Share

Cinta Lama

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2024-12-23 00:00:03

"Tante kenal sama dia?" tanya Aira penuh selidik.

"Be-begitulah," jawab Mira gugup.

"Dia siapa memangnya?" tanya Aira lagi.

Mira sengaja tak langsung menjawab. Dia malah berjalan cepat menghampiri Alex, lalu menyalami pria matang yang terlihat menawan itu. "Apa kabarmu?" sapa Mira.

"Beginilah, kau lihat sendiri," balaa Alex, dingin dan datar. Sesaat kemudian, pandangannya beralih pada Aira dan Enzo yang duduk tenang di stroller.

"Selamat datang, Nona Aira. Mari ikut dengan saya. Klien kita sudah menunggu," ujar Alex, lembut dan sopan. Sungguh berbeda dengan saat dia berbicara dengan Mira.

.

Mira sendiri tampak kesal. Dia mendengkus pelan sambil menatap tajam ke arah Alex. Namun, pria itu sama sekali tak menghiraukan.

Alex malah mengarahkan Aira untuk mengikuti langkahnya sampai tiba di area parkir. Dia menunjuk ke sebuah mobil SUV hitam. "Ini kendaraan operasional kita selama di Bali," jelas Alex pada dua wanita beda usia tersebut.

Setelah memastikan para penumpangnya aman, Alex seger
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janda Tapi Perawan   Tragis

    “Aku menikahi wanita itu secara siri. Beberapa minggu setelah kita menikah.” Ucapan tenang sang suami bagaikan petir yang langsung menyambar tubuh Aira. “Menikah?” tanya wanita itu dengan suara gemetar. Jati sudah tak pulang dua hari. Pria itu beralasan menginap ke luar kota untuk menyelesaikan masalah bisnis. Tapi, Aira malah mendapat kabar bahwa pria itu menghabiskan waktunya dengan wanita lain di hotel. Dan begitu dikonfrontasi, Jati justru mengaku bahwa sudah menikahi wanita itu? Bagaimana bisa? “Senja dan aku sudah berpacaran sejak lama, tapi Ibu tidak setuju dan justru memaksaku menikah denganmu. Aku tak ingin mengecewakan Ibu, sehingga aku terpaksa menyetujui. Tapi, aku juga tak bisa meninggalkan Senja begitu saja,” ungkap Jati, "aku sangat mencintainya." Deg! “Brengsek kamu, Kak,” geram Aira. Tangannya terkepal dengan seluruh tubuh bergetar. “Kamu tidak ingin mengecewakan Ibu, tapi kamu hancurkan hidupku. Begitukah?” “Aku minta maaf, Ra. Aku memang salah,” ucap Jat

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Sisi Manggala

    Manggala Naradipta, nama pria yang berhasil dirusak hatinya oleh Aira. Sosok dan penampilannya masih tetap sama sejak terakhir mereka bertemu, bahkan sekarang jauh lebih tampan. Bedanya, kini tak ada lagi sorot mata penuh cinta yang dilayangkan oleh pria itu, melainkan tatapan tajam penuh kebencian. Aira tahu bahwa Manggala sama terkejutnya dengan dia. Dapat dilihat dari pupil mata gelap pria itu yang melebar. Alis sedikit tebal dan rapi yang terangkat, serta bibir tipis kemerahan yang setengah terbuka saat melihat Aira masuk ke ruangan, lalu berdiri tepat di mejanya. "Helen, tinggalkan kami berdua," titah Manggala pada sang sekretaris. "Baik, Sir." Wanita bernama Helen itu sigap menuruti apa kata bosnya. Dia bergegas keluar dari ruang kerja Manggala, kemudian menutup pintu rapat-rapat. Keringat dingin mengucur deras dari dahi Aira, menyadari bahwa kini dirinya hanya berdua dengan Manggala. "Apa-apaan ini?" desis Manggala tak suka. "Sejak kapan kamu ganti nama menjadi Lauren Smit

