Share

Part 91 Buyar

Melihat seorang Aditya Heriano Santoso menangis tersedu-sedu adalah hal yang langkah. Begitu juga halnya dengan Devi. Aku bingung, apakah mereka sudah sadar atau hanya sekedar bersandiwara?

Anggukan pelan dari Agam seakan membasuh dahaga penantiannya selama ini. Aditya menunduk dan mengecup puncak kepalanya. Tak menunda-nunda lagi, Aditya langsung membawa Agam ke pangkuannya.

Pelukannya terlihat begitu erat. Agam masih terlihat bingung menatap kami bergantian. Usapan lembut jari Devi di pipi Agam membuatku menatap wanita itu. Tak kusangka ia mengecup pipi Agam seperti dulu saat di Surabaya.

Aditya dan Devi mulai bertanya pada Agam tentang kegiatan sekolahnya. Ceritanya seakan tidak ada habisnya. Ekspresi wajahnya juga mengundang tawa kami, kecuali Nyonya Eda. Aku hampir lupa menghitungnya.

Sejak tadi kulihat wanita itu hanya fokus pada mantan suaminya. Sayangnya, sejak datang, Tuan Hendrawan bersikap acuh tak acuh padanya. Sepertinya memang sudah tidak peduli lagi.

Bunyi perut Agam mem
Rat!hka saja

Jujurnya anak kecil tak terbantahkan. Sekuel cerita Aditya dan Devi akan hadir. Belum tahu rumahnya di mana. Pantau terus ya ...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status