Beranda / Pendekar / Jagat Kelana / 42. Emosi dan Kegundahan Hati

Share

42. Emosi dan Kegundahan Hati

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-01 21:51:13

Jagat segera menyelesaikan tugas yang diberikan Singolangit. Membakar ikan baginya bukan hal yang sulit, tetapi suara perempuan tadi masih terus terdengar. Hal ini membuat konsentrasi Jagat sering pecah.

"Apa yang terjadu setelah kepergianku tadi, Jagat?"

"Tidak ada, Guru. Mungkin hanya ilusi," jawab Jagat masih membolak balikkan ikan bakar.

Singolangit mengambil satu ikan yang sudah matang. Matanya memindai setiap sisi pada ikan tersebut. Ada yang berbeda pada tampilan ikannya membuat dahi pria tua berkerut.

Jagat melihat reaksi gurunya ikut berkerut dengan memunculkan pertanyaan dalam hati. Apa ada yang salah dengan ikan bakarnya, atau kurang matangkah daging ikan itu. Gelengan kepala diperlihatkan Jagat sambil memicingkan kedua matanya menatap Singolangit.

"Bagaimana bisa seperti ini rasa ikan bakarnya, Jagat?"

"Memang apa rasanya, Guru?"

Singolangit menatap Jagat tidak kedip, lalu pandangannya beralih pada perapian yang di atasnya masih terdapat dua ikan yang belum selesai di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jagat Kelana   43. Berhasil Ditaklukkan

    Senyum Jagat mengembang, lalu pemuda itu kembali membuka sumber daya yang dimiliki. Telapak tangan kanannya membuka, perlahan muncul sinar kebiruan dan kemerahan juga sinar perak.Ternyata, tiga permata yang dia dapatkan selama sudah menampakkan diri. Lalu dengan penuh tenaga satu per satu permata tersebut dia lemparkan pada kujang. Desing permata pertama yang berbentuk kerucut pada kedua sisi. Terdengar suara berdesing saat terjadi penyatuan kedua benda tersebut. Sinar permata seketika berubah begitu menyatu dengan kujang. Sinar yang awalnya biru jernih berubah menjadi biru pekat saat masuki lubang awal dekat gagang kujang. Senyum pemuda itu mengembang lalu dilemparkan permata kedua. Kali ini permata yang bermuatan partikel perak itu melesat menembus pekatnya udara sekitar dan menancap sempurna pada kujang yang letaknya tepat satu senti di atas permata biru pekat. "Menyatulah kalian, membaur dalam kepekatan yang hakiki!" ucap Jagat lantang. Permata perak menyatu dengan kujang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Jagat Kelana   44. Segel Kedua, Terbuka

    Saat perpendaran api hasil pertemuan dua senjata tajam muncul sekelebat bayangan menerjang Jagat sambil menghunus pedang panjang. Jagat termundur beberapa langkah, lalu segera berusaha menetralkan jalan napasnya untuk menyambut serangan susulan dari bayangan tersebut yang dia perkirakan adalah gurunya sendiri. Dengan gesit Jagat melawan semua serangan dari sang guru yang tiada henti. Bahkan untuk memperpanjang napas saja rasanya begitu sulit. Namun, dengan segala usaha pemuda itu berhasil merapal ilmu inti bumi tahap akhir. Melihat perkembangan jurus dari Jagat membuat Singolangit tersenyum dan mempercepat gerak serangannya hingga hanya seberkas cahaya yang tampak oleh mata telanjang. Apa yang dilakukan oleh gurunya tidak membuatnya gentar, justru hal itu menambah daya juang Jagat. Jurus demi jurus mengalir tanpa bisa dibendung hingga terdengar suara tulang bergeser. Untuk sesaat Jagat terpaku di udara, dia merasa perbedaan pada susunan sumsum pada tulang belakang. Aliran hawa pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Jagat Kelana   45. Wanita Misterius

    "Buat apa kau rayu muridku, Wedari?" Suara bariton penuh tenaga menggema di sekitar ketiga manusia yang berdiri di pinggir jurang. Akibat suara tersebut hampir saja membuat Wedari melayang masuk jurang. Bukan hanya suaranya yang membawa kekuatan tetapi angin yang ditimbulkan saat kedua kaki rentanya menapak di tanah. Tatapan tajam tertuju pada Wedari, dia seakan ingin melumat habis tubuh wanita ayu tersebut. Namun, justru senyum manis disunggingkan oleh Wedari. Abimana menoleh ke arah datangnya suara, tubuhnya langsung membungkuk kala dilihatnya sosok sang guru besar padepokan. "Guru!""Bopo!" ucap Jantaka bersamaan dengan Abimana. Sementara Wedari masih mengulas senyum tipis sambil membusungkan dadanya. Jantaka mendelik melihat sikap wanita tersebut yang terbilang berani dan nakal. "Bagaimana kabarmu, Begawanku?" tanya Wedari dengan nada menggoda. Kalimat yang terlontar dengan nada lembut dan manja mampu membuat kedua pemuda melongo. Bahkan, muncul sebuah pertanyaan yang sama d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Jagat Kelana   46. Siluman Rubah

