Haura menajamkan telinganya, wanita itu terkejut kalau pelanggannya tersebut ternyata tidak main-main dengan perkataannya.
Namun, dia tidak bisa langsung masuk dalam percakapan antara mereka berdua, sangat tidak sopan sekali dilihat. Dia juga tidak memiliki hubungan apa-apa, orang hanya tahu kalau dirinya adalah bos tempat di mana Dean bekerja."Maaf, Tante, aku menolaknya!" tolak Dean dengan tegas."Kenapa kamu menolaknya? Padahal tante gak bakalan nyuruh-nyuruh kamu kok, karena sebenarnya tante ini orang kaya, jualan kayak gini cuma mau ngabisin waktu doang!" bujuk wanita itu lagi."Maaf, Tante. Aku pun kayak gitu, di sini cuma bantu-bantuin aja, karena bosan di rumah dan juga mau deketin salah satu cewek cantik di sini," ucap Dean setengah berbisik kepada Tante itu.Sang tante malah tertawa mendengar hal itu. "Ternyata aku melakukan kesalahan, ya? Yaudah, kamu lanjutin aja mengejarnya, semoga berhasil!" Tante itu berkata dengan nada beHaura menatap tajam kepada Caca yang sekarang terkejut atas kemunculan bosnya tersebut, wanita muda itu mengepalkan tangannya karena merasa marah kepada Dean.Caca tidak menyangka kalau bosnya itu akan datang kemari, padahal dia sengaja memilih tempat yang sepi untuk mengajak Dean jalan bersama dengannya."Aku gak nyangka, kalau biarkan orang yang kayak kamu itu akan berakibat fatal kayak gini. Padahal aku kira cuma perasaan iri saja, tapi ternyata lebih dari itu, ya!" Haura menatap tajam kepada Caca, bahkan wanita itu wajahnya memerah karena sedang menahan dirinya.Caca bergeming, dia tidak membela dirinya sama sekali."Kamu gak mau membela diri? Seperti membantah perkataanku sekarang?" Haura bersedekap dada, dia menunggu perkataan yang keluar dari mulut Caca.Sedangkan Caca, wanita itu merasa kalau percuma membela dirinya. Dia tahu kalau semua itu adalah hal yang sia-sia, lantaran ada seorang saksi yang melihatnya, andai tidak ada yang melihat, mungkin dia akan bisa membantah semua
Dean hanya memandangi Caca dari jauh saja, dia sangat tahu wanita seperti apa yang sekarang sedang dia pandangi sedari tadi. Karena Dean melihat kalau Caca sama sekali tidak menyesali apa yang diperbuat, malah wanita muda tersebut terkesan semakin membenci Mira."Aku suka cewek yang kayak gini, dinyalakan api dikit pasti meledak," kekeh Dean pelan.Dean memilih mendekati Caca, dia bersenandung kecil sambil menatap wanita tersebut.Sedangkan Caca terkejut melihat kedatangan Dean yang tiba-tiba. Dia segera beralih dari pintu yang terbuka sedikit, takut kalau lelaki itu akan mengatakan kepada Haura dirinya sedang mengintip."Kenapa gak diteruskan?" Dean menautkan kedua alisnya."Enggak papa," sahut Caca menunduk."Kamu takut aku ngadu?" tanya Dean lagi.Namun, Caca hanya diam saja tidak menyahut pertanyaan yang Dean lontarkan kepadanya."Aku enggak bakalan ngadu kok, tenang! Soalnya aku kurang suka juga sama si Mira, dia itu kayak orang yang cari perhatian aja," bisik Dean pelan di dekat
"Kamu mau nginap di sini? Nanti apa kata orang kalau aku bawa cowok masuk ke rumahku?!" Haura terkejut mendengar Dean mau menginap."Di sini gak akan ada yang peduli, kalau pun kamu bawa cowok menginap sepuluh orang," sahut Dean menjelaskan.Karena memang lingkungan mereka seperti itu, tidak ada yang peduli apa pun di lakukan oleh tetangga. Asal tidak mengganggu waktu tidur mereka, tidak ada yang keberatan. Itu semua lantaran mereka terlalu sibuk bekerja, jadi tidak ada waktu untuk mengurusi apa yang tetangga lakukan."Apa kamu gak nginap di rumah teman kamu aja?" tanya Haura lagi sambil menggaruk tengkuknya."Enggak bisa, hpku rusak." Dean menunjukan ponselnya yang layarnya pecah."Mobil kamu?""Mobilku ada di dalam rumah, kuncinya juga ada di sana. Kalau kamu gak mau aku nginap, gak papa! Aku akan jalan ke depan buat nyari taksi." Dean menunduk, dia sengaja menutupi wajahnya supaya Haura menjadi prihatin kepadanya.Haura mengigit jarinya, dia sekarang bingung mau membiarkan Dean men
