Sesampainya di rumah, Noah langsung menyuruh Tara untuk masuk setelah memastikan semua pagar dan pintu terkunci rapat. Katanya, pemuda itu akan menunggu jemputan Radu di depan gapura perumahan. Tara menurut, sebab dia memang penasaran dengan isi dari tas kain yang diberikan oleh Noah tadi.Di kamar, wanita muda itu mulai membuka isi tas tersebut dan terkesiap dengan isinya. Sebuah gaun malam yang tampak cantik dan menawan. Berwarna ungu tua, yang bagian bawahnya tergradasi oleh kerlap-kerlip warna platina. "I-ini ... ngapain dia kasih ini?"Sebuah notes terjatuh. Tara memungutnya, lantas menemukan satu paragraf singkat dari si pengirim.'Langkah pertama untuk mencoba membalas perasaanku, adalah dengan kencan perdana yang akan kita lakukan besok malam. Pakai ini ya, Cantik!Pahlawan Kesianganmu,Sr. Alejandro.'Butuh beberapa detik bagi Tara agar dapat mencerna serentetan tulisan yang baru dibacanya itu. Dia mengerti dengan jelas, namun yang terjadi pada detik ini lebih mirip mimpi ko
Bukan hanya sekedar bertanya, Noah menyodorkan sebuah cincin bermatakan berlian kecil berwarna ungu. Tara nyaris meragukan penglihatannya sendiri, atau barangkali saja sepasang bola matanya sedang tidak dalam kondisi fit. Tetapi, sosok Noah yang berdiri menjulang di hadapannya dengan senyum merekah itu langsung menyadarkan Tara bahwa semua ini memang terjadi secara nyata.Noah baru saja melamarnya?Apakah hal itu sesuai dengan yang dilakukan oleh Noah padanya saat ini?"Noah ....""Tara, aku tau ini terlalu cepat, tapi aku benar-benar nggak mau kehilangan kamu. Aku juga nggak mau melewatkan kesempatan yang ada. Aku mulai menyadari perasaanku, tapi aku juga nggak mau membuatmu tenggelam dalam sesuatu yang bisa menyia-nyiakan waktumu." Kata Noah bersungguh-sungguh.Kalau terdapat kamera tersembunyi dan semacamnya, tolong keluarlah sekarang juga! Tara tidak tahan! Apakah dia sedang menjadi bahan lelucon bagi satu daerah? Bila iya, mengapa harus dengan cara seperti ini?"Aku nggak akan me
Semalaman, Noah mendapatkan omelan panjang kali lebar dari Radu. Tepat setelahnya, Radu menghubungi Heru dan Rosalie. Sebab apa yang Noah katakan benar-benar mengundang kekalutan yang bisa membuat gempar banyak orang jika tak kunjung diselesaikan dari akarnya—berhubung masih hangat-hangatnya pula.Maka keesokan paginya, Noah dan Tara dipanggil ke ruangan Heru. Dua jam sebelum syuting dimulai, Noah sudah datang lebih dulu ke Hacer. Sedangkan Tara datang setengah jam kemudian, tak mengetahui jika dirinya akan terseret dalam momen tersebut.Tara mengembuskan napas perlahan. Sembari tertunduk, wanita muda itu memainkan jemarinya. Dia seperti seorang remaja yang ketahuan berpacaran di sekolah dan mau diomeli oleh para guru. Entah bagaimana caranya Heru dan Rosalie bisa mendengar tentang lamaran Noah semalam, yang jelas Radu merupakan bukti konkret pertama."Jadi ... apa benar, semalam Noah melamar kamu, Tara?" tanya Rosalie, setelah satu ruangan berada dalam keheningan yang janggal. Wanita
Tak ada kewajiban untuk memberi jawaban bagi mantan suami bajingannya itu. Dia sudah cukup tersiksa dengan permasalahan baru ini, jadi perkara Seno tidak terlalu penting. Selesai dengan pekerjaan yang selalu bisa dituntaskan lebih awal dari staf lain, Tara memutuskan untuk mengunjungi Cell. Dia sudah bertanya mengenai kelenggangan rekan kerjanya itu, dan dia sedang sendirian dalam studio kesayangannya.Ketika pintu lift di depannya terbuka lebar, Tara dikejutkan oleh keberadaan Noah yang sama-sama menatapnya. Mendadak, Tara jadi salah tingkah duluan. Apa yang mereka lalui di ruangan Heru tadi tidak bisa dianggap sepele, sebab Noah seperti mengumumkan kepada dunia bahwa pemuda itu memang mencintainya."A-aku ...."Tara tak mampu melanjutkan perkataannya, sebab pemuda berandal yang semalam baru melamarnya itu berlalu begitu saja. Keluar dari lift, membiarkan Tara mematung seorang diri. Ujung mata Tara mengekori langkah tegap Noah. Dengan roman yang tak bisa dibaca, pemuda itu berbelok m