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Pembalasan Dimulai

    Pukul delapan tepat, Aira sudah berada di dalam ruangan Manggala. Hawa dingin begitu terasa, membuat wanita pemilik tubuh ramping itu tegang. Ditambah sorot mata Manggala yang tajam dan tak bersahabat. "Hari ini aku ingin melihat secara langsung hasil jepretanmu," ujar Manggala datar. "Boleh, saya siap!" sahut Aira yakin seraya menunjuk ransel yang berisi peralatan fotografi. "Oke!" Manggala bangkit dari kursi kebesaran, kemudian mengarahkan Aira masuk ke lift. "Studio di lantai dua." Aira mengangguk, mengikuti langkah sang atasan yang juga mantan kekasihnya. Tanpa sadar, jika gerak laku dua orang itu mendapat perhatian tak biasa dari Helen, sang sekretaris. "Anda yang akan turun sendiri, Sir?" tanya Helen, setengah tak percaya. "Kenapa tidak?" jawab Manggala tanpa menoleh kepada Helen. Setibanya di lantai yang dituju, Manggala mengarahkan Aira ke sebuah ruangan bernuansa putih yang Aira ketahui sebagai studio. Suasana sibuk begitu terasa. Banyak kru berlalu lalang, samb

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Terpana

    Aira malu tak terkira. Dia kini menjadi bahan tertawaan Manggala dan anak buahnya. Seandainya bisa, dia ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi. Tak terasa, air mata Aira menetes. Basah di pipi, juga area tubuh bagian bawahnya, membuat gadis cantik itu semakin tak nyaman.Melihat hal itu, Manggala menghela napas panjang. Dia merasa sedikit keterlaluan dalam memperlakukan Aira. Hingga tanpa pikir panjang, Manggala langsung melepas blazer, lalu memasangkannya di pinggang ramping sang mantan kekasih."Ayo, bersihkan dirimu dulu," ajak Manggala seraya menarik tangan Aira dan menuntunnya masuk ke toilet wanita. "Tunggu sebentar di sini. Akan kusuruh Helen membawakan baju ganti untukmu!"Tanpa menunggu tanggapan Aira, Manggala bergegas meninggalkan sang mantan kekasih. Tak berselang lama, pria tampan berambut gondrong itu kembali. "Pakailah!" titah Manggala seraya menyodorkan paperbag coklat kepada Aira. "Masukkan pakaian kotormu di paperbag ini." Aira mengangguk sambil memaksakan senyum.

    Last Updated : 2024-09-06
  • Janda Tapi Perawan   Penawaran

    Hari pertama bekerja, dilalui Aira dengan lancar, walaupun diwarnai insiden memalukan. Kini, saatnya bagi Aira untuk membereskan peralatan memotretnya dan bersiap pulang. Namun, baru saja dirinya hendak meninggalkan studio, salah satu asisten fotografer tiba-tiba menghampiri Aira. "Maaf, Nona. Mr. Naradipta berpesan agar Anda bersedia ke ruangannya sebelum pulang," ujar kru itu. "Oh, baiklah." Aira mendengkus pelan. Itu artinya, dia harus kembali naik ke lantai teratas. Dengan langkah gontai, Aira memasuki lift dan menekan tombolnya. Beberapa saat kemudian, dirinya tiba di ruangan Manggala. Di sana, sudah menunggu sang atasan bersama sekretarisnya. Aira sempat mencuri-curi pandang ke arah wanita cantik berambut pirang yang berdiri di samping tempat duduk Manggala. Wanita itu tampak mengusap-usap bahu lebar Manggala sebelum berlalu meninggalkan ruangan. "Apa ada masalah, Sir?" tanya Aira setelah Helen menghilang di balik pintu. "Tidak ada. Aku hanya ingin memuji hasi