Dean menatap datar kepada Haura yang sekarang berbaring di hadapannya, membuat Haura menjadi ketakutan sekarang ini. Wanita itu sampai mundur perlahan, takut kalau Dean akan melakukan hal terlarang kepada dirinya.Dean mendekati Haura, dia merengkuh wanita itu dalam pelukannya. "Jangan lagi mengatai aku anak kecil, kalau kamu melakukan hal itu lagi, aku gak tahu sejauh mana akan menahan diri!"Haura bernapas lega, Dean tidak akan melakukan apa pun kepada dirinya. Lelaki itu hanya memeluknya erat, dan akhirnya tertidur karena sangat kelelahan.'Aku gak akan ngulangin lagi!' ucap Haura di dalam hati.Dia kapok mengatakan hal itu lagi, karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Dean nantinya. Jadi dirinya tidak akan melakukan hal yang sama, lantaran takut semua ini tidak berakhir dalam pelukan saja.Walau pun Haura malah menginginkan lebih, tetapi dirinya tidak mau melakukan kesalahan seperti itu. Bukan sok suci! Melainkan karena dia tidak mau terlibat dengan hal yang mungkin aka
Haura langsung kalang kabut mendengar apa yang Dean tanyakan kepadanya, dirinya langsung mendorong lelaki tampan itu sampai terjatuh ke bawah."Aduh! Cewek kok kuat banget?!" Dean meringis kesakitan, dia mengelus punggungnya yang terasa nyeri."Kamu juga yang mulai duluan, coba mulutmu itu dijaga, jangan asal ngomong aja!" gerutu Haura kesal.Haura segera melangkahkan kakinya untuk turun dari ranjang, dia membuka pintu kamar lebar-lebar."Kamu keluar dari sini, aku mau mandi!" usir Haura tanpa menoleh sedikit pun ke arah Dean."Masih pagi kok ngusir? Gimana kalau kita mandi bareng aja?" goda Dean dengan menaik-turunkan alisnya.Haura melotot dengan wajah memerah, dirinya amat kesal kepada lelaki tampan yang berada di depannya ini."Aku bilang keluar! Kamukan bilang cuma menginap semalam aja, sekarang udah pagi jadi aku harap kamu balik ke rumahmu!" usir Haura dengan marah.Dean terkekeh pelan, dirinya segera mel
Caca memekik histeris, wanita itu kesakitan dia terpeleset saat mengangkat satu kardus di tangan. Saat itu dia melewati ruangan kerja Haura, membuat janda tersebut langsung keluar lantaran mendengar suara dari Caca."Kamu kenapa, Ca? Apa ada yang sakit?" tanya Haura yang khawatir."Kakiku, Bu! Kakiku sakit lagi karena jatuh," keluh Caca dengan wajah murung.Caca terlihat mengurut pelan kakinya yang masih diperban, mata wanita muda itu terlihat memerah, seperti sedang menahan air mata yang mau keluar.Haura yang melihat hal tersebut, lantas segera membantu wanita muda itu berdiri dengan perlahan. Dia pun membawa Caca ke dalam ruangannya untuk memberikan pijatan kecil di kaki pekerjanya itu."Aku kan sudah bilang jangan bekerja, tapi kamu malah ngeyel!" ucap Haura dengan nada khawatir.Haura takut kalau karyawannya kenapa-kenapa di tokonya, bisa-bisa dia akan dicap bos yang jahat membiarkan karyawan sakit bekerja."Aku bos
Mira merasa bingung dengan respon yang Caca berikan kepadanya, padahal rekan kerjanya itu tadi masih marah-marah dan bahkan menunjuk wajahnya. Namun, sekarang malah menjadi tiba-tiba menangis terisak, membuat dia menjadi tidak tahu harus melakukan apa."Ca, aku gak bermaksud buat kamu nangis kayak gini," ucap Mira gelagapan."Bukannya kamu sengaja, ya, buat aku nangis? Soalnya dari tadi kamu nuduh aku terus, padahal kan aku udah bilang kalau bukan aku yang mengatakan hal kayak gitu." Caca mengusap air matanya yang semakin deras mengalir."Aku gak ada niatan kayak gitu, aku cuma mau kamu bilang sama mereka kalau aku gak ada nyuruh-nyuruh kamu!" ucap Mira yang sedikit terdengar emosi."Kamu kenapa nangis, Ca?" Haura bertanya karena kebetulan dia mendengar suara tangisan. "kamu yang buat dia nangis, Mir?" tanya Haura beralih kepada Mira.Sebelum Mira ingin menjawab, Caca segera memotong wanita itu. "Mira nuduh aku, Bu," ucap Caca dengan masi
Haura memijat kepalanya yang terasa nyeri, baru saja dia menyelesaikan satu masalah, tetapi sekarang masalah yang lain malah datang lagi. Membuat kepalanya menjadi berdenyut nyeri."Emang siapa sih yang ganggu suami kamu itu?" tanya Haura sambil memegangi kepalanya."Ya siapa lagi kalau bukan kamu! Kamu kesal banget ya karena aku ngambil suami kamu? Tapi seharusnya kamu ikhlasin ke aku dong, soalnya suami kamu lebih bahagia sama aku karena aku bisa ngasih dia anak!" ungkit Lilis dengan wajah memerah.Mendengar Lilis yang mengungkit perihal anak, membuat perasaan Haura menjadi teriris perih. Namun, dia memilih menarik napas dalam, untuk menetralkan perasaan sakit hati di dalam dada."Aku gak ada ganggu suami kamu, ya! Tapi suami kamu aja yang kegatelan, ngajakin aku balikan untuk jadi istri keduanya!" geram Haura yang sudah merasa sangat kesal."Mana mungkin Niko mau jadikan kamu istri kedua? Soalnya kan lebih muda aku, cantik juga cantika