    "Jadi siapa sosok itu, Ibunda?""Siluman Rubah. Dia lah sang penebar cinta sesaat." Setiaki menjawab dengan nada kesal dan geram. Jantaka menoleh pada ibunya dan sangat jelas terlihat mata penuh dendam dan kecewa menyatu dalam manik mata Setiaki. Jantaka sedikit mengerti arah pembicaraan sang ibu, dia pun mengulas senyum lalu menggeser tubuhnya memdekat pada Setiaki. Dengan penuh kasih, Jantaka memeluk ibunya dan berkata, "Sudah lupakan semua kisah silam, Bunda. Jantaka tidak ada perjanjian dengan wanita itu."Mendengar deretan kata yang dilontarkan putranya membuat Setiaki bernapas lega. Wanita itu membalas pelukan putranya dan berbisik, "Bunda tidak ingin kau jadi pemuas nafsu wanita laknat itu!""Apakah ada kisah antara bopo dengan wanita itu, Bunda?" "Tidak." jawab Setiaki sambil memalingkan pandangannya melihat tempat lain. Jantaka meraih kedua bahu ibunya dan menariknya agar bisa dia tatap manik mata Setiaki. Namun, wanita itu menolak dengan halus. Jantaka tidak ingin memaks

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Jagat Kelana   47. Ranu Kumbolo

    "Aku inginkan jantung pria itu, Pangeran. Namun, sebelumnya aku juga inginkan kehangatan malam ini bersamamu. Bagaimana?"Abimana membeliak kaget, apa yang dikatakan oleh Wedari yang terakhir begitu mengoyak pertahanan yang dia bangun sejak tadi. Apalagi jari jemari perempuan siluman tidak berhenti bergerak memancing pada daerah sensitif tubuhnya. Abimana berulang kali menarik napas panjang seolah dia sedang kehabisan stok udara dalam tubuh. Wedari menyadari situasi yang dirasakan oleh lelaki incarannya, tetapi dia tidak mengindahkan geraman Abimana. Wanita siluman itu justru makin gencar memberi sentuhan sensualnya. "Bagaimana, Pangeran?""Jika apa yang kau inginkan terjadi, maka kujang itu milikku!"Tanpa menjawab kalimat Abimana, wanita itu bergerak cepat. Tubuhnya meliuk di atas tubuh sang lelaki yang sudah direbahkannya dengan paksaan lembut. Mau tidak mau akhirnya Abimana mengikuti setiap gerakan sang wanita. Desahan dan lenguhan berulang kali lolos dari mulut Abimana membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Jagat Kelana   48. Purnama Kedua

    Jagat terdiam, dia terlihat berpikir serius. Lalu pemuda itu menggelengkan kepala, itu membuktikan bahwa Jagat masih belum paham dengan semua itu. "Makanya jangan banyak minum air garam, lebih baik seringlah minum air danau itu!""Apa hubungannya, Guru?"Singolangit tertawa lagi hingga memegang perutnya yang mulai bergoyang, "Biar otakmu sedikit encer, Pangeran!" kata Singolangit di tengah tawanya. Jagat menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu dia berjalan mendekat pada harimau yang duduk dengan menangkupkan kepalanya di sela kaki depannya. Tangan Jagat mengusap puncak kepala sang harimau hingga punggung membuat hewan itu menggeliat. "Tiga hari lagi bulan purnama, siapkan sumber daya yang kamu miliki sebelum rohku menghilang!""Baik, Guru!"Singolangit seketika melesat meninggalkan Jagat yang masih berdiri termangu. Otaknya masih belum bisa mencerna dengan kenyataan yang ada dan memikirkan apa hubungan air garam dengan cara berpikirnya. Setelah beberapa saat, terasa angin berti

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Jagat Kelana   49. Hilang Tanpa Bekas