"Ha? Calon istri?"Noah merangkulkan lengannya pada pundak Tara yang hanya bisa pasrah. Tidak mungkin mengalahkan Noah yang sedang berada dalam mode tidak tau dirinya itu. Tetapi dia tidak mungkin diam terus kan? Masalahnya dia saja belum memberikan jawaban pasti atas lamaran yang pemuda itu suarakan."Noah ... kan aku belum menjawab," Tara menurunkan lengan berandal yang satu itu darinya, kemudian menatap Julian dengan segenggam minta maaf. "Maaf, Jull. Mau mencocokkan jadwal? Boleh! Kapan?""Lho? Kok diterima sih, Tara? Kamu mau kencan sama laki-laki lain, padahal aku sudah melamar kamu?" protes Noah. Julian makin bingung, hanya mampu melongo sembari mengalihkan pandang secara bergantian."Kamu masih memberi aku waktu sampai syutingmu selesai kan, Noah? Jadi, aku belum-belum benar menjadi calon istrimu. Begitu juga dengan kamu! Sekarang, nggak ada salahnya kalau aku mau kencan sama Julian kan? Kami cuma mau menepati janji satu sama lain yang sudah lama diperbuat tapi nggak kunjung d
Noah menempatkan diri di samping Tara. Tanpa ragu, pemuda itu langsung melahap masakan buatan si janda muda seperti tidak pernah makan seharian ini. Tara menyikut Noah, menghentikan kegiatan pemuda itu sejenak. "Apa kamu nggak makan seharian ini, Noah?""Enggak! Bang Radu aku suruh beli makanan, eh, dianya sendiri juga sibuk mondar-mandir. Aku harus terus di dekatnya penulis buat memikirkan adegan yang akan datang. Capek banget, Tara." Noah mendengus lelah. "Oh iya, tadi aku taruh di meja ruang tamu.""Apanya?""Kue bolu, enak banget, Tara. Kamu wajib cobain kue itu." Kata Noah."Gimana kalau kue bolunya dicoba sekarang aja, bareng-bareng? Buat makanan penutup." Saran yang terlontar dari mulut Juwita menciptakan guratan keheranan pada kening Noah dan Tara. Sementara itu, Sari dan Seno tampak senang dengan keputusan tersebut. Terlebih Seno—sebab tidak menyukai kenyataan bahwa bolu itu merupakan pemberian Noah.Noah dan Tara melempar pandang. Tara menggeleng, enggan menuruti kemauan Ju
"Kamu pindah rumah? Terus rumahmu yang kelewat besar itu mau dijadikan sarang hantu gitu?" tanya Rosalie yang sudah siap mengomeli Noah.Pagi-pagi sekali, Heru dan Rosalie menghubungi Noah terkait tingkah membahayakan pemuda itu yang diperbuat semalam—lagi. Lantaran sang kemenakan tak menjawab, maka Heru menghubungi Radu, meminta alamat baru rumah yang mereka tempati. Keduanya telah bertandang ke rumah keluarga Alejandro, tetapi tak mendapatkan balasan apa pun.Sekarang, setelah mendapatkan alamat rumah baru Noah, keduanya datang dengan omelan yang makin menjadi-jadi. "Oh, ternyata diam-diam kamu jadi tetangganya Tara, iya? Astaga, buat apa sih, Noah! Kamu punya rumah yang kelewat besar lho!""Tapi nggak ada apa-apanya, Tante," sanggah Noah. "Terus kalau di sini, ternyata lebih dekat sama gedung lokasi syuting. Tanya aja sama Bang Radu! Beda kalau berangkat dari rumah langsung, agak lama, belum lagi kalau kena macet. Bonusnya, bisa dekat sama Tara, Tante! Kesayanganku, penyemangat har
"Ha? Gimana? Peramal?"Noah menurunkan kaca mata hitamnya, mengalihkan fokus kepada seorang wanita yang merupakan teman dekat si penulis. Sosoknya yang cukup nyentrik dengan pakaian berwarna neon membuat Noah memejamkan mata untuk sesaat. Entah mengapa, dia jadi melihat kembaran Cell yang sama-sama mengagumi warna neon. Wanita itu dikenal sebagai Madam Rowell—nama panggung yang dikenal oleh semua orang, tetapi si penulis tampaknya mengenal si peramal lebih dekat dari yang lain. Mbak Yuri, si penulis yang duduk di dekat Noah itu melambaikan tangan ke arah Madam Rowell. Saat berpandangan dengan Noah, Madam Rowell memindainya secepat kilat bagaikan mesin pemindai paling canggih yang pernah ada.Noah mengernyit, menatap sosok Madam Rowell yang telah mendudukkan diri di samping Mbak Yuri. Menyadari tengah menjadi objek bersusulkan tanda tanya, Yuri memperkenalkan Noah dan Radu kepada Madam Rowell."Noah, kenalkan! Dia ini teman dekat saya semasa sekolah dulu, dan sekarang kami masih berhu