    Last Updated : 2024-09-13
  • Janda Tapi Perawan   Pertemuan

    "Sedang apa Kak Jati di sini?" tanya Aira dingin. "Dengan siapa?" cecarnya sembari menyapu pandangan ke sekitar. Aira harus waspada seandainya Jati datang bersama istri, sebab dia pasti tak akan sanggup melihat kemesraan sang mantan suami bersama pasangannya. "Aku membawakanmu oleh-oleh dari Ibu," jawab Jati sambil tersenyum kaku. "Darimana Kak Jati tahu aku tinggal di sini?" Aira memicingkan mata sinis, seolah tak memedulikan kalimat Jati sebelumnya. "Suami Mbak Sinta yang memberitahuku," sahut Jati. "Ck!" Aira berdecak kesal. Kakak iparnya itu tak pernah bisa menyimpan rahasia, terlebih pada Jati. Aira sedikit memaklumi sebab Jati dan sang kakak ipar memang bersahabat sejak lama. "Kenapa mesti repot-repot? Tante Andini kan bisa menitipkannya pada Mama atau Mbak Sinta," dengkus Aira. "Maaf, Ra. Kalau kedatanganku kemari membuatmu tidak nyaman. Tapi, Ibu yang memaksa. Bingkisan ini harus diterima langsung olehmu." Jati menyodorkan sebuah paperbag pada Aira. Ragu-ragu, A

    Last Updated : 2024-09-28
  • Janda Tapi Perawan   Terluka

    Bukan hanya Jati yang terkejut atas pernyataan Aira itu, melainkan Mira juga. Wanita paruh baya yang sedari tadi bersembunyi di balik pintu, langsung melotot pada Aira. "Yang benar, Ra?!" bisik Mira pada Aira yang masih bergeming di ambang pintu. Akan tetapi, Aira tak menghiraukan sang tante. Dia terlalu fokus pada wajah cantik Senja yang tampak pias. "Apa maumu, Senja? Kamu sudah berhasil merebut Kak Jati, kan? Sudah kurelakan biduk rumah tangga kami hancur, supaya kalian bisa bersatu. Apa masih kurang pengorbananku?" cerca Aira dengan napas menderu. "Bukan aku yang merebut Mas Jati, tapi kamu!" Senja tak mau kalah. "Aku yang lebih dulu mengenalnya. Kami saling mencintai!" "Baguslah, kalau begitu. Kuucapkan selamat untuk kalian. Semoga kalian berdua selalu bahagia. Sekarang, cepat pergi dari sini dan jangan pernah ganggu aku lagi!" titah Aira. Bukannya tersinggung, Jati malah berjalan mendekat ke arah Aira. Sontak, dada Senja semakin bergemuruh melihatnya. "Apa benar kam

    Last Updated : 2024-09-30
  • Janda Tapi Perawan   Hanya Sandiwara

    Aira begitu lega ketika akhirnya dapat memasuki rumah sang tante. Tubuhnya kini terasa ringan, karena sudah terlepas dari drama picisan yang diciptakan oleh Senja dan pasangannya. Kini, Manggala, Jati dan Senja kembali ke tempat masing-masing. Sejenak, terukir senyuman di bibir ranum Aira tatkala teringat tangan Manggala yang melingkar di pinggang rampingnya, beberapa saat yang lalu. "Kamu gila ya, Ra!" sentak sebuah suara yang membuat Aira terkejut setengah mati. "Tante, ih! Ngagetin terus dari tadi!" gerutu Aira sembari mengusap-usap dadanya. "Dia Manggala, mantan kamu dulu, kan? Apa yang kalian rencanakan!" cecar Mira. Namun, sesaat kemudian wanita paruh baya itu meralat kata-katanya. " Ah, pertanyaanku salah! Maksudku, apa yang Manggala rencanakan?" "Dia cuma mau membantuku, Te. Tenang saja," tepis Aira. Dia mengibaskan tangan, lalu beranjak menuju lantai dua. "Ingat, Ra! Kamu mesti waspada! Jangan sampai kamu lupa siapa Manggala!" Mira terus mengikuti langkah keponakan

