sempat membuat Regita merasa kesal.Terlebih saat dirinya ditinggalkan sendiri seharian penuh di penginapan. Entah ke mana dan untuk urusan apa Marvin pergi. Pria itu bahkan tampak menghindar saat Regita meminta penjelasan.“Aku ada urusan, Regita. Mengertilah,” kata Marvin saat Regita menginterogasinya setelah pulang ke penginapan.“Urusan apa yang membuatmu sampai lupa pada istrimu yang kamu tinggalkan sendirian di sini? Aku sangat bosan. Tidak tahu harus berbuat apa atau pergi ke mana. Berkali-kali aku mencoba menghubungimu tapi tidak ada respon. Pesan tidak dibaca dan panggilan tidak dijaw
“Bagaimana hadiah pernikahan yang aku kirimkan ke pestamu malam ini, Marvin? Maaf sedikit terlambat mengirimkannya. Tapi cukup menyenangkan bukan? Aku rasa momennya masih pas,” ujar Recky saat menghubungi Marvin lewat telepon.“Diam kau!” sergah Marvin yang langsung memutus panggilan secara sepihak.Marvin tidak punya waktu untuk meladeni Recky lebih lanjut. Kekacauan sedang terjadi di pestanya. Kedatangan Callista jelas mengejutkan semua orang. Bagaimana tidak? Seseorang yang sudah lama dianggap meninggal tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.Banyak orang yang tak percaya tapi itulah kenyataannya. Callista kembali pada keluarganya. Malam itu semua orang digemparkan dengan kejadian di mana istri pertama Marvin seolah hidup kembali.Tentu ada banyak tanya yang membutuhkan jawaban dan penjelasan. Tapi semua itu adalah masalah pribadi keluarga yang tidak seharusnya menjadi konsumsi publik. Itu sebabnya Marvin segera membubarkan acara pesta agar para tamunya segera pergi.Kini hanya t
“Kau sudah gila? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu di hadapan Regita? Kau tahu dia sedang hamil dan syok berat bisa membahayakan kandungannya,” ujar Leonardo dengan nada tinggi.Leonardo sedang berdebat dengan Marvin. Dia panik karena Regita jatuh pingsan setelah mendengar pernyataan Marvin yang masih mencintai Callista. Sekarang Regita sedang ditemani oleh Seravina di kamarnya setelah sempat diperiksa oleh dokter.“Lalu menurutmu aku harus mengatakan apa? Aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Cobalah mengerti posisiku. Apa aku harus mengatakan bahwa aku sudah tidak mencintai Callista dan menyakiti hati istri pertamaku yang baru kembali itu? Aku juga serba salah, Leon” bantah Marvin tidak terima disalahkan begitu saja.“Ah, sialan!” umpat Leonardo merasa kesal. Dia merasa tidak berdaya untuk membantu situasi pelik yang dihadapi rumah tangga adiknya.“Apa pun yang terjadi, aku tidak mau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Regita. Tadi kau sudah dengar sendiri kata dokter bahwa a
“Aku akan memikirkannya sampai besok,” kata Regita meminta kesempatan berpikir.Desakan semua orang membuat perasaan Regita semakin dilanda pilu. Perkataan mereka semua seolah menunjukkan bahwa itu bukanlah rumahnya. Dia tidak punya hak apa pun di sana. Dia seperti seorang tamu yang tetap tinggal karena belas kasihan tuan rumah.Sejujurnya Regita bisa dengan mudah menerima saran Leonardo untuk pulang. Setidaknya dia merasa lebih merdeka di rumahnya sendiri. Setidaknya dia tidak merasa seperti orang ketiga yang menumpang hidup dalam rumah tangga orang lain. Harga dirinya tercabik-cabik setiap kali memikirkan hal itu.Tapi di sisi lain, dia merasa berat untuk meninggalkan Nathan. Apalagi tadi Nathan sempat mengatakan sendiri bahwa anak itu tidak ingin Regita pergi. Kasih sayangnya pada Nathan membuat Regita tertahan. Dia mengelus pelan kepala anak kecil yang sedang tertidur di sampingnya.Sebenarnya Regita masih punya tempat pulang untuk melarikan diri dari kemungkinan sakit hati. Berba
