"Be-egini, kalau misalkan Ibu gak masuk toko, aku harap jangan kasih kepercayaan kepadaku untuk mengurus toko lagi." Mira berkata sambil memilin-milin ujung bajunya.
Mendengar hal itu, Haura mengalihkan pandangannya dari setumpuk kertas yang sedang dia kerjakan."Kenapa?" tanya Haura menatap lekat Mira."Enggak papa, Bu!" Mira menggelengkan kepalanya cepat, dia tidak mau disebut sebagai tukang ngadu."Pasti karena si Caca kan?" tebak Haura yang membuat raut wajah Mira terkejut. "ternyata benar, emang apa yang dia lakukan kepada kamu?""Enggak papa kok, aku gak mau disebut tukang ngadu karena masalah ini," gumam Mira lirih.Raut wajah Mira terlihat sangat sedih, walau tidak menyakitkan bagi sebagian orang, tetapi menurutnya Mira sangat tidak nyaman sekali kalau bekerja bersama dengan orang yang memusuhinya.Memang dia tidak memperlihatkan kalau dirinya merasa terganggu dengan sikap Caca, di depan wanita iri tersebut. Namu"Dia enggak mungkin begitu, Bu!" ucap Haura menolak percaya.Sekarang dirinya menatap Mira, wanita muda itu menggelengkan kepalanya pelan. Wajahnya penuh dengan berlinang air mata."Kalau bukan kamu siapa lagi?! Jadi seharusnya ngaku dong!" hardik wanita setengah baya itu."Bu, aku yakin kalau karyawanku ini enggak mungkin kayak gitu. Jadi kita minta dia bicara untuk jelasin semuanya." Haura menggenggam jemari Mira erat."Halah, aku gak ada waktu buat dengar dia jelasin. Terus mana ada orang kayak dia berani ngaku, kalau sudah, seharusnya dari tadi!" Tunjuk wanita setengah baya dengan mata yang melotot kepada Mira.Mira sangat ketakutan, dia gemetaran dengan wajah menunduk sambil berlinang air mata. Bukannya tidak mau membela diri, tetapi sedari tadi pelanggan yang datang itu tidak membiarkan dirinya untuk berbicara."Dengar dulu, Bu! Aku enggak mau kalau karyawanku yang sebenarnya gak salah, malah dituduh kayak gitu!" Haura seng
Haura menajamkan telinganya, wanita itu terkejut kalau pelanggannya tersebut ternyata tidak main-main dengan perkataannya.Namun, dia tidak bisa langsung masuk dalam percakapan antara mereka berdua, sangat tidak sopan sekali dilihat. Dia juga tidak memiliki hubungan apa-apa, orang hanya tahu kalau dirinya adalah bos tempat di mana Dean bekerja."Maaf, Tante, aku menolaknya!" tolak Dean dengan tegas."Kenapa kamu menolaknya? Padahal tante gak bakalan nyuruh-nyuruh kamu kok, karena sebenarnya tante ini orang kaya, jualan kayak gini cuma mau ngabisin waktu doang!" bujuk wanita itu lagi."Maaf, Tante. Aku pun kayak gitu, di sini cuma bantu-bantuin aja, karena bosan di rumah dan juga mau deketin salah satu cewek cantik di sini," ucap Dean setengah berbisik kepada Tante itu.Sang tante malah tertawa mendengar hal itu. "Ternyata aku melakukan kesalahan, ya? Yaudah, kamu lanjutin aja mengejarnya, semoga berhasil!" Tante itu berkata dengan nada be
Haura menatap tajam kepada Caca yang sekarang terkejut atas kemunculan bosnya tersebut, wanita muda itu mengepalkan tangannya karena merasa marah kepada Dean.Caca tidak menyangka kalau bosnya itu akan datang kemari, padahal dia sengaja memilih tempat yang sepi untuk mengajak Dean jalan bersama dengannya."Aku gak nyangka, kalau biarkan orang yang kayak kamu itu akan berakibat fatal kayak gini. Padahal aku kira cuma perasaan iri saja, tapi ternyata lebih dari itu, ya!" Haura menatap tajam kepada Caca, bahkan wanita itu wajahnya memerah karena sedang menahan dirinya.Caca bergeming, dia tidak membela dirinya sama sekali."Kamu gak mau membela diri? Seperti membantah perkataanku sekarang?" Haura bersedekap dada, dia menunggu perkataan yang keluar dari mulut Caca.Sedangkan Caca, wanita itu merasa kalau percuma membela dirinya. Dia tahu kalau semua itu adalah hal yang sia-sia, lantaran ada seorang saksi yang melihatnya, andai tidak ada yang melihat, mungkin dia akan bisa membantah semua
Dean hanya memandangi Caca dari jauh saja, dia sangat tahu wanita seperti apa yang sekarang sedang dia pandangi sedari tadi. Karena Dean melihat kalau Caca sama sekali tidak menyesali apa yang diperbuat, malah wanita muda tersebut terkesan semakin membenci Mira."Aku suka cewek yang kayak gini, dinyalakan api dikit pasti meledak," kekeh Dean pelan.Dean memilih mendekati Caca, dia bersenandung kecil sambil menatap wanita tersebut.Sedangkan Caca terkejut melihat kedatangan Dean yang tiba-tiba. Dia segera beralih dari pintu yang terbuka sedikit, takut kalau lelaki itu akan mengatakan kepada Haura dirinya sedang mengintip."Kenapa gak diteruskan?" Dean menautkan kedua alisnya."Enggak papa," sahut Caca menunduk."Kamu takut aku ngadu?" tanya Dean lagi.Namun, Caca hanya diam saja tidak menyahut pertanyaan yang Dean lontarkan kepadanya."Aku enggak bakalan ngadu kok, tenang! Soalnya aku kurang suka juga sama si Mira, dia itu kayak orang yang cari perhatian aja," bisik Dean pelan di dekat