    Jagat sudah duduk di pusat lempengan batu dekat Ranu Kumbolo. Pemuda itu juga menyiapkan dua kendi besar yang berisi tuak kuno yang berhasil didapatnya di kedai penduduk sekitar. Meskipun harga tuak tersebut mampu menggoyang kantong pundi emasnya dia tidak peduli. Jagat hanya inginkan yang terbaik di saat akhir hidup gurunya. Dalam hati pemuda itu ingin agar hidup gurunya bisa lebih lama lagi hingga bisa melihatnya merebut semua yang seharusnya jadi miliknya. Namun, Jagat sadar akan garis takdir yang sudah disuratkan. "Sepertinya malam ini akan penuh drama. Mampukan aku menghadapi dunia persilatan yang penuh dengan kepalsuan?""Sebagai orang terpilih, kau pasti bisa, Pangeran!""Guru."Singolangit berjalan menuju ke lempengan hitam tempat mereka sering berlatih bersama. Sepanjang jalan menuju ke tempat Jagat, senyum pria buncit itu selalu hadir. Namun, jiwa Jagat seakan tinggal separuh. Pemuda itu tidak berani membayangkan nasibnya ke depan tanpa bimbingan sang guru. "Jangan terla

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Jagat Kelana   50. Suara Tangis Perempuan

    Pagi menyapa, Jagat masih berdiri terdiam sejak tawa gurunya menghilang. Pemuda itu masih tidak percaya akan peristiwa semalam, bagaimana bisa sosok sebesar itu seketika hilang tanpa bekas. Bahkan abunya tidak terlihat. Semalaman Jagat menyisir tempat sekitar hanya untuk mencari jasad ataupun abu gurunya. Namun, jangankan jasad abunya saja tidak ada. Sensor tubuh Jagat sama sekali tidak merasa adanya sisa aura yang menguar. "Harus bagaimana aku bersikap atas hilangnya jasad dan abumu, Guru?" gumam Jagat sambil menatap langit biru. Semburat jingga di ufuk timur membuat Jagat mulai sadar jika pagi sudah datang. Dengan segera pemuda itu berjalan menuju ke gubug bambu yang selama ini dia huni bersama gurunya. Seminggu kakinya tidak menjejak tanah dalam gubug membuatnya merasa kangen. Pandangannya menyapu seluruh ruang depan gubug, berharap masih ada sesuatu yang ditinggalkan oleh gurunya. Sekali lagi helaan napas kecewa lolos dari bibirnya. Jagat begitu kecewa dengan dirinya sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07

Bab terbaru

  • Jagat Kelana   216. S2. Menolak

    Akshita masih menatap wajah Jagat dengan lembut, kedua tangannya melingkar di leher kekar itu. Napasnya yang harum telah menyapa kulit leher Jagat. Sentuhan yang lama tidak menyapa kini mulai membangkitkan hasrat terpendam. Semilir angin telah mengganggu jiwa Jagat, dia tidak bisa menolak pesona sang dewi. Akshita masih mengumbar senyum manisnya dengan jari jemari berjalan naik turun di sepanjang leher kekasihnya. Jagat mulai bergolak, jakunnya naik turun dengan cepat membuat senyum Akshita makin memabukkan. "Bukan tidak rela, Kang. Tetapi lebih ingin memiliki seutuhnya semua milikmu termasuk jiwamu."Jagat bergerak merapatkan tubuhnya hingga membuat Akshita terduduk di pinggiran kolam. Selendang merah yang membungkus dadanya berkibar bersentuhan dengan angin hingga menampilkan tulang selangka yang indah. Jagat sudah tidak tahan lagi, maka dia menundukkan kepalanya dan melabuhkan kecupan ringan pada tulang selangka itu. Kecupan yang lembut dan penuh kasih belum mampu membangkitkan

  • Jagat Kelana   215. S2. Pangeran Alam Gaib

    Jagat Kelana menatap sosok pria muda di depannya. Bibirnya melengkung sempurna, lalu tangannya terangkat untuk memberi restu pada pria muda itu. Pria muda itu pun membujuk sesaat lalu terangkat menatap langsung pada manik mata Raja muda itu. Dia tersenyum tipis. "Bagaimana pola latihan mereka, Anakmas?"Pria muda itu mulai menjelaskan kemajuan latihan para prajurit yang selama ini dia latih. Semua telah berhasil hingga ke tingkat tengah kelas dua. "Apakah jadi mereka dipilih dan dikirim ke kerajaan sebelah, Ayahanda?""Iya, kerajaan itu belum memiliki prajurit handal satu pun. Siapa nama kamu, Anakmas?"Pria muda itu menatap pada Raja Singgalang, lalu bibirnya tersenyum dengan menyuarakan, " Airlangga Batinara."Jagat tersenyum, "berapa usiamu?""25 tahun masa alam kami."Jagat Kelana tersenyum, dia berdiri dan terbang mendekati sosok pria muda itu. Lalu dia berdiri di depan Airlangga, memeluknya erat. "Sudah sebesar ini baru kamu datang ke sini. Apakah tidak ingin tahu ayahmu?""