Hari itu adalah hari yang menentukan. Leonardo dan Seravina juga sudah datang ke rumah Marvin untuk mendengar keputusan Regita. Mereka siap membawa Regita pulang jika perempuan itu menginginkan.Marvin dan Callista juga berada di sana. Ruang tamu rumah Marvin seperti ruang persidangan. Regita pun sudah menyiapkan sebuah jawaban yang dia pikirkan matang-matang. Dia berharap dia tidak salah mengambil keputusan.“Jadi apa keputusanmu, Regita?” tanya Marvin.Sebenarnya Regita kesal pada Marvin. Sejak kemarin pria itu tidak memberikan penjelasan atau pun meminta maaf atas kejadian tidak mengenakkan itu. Sekalipun bukan kesalahan mereka, setidaknya Marvin bisa melakukannya untuk menghibur hati Regita. Tapi pria itu seolah tidak menahan Regita untuk tetap tinggal di sana. Dia memberikan kebebasan penuh pada Regita.“Seravina akan membantumu berkemas jika kau ingin pulang,” ujar Leonardo menawarkan. Sorot mata pria itu berharap Regita akan ikut dengannya. Dia tidak tega membiarkan sang adik h
“Sebelumnya ini adalah kamarku dengan Marvin. Tapi sekarang aku merelakannya untuk kau tempati. Aku tidak masalah mengalah dan menyerahkan kamar ini. Hanya saja kau harus tahu bahwa aku sudah pernah menempatinya lebih dulu sebelum dirimu.”Perkataan Callista membuat Regita merasa kesal. Seolah Callista ingin mengatakan bahwa Regita menempati bekas kamarnya. Meski begitu Regita tetap berusaha menahan diri. Hal yang terpenting baginya sekarang adalah Callista tidak mendengar ucapannya tadi dan tidak mencurigainya. Callista bersikap seolah dia lebih berkuasa atas rumah itu. Terasa menggelikan bagi Regita. Regita tidak pernah suka direndahkan. Dia tidak akan tenang jika tidak memberikan balasan.“Callista, seperti kamu terlalu menghayati kenangan masa lalu. Aku sarankan lebih baik kau membuka mata terhadap kenyataan. Siapa yang hidup terlalu lama dalam masa lalu tidak akan bisa maju. Kenyataannya di masa sekarang, aku lah yang menempati kamar ini. Tapi kamu tidak perlu khawatir, waktu a
Callista tampak tidak suka dengan kehadiran Regita. Tapi Regita justru bersikap santai dengan tersenyum dan mengelus pelan pipi Nathan. Sekarang dia yang akan memainkan drama dengan memamerkan kedekatannya dengan Nathan.“Wah...Mommy ikut juga ternyata,” ucap Nathan bersorak gembira.“Mommy tahu kamu pasti akan mencari Mommy. Itu sebabnya Mommy ke sini. Mommy tahu apa yang kamu inginkan, Boy” kata Regita.“Untuk apa kamu ke sini?” tanya Callista mempermasalahkan karena Regita datang tanpa diundang.“Sebenarnya aku ada keperluan dengan Marvin. Aku harap Marvin tidak lupa bahwa hari ini aku ada jadwal periksa kandungan. Jadi aku pikir sebelum mengantarku ke rumah sakit, kita bisa sekalian makan bersama dulu,” jawab Regita dengan santainya.“Tapi kau bisa pergi sendiri ke sana,” bantah Callista.“Kau juga bisa makan siang sendiri tanpa Marvin,” balas Regita tak mau kalah.“Lagi pula aku hamil juga karena perbuatan Marvin. Seperti layaknya ibu hamil, aku butuh didampingi oleh suamiku term
Seperti yang sudah direncanakan, Marvin benar-benar mengadakan perayaan besar untuk kelahiran anaknya. Perayaan dilakukan dengan mengundang seluruh karyawan kantor dan juga rekan-rekan bisnis Marvin dan Leonardo. Selain mengumumkan kelahiran bayi Alena, mereka juga berniat untuk mengumumkan kembali kerja sama dua perusahaan mereka.Berbagai persiapan dilakukan untuk acara besar itu. Seluruh penghuni rumah ikut sibuk karena acara akan diselenggarakan di kediaman Marvin. Penataan lokasi, dekorasi, catering, semuanya sudah diurus sedemikian rupa. Marvin tidak ingin ada kesalahan untuk hari penting mereka.Selain sibuk mengatur konsep acara, Marvin juga langsung menyiapkan pakaian yang akan dikenakan keluarganya. Dia menyuruh perancang busana terkenal untuk membuatkan gaun khusus untuk dipakai Regita. Dia ingin istrinya tampil luar biasa di acara perayaan. Itu adalah bentuk perhatian Marvin pada Regita.Acaranya itu dilaksanakan malam hari. Saat hari H tiba, Marvin juga sampai mengundang