"Kamu mau nginap di sini? Nanti apa kata orang kalau aku bawa cowok masuk ke rumahku?!" Haura terkejut mendengar Dean mau menginap."Di sini gak akan ada yang peduli, kalau pun kamu bawa cowok menginap sepuluh orang," sahut Dean menjelaskan.Karena memang lingkungan mereka seperti itu, tidak ada yang peduli apa pun di lakukan oleh tetangga. Asal tidak mengganggu waktu tidur mereka, tidak ada yang keberatan. Itu semua lantaran mereka terlalu sibuk bekerja, jadi tidak ada waktu untuk mengurusi apa yang tetangga lakukan."Apa kamu gak nginap di rumah teman kamu aja?" tanya Haura lagi sambil menggaruk tengkuknya."Enggak bisa, hpku rusak." Dean menunjukan ponselnya yang layarnya pecah."Mobil kamu?""Mobilku ada di dalam rumah, kuncinya juga ada di sana. Kalau kamu gak mau aku nginap, gak papa! Aku akan jalan ke depan buat nyari taksi." Dean menunduk, dia sengaja menutupi wajahnya supaya Haura menjadi prihatin kepadanya.Haura mengigit jarinya, dia sekarang bingung mau membiarkan Dean men
Dean menatap datar kepada Haura yang sekarang berbaring di hadapannya, membuat Haura menjadi ketakutan sekarang ini. Wanita itu sampai mundur perlahan, takut kalau Dean akan melakukan hal terlarang kepada dirinya.Dean mendekati Haura, dia merengkuh wanita itu dalam pelukannya. "Jangan lagi mengatai aku anak kecil, kalau kamu melakukan hal itu lagi, aku gak tahu sejauh mana akan menahan diri!"Haura bernapas lega, Dean tidak akan melakukan apa pun kepada dirinya. Lelaki itu hanya memeluknya erat, dan akhirnya tertidur karena sangat kelelahan.'Aku gak akan ngulangin lagi!' ucap Haura di dalam hati.Dia kapok mengatakan hal itu lagi, karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Dean nantinya. Jadi dirinya tidak akan melakukan hal yang sama, lantaran takut semua ini tidak berakhir dalam pelukan saja.Walau pun Haura malah menginginkan lebih, tetapi dirinya tidak mau melakukan kesalahan seperti itu. Bukan sok suci! Melainkan karena dia tidak mau terlibat dengan hal yang mungkin aka
Haura langsung kalang kabut mendengar apa yang Dean tanyakan kepadanya, dirinya langsung mendorong lelaki tampan itu sampai terjatuh ke bawah."Aduh! Cewek kok kuat banget?!" Dean meringis kesakitan, dia mengelus punggungnya yang terasa nyeri."Kamu juga yang mulai duluan, coba mulutmu itu dijaga, jangan asal ngomong aja!" gerutu Haura kesal.Haura segera melangkahkan kakinya untuk turun dari ranjang, dia membuka pintu kamar lebar-lebar."Kamu keluar dari sini, aku mau mandi!" usir Haura tanpa menoleh sedikit pun ke arah Dean."Masih pagi kok ngusir? Gimana kalau kita mandi bareng aja?" goda Dean dengan menaik-turunkan alisnya.Haura melotot dengan wajah memerah, dirinya amat kesal kepada lelaki tampan yang berada di depannya ini."Aku bilang keluar! Kamukan bilang cuma menginap semalam aja, sekarang udah pagi jadi aku harap kamu balik ke rumahmu!" usir Haura dengan marah.Dean terkekeh pelan, dirinya segera mel
Caca memekik histeris, wanita itu kesakitan dia terpeleset saat mengangkat satu kardus di tangan. Saat itu dia melewati ruangan kerja Haura, membuat janda tersebut langsung keluar lantaran mendengar suara dari Caca."Kamu kenapa, Ca? Apa ada yang sakit?" tanya Haura yang khawatir."Kakiku, Bu! Kakiku sakit lagi karena jatuh," keluh Caca dengan wajah murung.Caca terlihat mengurut pelan kakinya yang masih diperban, mata wanita muda itu terlihat memerah, seperti sedang menahan air mata yang mau keluar.Haura yang melihat hal tersebut, lantas segera membantu wanita muda itu berdiri dengan perlahan. Dia pun membawa Caca ke dalam ruangannya untuk memberikan pijatan kecil di kaki pekerjanya itu."Aku kan sudah bilang jangan bekerja, tapi kamu malah ngeyel!" ucap Haura dengan nada khawatir.Haura takut kalau karyawannya kenapa-kenapa di tokonya, bisa-bisa dia akan dicap bos yang jahat membiarkan karyawan sakit bekerja."Aku bos