  • Jagat Kelana   214. S2. Prameswari Pingsan

    Malam yang begitu dingin membuat Jagat segera membawa tubuh istrinya masuk ke dalam. Apa yang dia lakukan pun berlanjut hingga berulang kali. Ternyata tubuh yang memiliki struktur tulang yang rentan itu mampu menampung gairahnya hingga berulang kali. Prameswari merasa begitu bahagia telah membuat suaminya tersenyum puas. Akan tetapi, tubuh itu juga memiliki daya tahan yang rendah. Penyatuan yang dilakukan hingga menjelang pagi membuat tulang Prameswari seakan lepas kontrol. Tubuhnya menjadi lemas. "Tuan, Suamiku, maafkan aku! Rasanya tubuh ini sudah tidak mampu," kata Prameswari dengan tatapan memohon. "Baiklah, kita sudahi dulu. Sekarang tidurlah!" balas Jagat. Setelah berkata itu, kedua mata Prameswari terpejam. Hal ini membuat Jagat khawatir, dia pun segera memeriksa kondisi tubuh istrinya. "Bagaimana bisa seperti ini, Nyai? Aku baru saja merasakan nyaman bersama tubuhmu, kamu terlanjur pingsan. Hadeh!"Jagat segera memakai jubahnya, lalu dia duduk sila di sisi ranjang. Kedua

  • Jagat Kelana   213. Malam Indah

    Malam ini waktunya Jagat bersama Prameswari. Keduanya duduk di teras belakang paviliun. Jagat memilih duduk di tanah beralaskan rumput, sementara Prameswari duduk diam di sisi kanannya. "Duduk dekat sinilah, Istriku!" Prameswari menggeser tubuhnya dengan senyum yang dia sembunyikan. Kepalanya menunduk dalam, dia malu dengan pendekatan suaminya. Berbeda dengan Jagat, dia justru mulai merebahkan kepalanya pada paha Prameswari membuat wanita itu terdiam seketika. "Suami!" pekik Prameswari ringan. Dengan santainya Jagat mencari tempat ternyaman untuk kepalanya, lalu tangannya meraih jemari istrinya itu dan meletakkan pada kepalanya. "Bisa pijat di sini sebentar, Nyai!" Pinta Jagat dengan tatapan penuh harap. Prameswari tidak bisa bersuara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tangannya pun gemetaran menyentuh kepala suaminya. Perlahan disentuhnya rambut bergelombang pendek milik suaminya. 'Jantungku sepertinya mulai sakit," batin Prameswari merasa hatinya begitu senang be

  • Jagat Kelana   212. S1. Bersama Roro Wening

    "Nyai, kok malah melamun," kata Jagat lembut sambil melabuhkan sebuah kecupan hangat pada bibir istrinya. Mendapat sentuhan lembut seketika lamunan Akshita menghilang, lalu dia membalas ciuman Jagat lebih meminta. Keduanya larut dalam ciuman yang dalam. Cukup lama keduanya saling berbagi saliva, bahkan Jagat mulai menekan tubuh Akshita pada sandaran kursi kemudian dia duduk menyilang agar lebih dekat. "Kang!" panggil Akshita dengan nada berat. "Hemm."Jagat tidak melepaskan pelukannya dia justru mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke ayunan yang biasa di gunakan Jagat saat mengingat kenangan bersama Akshita. "Apakah di sini tidak akan mengganggu yang lainnya, Kang? Aku merindukanmu," bisik Akshita yang membuat gairah Jagat memuncak. "Tidak. Dan jangan remehkan kekuatanku saat ini, Nyai."Akshita tersenyum, jari jemarinya mulai bergerak perlahan membuka satu per satu kain penutup tubuh suaminya. Jagat membiarkan semua inginnya Akshita. Dia terlihat begitu menikmati apa pun y