Regita tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan mantan suaminya secara tidak sengaja. Meski cukup canggung, tapi Regita mencoba untuk bersikap biasa. Raka hanyalah masa lalu baginya.Raka tampak lebih kurus dan penampilannya sedikit berantakan dibandingkan dulu. Sudah lama sekali Regita tidak mendengar kabar tentang mantan suaminya itu. Sejak bercerai dan dinyatakan mengalami masalah kesuburan, Raka juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan Marvin. Entah di mana sekarang pria itu bekerja.“Kau juga sedang berbelanja?” tanya Regita dengan akrab. Saat itu Seravina pergi mencari bahan belanjaan yang lain sengaja untuk memberi kesempatan bagi Regita dan mantan suaminya. Tidak ada maksud lain, hanya saja untuk menjaga hubungan baik.“Ya begitulah. Mama sedang sakit sehingga aku yang memutuskan untuk belanja bulanan,” tutur pria itu.“Semoga Mama cepat sembuh,” balas Regita tanpa bertanya lebih panjang terkait sakit yang dialami oleh mantan ibu mertuanya itu.“Kalau kau sed
Setelah mengetahui kabar tentang apa yang menimpa Regita, Seravina pun menjadi sering berkunjung ke rumah sakit. Hubungannya dengan Leonardo juga perlahan membaik seiring kesalah pahaman yang telah terurai. Belakangan bahkan Seravina menjadi sangat akrab dengan Regita.Semasa di rumah sakit, Seravina yang sering menemani Regita ketika Marvin dan Leonardo harus kembali pada pekerjaannya. Terlebih lagi tanggungan Marvin cukup berat karena harus memperbaiki semua kekacauan yang dilakukan Recky di perusahaannya. Semenjak Recky ditahan, Marvin kembali berkuasa penuh atas perusahaan.Bahkan hal itu memang bagian dari salah satu tujuan Regita. Regita sudah membuat Recky menguasai perusahaan Marvin. Dengan ditangkapnya Recky, maka Regita juga bisa mengembalikan posisi Marvin seperti semula. Lagi-lagi hal itu tak luput menuai rasa terima kasih dan bangga dari Marvin untuk Regita.Cukup banyak kekacauan yang diciptakan Recky selama masuk di perusahaan Marvin. Memperbaikinya pun bukan sesuatu ya
“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Marvin setelah Regita sadar. Dia merasa senang akhirnya istrinya itu bisa kembali membuka mata. Padahal sebelumnya dia sudah sangat takut akan kehilangan Regita.“Di mana Recky? Kau baik-baik saja ‘kan? Apa dia melukaimu juga?” tanya Regita dengan ekspresi panik. Marvin hanya tersenyum ringan.“Kau terluka tapi masih sempat mengkhawatirkanku, Sayang” ujar Marvin merasa begitu dicintai. Dia pun mengecup puncak kepala Regita.“Aku serius, Marvin. Di mana Recky? Sangat berbahaya jika dia masih berkeliaran bebas di sekitar kita,” ujar Regita masih cemas.“Tenang, Regita. Recky sudah diamankan oleh polisi. Aku jamin dia akan mendapatkan ganjaran seumur hidup atas semua kejahatan yang sudah dia lakukan selama ini. Dia juga sudah berani melukai istriku. Tadinya aku sangat takut kalau aku akan kehilanganmu,” ungkap Marvin sembari mengambil tangan Regita dan dikecupnya berkali-kali.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang aneh” ujar Regita. Dia baru sadar den
Marvin dan Leonardo menunggu dengan cemas. Dokter sedang melakukan tindakan. Mereka hanya bisa berharap akan mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu keselamatan Regita.Selama menunggu, Marvin benar-benar tidak bisa tenang. Dia takut jika harus menerima kenyataan pahit yang tidak dia inginkan. Dia tidak siap untuk kehilangan Regita. Dia merasa belum sempat membahagiakan Regita dan membalas semua pengorbanan yang sudah Regita lakukan untuk dirinya.“Tuhan...jika aku tidak layak kau perhitungkan, setidaknya lihatlah dia. Perempuan itu begitu baik atas semua yang telah dia lakukan padaku. Selamatkanlah dia,” batin Marvin. Dia benar-benar kehilangan cara untuk menenangkan dirinya.Marvin teringat semua jasa Regita. Regita yang sangat perhatian dan menyayangi Nathan seperti anak kandungnya sendiri. Regita yang tidak mau Marvin jatuh pada perangkap licik Callista palsu. Regita yang tidak ingin Marvin celaka karena Recky. Sudah banyak hal yang Regita lakukan untuk hidup Marvin.Sementara itu