    Last Updated : 2024-10-02

Latest chapter

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Lama

    "Tante kenal sama dia?" tanya Aira penuh selidik."Be-begitulah," jawab Mira gugup."Dia siapa memangnya?" tanya Aira lagi.Mira sengaja tak langsung menjawab. Dia malah berjalan cepat menghampiri Alex, lalu menyalami pria matang yang terlihat menawan itu. "Apa kabarmu?" sapa Mira."Beginilah, kau lihat sendiri," balaa Alex, dingin dan datar. Sesaat kemudian, pandangannya beralih pada Aira dan Enzo yang duduk tenang di stroller."Selamat datang, Nona Aira. Mari ikut dengan saya. Klien kita sudah menunggu," ujar Alex, lembut dan sopan. Sungguh berbeda dengan saat dia berbicara dengan Mira..Mira sendiri tampak kesal. Dia mendengkus pelan sambil menatap tajam ke arah Alex. Namun, pria itu sama sekali tak menghiraukan.Alex malah mengarahkan Aira untuk mengikuti langkahnya sampai tiba di area parkir. Dia menunjuk ke sebuah mobil SUV hitam. "Ini kendaraan operasional kita selama di Bali," jelas Alex pada dua wanita beda usia tersebut.Setelah memastikan para penumpangnya aman, Alex seger

  • Janda Tapi Perawan   Potret Kenangan

    Waktu berjalan begitu cepat. Satu tahun sudah Aira menjalani hidup tanpa Manggala. Selama itu pula, sosok Manggala masih tetap bertahta dalam benak dan hati Aira. "Mama ... mam!" celoteh Enzo. Di usia 1,5 tahun ini, bayi mungil Aira sudah banyak menguasai kosakata. "Tadi sudah mam. Nanti lagi." Aira menjauhkan sekeping biskuit dari tangan Enzo. "Mam!" pekik Enzo tak terima. "Nanti lagi, ya," bujuk Aira lembut. Enzo sudah hendak menangis. Akan tetapi, bunyi lonceng yang terpasang di atas pintu masuk berbunyi, tanda bahwa daun pintunya telah dibuka dari luar. "Selamat siang!" sambut Aira seraya buru-buru menggendong Enzo. "Selamat siang," balas seorang pria berwajah bule. "Jadi, ini kantor Enzo's Photography, ya?" tanyanya seraya mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan bernuansa etnis tersebut. "Betul sekali! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Aira ramah.Pria itu tak langsung menjawab. Dia malah terus memperhatikan hasil-hasil jepretan Aira yang terpajang di dinding kantor

  • Janda Tapi Perawan   Menjemput Impian

    "Kau tahu? Tuan Jati tak jadi bercerai dari istrinya. Dia menarik gugatan," jelas Catherine antusias. "Oh, ya? Syukurlah," ucap Aira. "Aku sempat merasa bersalah pada Jati karena sudah memanfaatkannya untuk kepentinganku sendiri," sesalnya. "Memangnya, kamu memanfaatkan apa, Ra?" sela Kartika penasaran. "Eh, itu ...." Aira meringis serba salah. Dia tahu ibunya tak suka kepada Jati. Bahkan ketidaksukaan Kartika pada Jati, jauh lebih besar dari ketidaksukaannya pada Manggala. "Aku pernah menyuruh Kak Jati untuk membantu mengurus dokumen-dokumen kelahiran Enzo. "Aku juga memintanya menjaga Enzo," beber Aira. "Astaga!" Kartika geleng-geleng kepala. Ada saja ulah putrinya yang membuatnya pening. "Dan Jati melakukannya dengan sukarela?" tanya Kartika setengah tak percaya. Sementara Aira hanya membalasnya dengan mengangkat bahu. "Dia mengejar-ngejarku hanya karena rasa bersalah, dan aku memanfaatkan rasa bersalah itu," ungkapnya. "Sekarang, Jati sudah kembali pada istrinya. Ta