  • Jagat Kelana   211. Kisah Silam

    Mendengar niat suaminya, Roro Wening pun menyiapkan segalanya yang biasa dilakukan Jahat sebelum penyatuan. Kali ini selir itu tidak mau ada yang tertinggal. Ini adalah pelajaran yang sudah dia pahami selama hidup bersama Jagat baik sebelum miliki kerajaan ataupun sudah. "Jangan sampai ada yang tertinggal, Asih!" kata Roro Wening sambil menata beberapa benda yang harus dipakai oleh selir utama. "Nggeh, siap."Seorang dayang senior ikut membantu selur agung menyiapkan semua. Mulai dari aroma cendana hingga kain penutup kala penyatuan dimulai. Roro Wening juga memberikan beberapa catatan apa saja yang akan diucapkan sebelum tubuh Prameswari tersentuh. "Semua sudah siap, Kanjeng Ratu.""Jangan sebut nama itu, Asih. Semua belum resmi meskipun Yunda Akshita sudah datang menemaniku semalam.""Jika sudah seperti ini tidak mungkin akan lupa, Kanjeng Ratu. Niat Nyai Akshita sudah jelas bahkan putranya sendiri ditugaskan untuk menjaga kedamaian kerajaan ini lho," papar Asih--dayang senior.

  • Jagat Kelana   210. S2. Malam Bersama Suami

    Sinar mentari masuk di sela jendela kamar Roro Wening, hangatnya mampu membangunkan selir cantik dan seksi itu. Melihat istrinya mulai bangkit dari ranjang Jagat segera mendekat dan membantu istrinya itu. Perlakuan Jagat yang hangat membuat hati Roro Wening terharu. "Duduk sini dulu, tunggu kusiapkan air untuk kamu mandi!" kata Jagat. Roro Wening pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Jagat. Kemudian pria itu berdiri menuju ke balik pembatas anyaman bambu. Terdengar suara gemericik air yang dialirkan oleh Jagat. Setelah semua persiapan mandi istri selesai, Jagat keluar dari dalam lalu melangkah mengikis jarak dengan istrinya. Kemudian dengan lengannya diangkat tubuh istrinya ala bridal. "Turunkan aku, Suamiku!""Jangan banyak bergerak biar ndak jatuh!"Mendengar hal itu membuat Roro Wening mempererat pegangannya pada leher Jagat. Pria itu tersenyum melihat sikap istrinya, lalu dimasukkan perlahan tubuh Roro Wening ke dalam bak mandi. Tangan Jagat mulai bergerak membasuh punggung i

  • Jagat Kelana   209. S2. Malam Pertama Di Ranjang Raja

    Udara dingin membuat tubuh Roro Wening menggigil parah. Bahkan muncul ruam merah hingga membuat salah satu dayang berlarian di sepanjang lorong peraduan raja. Dayang itu mendengar suara sang Raja berbicara dengan seorang wanita, bahkan suaranya begitu membuat bulu kuduk berdiri. Sebagai wanita dewasa dayang itu pasti paham suara apa yang dia dengar. Namun, dia lebih memilih tetap diam berdiri di depan pintu hingga suara itu menghilang. Cukup lama dayang itu berdiri di sana hingga pintu kamar Raja terbuka menampilkan sosok wanita yang begitu cantik dengan wajah bercahaya. "Masuklah!" Usia berkata wanita itu pergi sambil menarik selendang merahnya hingga membuat tubuhnya terbang. Peristiwa yang langka membuat wanita itu terpana dan takjub. Sungguh kejadian itu teramat langka. Suara Raja yang memanggilnya pun tidak mampu membuatnya lepas meninggalkan pemandangan itu. "Dayang, ada apa hingga larut malam kamu tidak istirahat?" Suara Jagat sudah begitu dekat dengan telinga dayang membu

  • Jagat Kelana   208. S2 Jagat Kembali Bersama Akshita

    Hari terus berlalu, kasim yang dipergoki oleh Roro Wening akhirnya dia mengaku mengapa perbuatan itu dilakukan. Dia juga mengaku semua dilakukan hanya untuk mengukur waktu. "Baik, jika semua ini atas perintah Raja sendiri maka mana buktinya?" tanya Nyai Ratu Zavia. Pemuda itu diam dengan kepala menunduk dalam. Dia memang diperintah oleh Raja Jagat tanpa ada surat tertulis. Hal ini membuat bibirnya bungkam, tetapi dalam hati menyalahkan tugas rahasia yang telah terungkap. "Jika untuk mengukur waktu, lalu semua itu atas tujuan apa?""Sebenarnya Raja Jagat Kelana sudah pulang, Ibu Ratu. Tetapi hal ini masih dalam mimpi semua penghuni kerajaan, maka dari itu saya tidak berani ungkap hanya bisa mengulur waktu sesuai perintah."Roro Wening yang melihat cara bercerita pemuda di depannya merasakan aura yang begitu kuat menyebar di ruang pendopo agung. Aura ini begitu familiar. "Baik, apakah dengan begini kamu lah yang akan menikahi selir Pitaloka, begitu?"Pemuda itu masih diam, kedua tan

DMCA.com Protection Status