“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa tidak bisa diselamatkan dua-duanya?” tanya Leonardo memastikan. Dia tidak tega melihat Marvin yang sudah terdiam dengan ekspresi tak berdaya.“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Pak. Tapi kami hanya punya opsi untuk menyelamatkan salah satu saja. Antara ibu atau anaknya. Kami membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan selanjutnya. Silahkan dirundingkan denga baik dan segera sampaikan hasil keputusannya pada kami. Kami juga tidak bisa menunda terlalu lama karena keselamatan pasien benar-benar dipertaruhkan,” ucap dokter itu kemudian pergi meninggalkan Marvin dan Leonardo. Mereka diberi kesempatan untuk berpikir secara matang dengan memperhitungkan segala konsekuensinya.Baik Marvin maupun Leonardo sama-sama merasa berada dalam situasi pelik. Kedua pilihan yang diajukan dokter sama beratnya. Mereka tidak ingin kehilangan keduanya.Marvin terduduk lesu di kursi tunggu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ada satu
“Kau? Marvin?”Regita begitu terkejut melihat sosok yang datang ke kamar hotel tempat dia disembunyikan ternyata adalah Marvin. Regita tidak menyangka Marvin akan melakukan hal itu. Dia berpikir Marvin pasti ingin balas dendam atas penembakan yang sudah Regita lakukan saat di hotel.“Jadi kau yang sengaja menyuruh para polisi gadungan ini untuk menyamar dan menculikku?” ujar Regita.“Tentu saja. Kau lupa siapa aku? Bukan hanya kau yang bisa menipu orang lain. Aku pun sama,” balas Marvin. “Lantas apa yang kau inginkan setelah menangkapku seperti ini? Kau ingin balas dendam? Kau ingin menghabisiku karena aku sudah berani membuat nyawamu terancam, begitu?” kata Regita dengan nada menantang.“Tidak, Regita. Menghabisi adalah hukuman yang terlalu mudah,” bantah Marvin.“Lalu apa maumu?”“Aku berbaik hati untuk memberimu dua pilihan. Akuilah bahwa kau mencintaiku atau kau memilih mati.”“Apa?”Regita terkejut mendengar pilihan yang diutarakan Marvin. Baginya itu terlalu tidak masuk akal.
Situasi berubah menjadi panik karena penyerangan tidak terduga yang Recky lakukan tiba-tiba. Regita yang tidak sempat menghindar juga membuat tusukan Recky tepat mengenai dada kirinya. Bahkan Marvin yang berada di samping Regita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia langsung menangkap tubuh Regita yang ambruk.“Kurang ajar!” umpat Leonardo emosi melihat adiknya dilukai.Tanpa pikir panjang, Leonardo pun mengeluarkan sebuah pistol dan melepas satu tembakan ke arah Recky yang digiring polisi. Tembakan itu mengenai paha kanan Recky hingga pria itu tak bisa berjalan. Meski begitu polisi tetap membawanya untuk diamankan.Perhatian mereka kemudian teralih pada Regita. Perempuan terbaring lemas di pangkuan Marvin. Regita masih sadar tapi lukanya terus mengeluarkan banyak darah. Marvin kebingungan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutup luka itu sementara dan menghentikan pendarahan. Tapi sayangnya mereka tidak menemukan apa pun di sana.“Bertahanlah, Regita” ujar Marvin penuh kecema
“Jangan mencoba untuk membohongiku atau kau akan tahu akibatnya,” ancam Leonardo dengan nada serius. Dia masih berpikir bahwa Recky hanya sedang mengelak.“Aku tidak tahu di mana keberadaan adikmu,” tegas Recky dengan jawaban yang sama.Leonardo yang kehilangan kesabaran akhirnya memberi kode panggilan pada para polisi yang dia bawa. Recky tampak terkejut saat melihat para petugas itu. Dia masih belum mengerti kenapa para polisi itu mengepungnya.“Sialan! Kau pikir kau bisa menangkapku dengan membawa mereka?” ujar Recky dengan nada menantang. Leonardo hanya tersenyum sinis karena dia bisa membaca ekspresi getir yang berusaha Recky sembunyikan.“Kalian tidak bisa menangkap seseorang tanpa alasan. Bahkan hanya dengan tuduhan penculikan yang tak berdasarkan bukti,” kata Recky masih merasa tenang. Dia belum mengerti karena permasalahan apa dia akan ditangkap. Dia masih berpikir Leonardo melaporkannya atas tuduhan penculikan terhadap Regita.“Kata siapa mereka tidak punya bukti? Kau akan d