  • Janda Tapi Perawan   Bangkit

    Aira bersimpuh di samping pusara Manggala. Dia menangis tersedu sambil memeluk nisan berukir nama suaminya. Aira meluapkan segala kesedihan yang menumpuk selama beberapa hari terakhir. Kecelakaan dahsyat yang dia alami, serta kehilangan besar itu benar-benar menghantam jiwanya. Berbeda dari Aira. Mira yang saat itu turut mengantar dan menemani keponakannya, hanya berdiri terdiam, beberapa langkah di belakang Aira. Mira merasakan sesuatu yang janggal. Makam itu tampak baru. Gundukan tanah liatnya pun terlihat basah, seperti baru ditimbun. Padahal jika diperkirakan, kecelakaan itu terjadi dua minggu lalu. Entah pada siapa Mira harus mengutarakan kecurigaannya. Dia tak ingin menyinggung perasaan kedua orang tua Manggala. "Ra, cukup. Kita pulang, yuk," ajak Mira. "Kasihan Enzo, sudah kamu tinggal terlalu lama." Aira terkesiap untuk sesaat. "Enzo?" ulangnya. "Iya, Sayang. Dia buah hatimu bersama Manggala. Suamimu tentu tak ingin putranya terlantar. Bagaimanapun, Enzo adalah wa

  • Janda Tapi Perawan   Separuh Jiwa

    Perlahan, kelopak mata Aira terbuka. Yang dilihatnya pertama kali adalah langit-langit ruangan berwarna putih. Aroma obat bercampur pewangi antiseptik terasa menusuk hidung. Lemah, Aira menoleh ke samping. Wajah sang ibu lah yang dilihatnya pertama kali. Mata Kartika tampak sembab, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Kemudian, Aira mengalihkan pandangan pada Sinta dan Imelda yang tengah menggendong Enzo. "Suster! Panggilkan dokter dan suster! Aira sudah sadar!" seru Sinta panik. Sedangkan Kartika langsung memencet tombol yang tersedia di atas kepala ranjang rumah sakit sambil terus menyeka air mata. Tak berselang lama, seorang dokter jaga bersama perawat datang memeriksa. "Silakan keluar dulu, Ibu-ibu," pinta dokter itu sopan. Tak bisa menolak, tiga wanita tersebut terpaksa meninggalkan ruangan dan menunggu di ruang tunggu, sampai dokter menghampiri Kartika. "Tanda-tanda vital pasien normal. Responnya juga normal," ujar sang dokter. "Putri Ibu sudah melewati masa kritisnya."

  • Janda Tapi Perawan   Bebas

    "Kalian biarkan aku pergi, atau aku akan menyakiti Bos kalian ini!" ancam Manggala. "Kau serius, Nak?" Bukannya takut atau khawatir, Frederick malah terkekeh. "Aku bukanlah pria sembarangan. Kau tahu sendiri bahwa nama Larson sangat berpengaruh di negara ini. Uang dan kekuasaanku mampu membeli segalanya," ujarnya balik mengancam. Manggala sama sekali tak gentar. "Aku tak peduli. Apapun akan kulakukan supaya bisa membawa Aira dan putraku pergi dari sini." "Begitukah? Kau ingin mereka bisa keluar dari kota ini dengan selamat?" Manggala mengernyit menanggapi ucapan aneh Frederick. "Tentu saja!" sahutnya. "Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan," putus Frederick. Mendengar hal itu, Manggala malah semakin waspada. Setelah semua yang mereka lalui, tentu tak akan semudah itu Frederick melepaskannya. Namun, kenapa pria tua itu sekarang terkesan menyerah? "Apalagi yang Anda rencanakan, Om Frederick?" desis Manggala curiga. "Tidak ada," jawab Frederick dengan segera. "Kuras

