Share

Part 89 Melunak Untuk Menolak

"Ibu … katanya Om Liswan sama Om Kemal, Papa Aditya mau ketemu Agam lagi. Kapan?" Aku melongo mendengarnya.

Dia memang sudah tahu kalau pria yang tiba-tiba menggendong dan menciumnya itu papanya. Awalnya ia memang takut, namun seiring waktu Riswan dan Kemal menjelaskan padanya.

"Memangnya Agam sudah tidak takut kalau ketemu?" Kulirik dia di meja makan saat aku masih sibuk dengan cucian piringku. Mulutnya sibuk dengan kentang goreng.

"Sudah nda, Agam kan sudah pelnah telpon pideo sama Papa Aditya sama Om Kemal, sama Om Liswan juga." Aku terdiam karena tidak tahu kapan mereka melakukannya.

"Agam kenapa tidak bilang sama ibu?"

"Om Kemal bilang, jangan bilang sama Ibu dulu. Ini lahasia laki-laki. Tapi Agam penasalan, kenapa nda pelnah telpon lagi?" Rahasianya ia ungkap karena penasaran. Aku menggeleng karena sedikit terhibur.

"Mungkin Papa Aditya sibuk."

"Hum … mungkin."

"Agam beneran mau ketemu sama Papa Aditya?" tanyaku kembali saat duduk di hadapannya.

Agam mengangguk mantap lalu beruja
Rat!hka saja

Habis sudah kesabaran Carisa. Tolong panggil tetangga atau mungkin ambulans. Penasaran dengan nasib Nyonya Eda? Ikuti part selanjutnya!

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status