  • Janda Tapi Perawan   Sembunyi

    Sudah semalam berlalu sejak pertemuan dengan Cynthia dan ayahnya. Aira merasa ada yang aneh dengan wanita itu. "Jadi, seperti itu ya keadaan orang depresi?" tanyanya. "Aku juga tidak mengira bahwa apa yang kulakukan padanya bisa berpengaruh sebesar ini pada Cynthia," jawab Manggala. Tatapannya kosong menerawang ke lantai apartemen. "Jadi, apa yang akan kita lakukan, Ngga? Apa kita tetap akan di sini sambil menunggu keputusan Tuan Larson?" Aira mulai was-was. Terus terang, dia merasa curiga dengan sikap Frederick yang tiba-tiba menyuruh dirinya dan Manggala untuk pulang. "Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh orang berpengaruh seperti keluarga Larson pada kita, Ngga?" tanya Aira lagi. "Bukan pada kita, Ra. Tapi aku, hanya kepadaku," ujar Manggala meluruskan. "Semua yang terjadi padamu, tentu akan berimbas padaku, Ngga. Kalau kamu merasakan sakit, maka aku juga ...." Kalimat Aira terhenti saat mendengar ketukan pelan di pintu apartemen. "Siapa?" desis Manggala lirih. Raut

  • Janda Tapi Perawan   Hanya Aira

    Ruang keluarga bernuansa klasik itu menjadi bukti amarah Frederick. "Aku menanggung biaya akomodasi kalian dari Jakarta sampai ke kota ini, bukan untuk cuma-cuma!" ujarnya dengan intonasi tinggi. "Aku ingin istrimu juga melihat bahwa dia turut andil dalam hancurnya kehidupan putriku!" imbuh Frederick. Aira terpaksa menutupi kedua telinga bayinya rapat-rapat agar tidak terkejut dengan teriakan Frederick. Dia juga memeluk Enzo erat-erat. "Oh, jadi itu alasan Om Frederick mengajak Aira kemari? Agar bisa mempermalukannya?" desis Manggala. "Itu pantas dia dapatkan!" balas Frederick tak terima. "Diam!" Suara Manggala menggelegar, menggema di tiap sudut ruangan megah itu. "Anda boleh menghina dan menginjak-injakku, tapi jangan istriku!" sentaknya. Membuat nyali Frederick menciut. "Aku tidak akan rela siapapun merendahkannya! Apapun kesalahanku pada Cynthia, jangan pernah limpahkan pada Aira! Istriku tak bersalah!" tegas Manggala. Sementara, Aira hanya bisa terdiam sambil terus m

  • Janda Tapi Perawan   Marah

    Pesawat yang ditumpangi oleh keluarga kecil itu telah tiba di bandara Launceston, Tasmania. Berdebar hati Aira saat membayangkan apa yang mungkin akan dia alami ke depannya. Manggala dapat melihat dengan jelas ketakutan itu. Maka, dengan sigap dirinya meraih tangan Aira dan menggenggamnya lembut. "Kenapa Tuan Larson mengarahkan penerbangan kita ke kota ini?" tanya Aira bingung. "Karena Cynthia dirawat di tempat ini. Dia sengaja diasingkan oleh keluarga besarnya," jelas Manggala. Dia menceritakan sesuai dengan apa yang didengarnya dari Frederick melalui sambungan telepon semalam. "Nanti kita akan tinggal di mana, Ngga?" Aira tiba-tiba menghentikan langkah seraya mencengkeram erat pegangan kereta bayi Enzo. "Tenang, Sayang. Aku sudah menyewa apartemen untuk ditinggali sementara di sini," tutur Manggala lembut sambil melingkarkan tangan di pundak sang istri tercinta. "Jadi ... kita langsung ke apartemen sekarang?" tanya Aira ragu. "Pasti, dong. Lihat Enzo, dia kelelahan,"

DMCA.com Protection Status