** Aku mulai banyak bertanya-tanya kepada nenek tersebut, mereka sudah menempati lahan tersebut selama 25 tahun, dulu ada orang menitipkan tanah itu ke mereka. Disuruh jaga supaya tidak digarap orang. Ternyata selama ini, nenek dan kakek itu juga membayar pajaknya. Aku bersama nenek tersebut lalu pergi ke kantor perumahan tersebut. Ternyata hanya dilayani oleh seorang kepala pemasaran. "Anda siapa?" "Saya pengacara nenek ini," jawabku kemudian. "Oh baguslah, akhirnya ada juga yang bisa memberikan pengertian kepada nenek ini, tolong kasih tahu supaya dia segera pindah," kata pria tersebut. "Mana bosmu," tanyaku kemudian. "Buat apa?," "Aku hanya mau bicara dengan bosmu," "Kalau ada masalah bicara sama saya saja," "Anda mungkin tidak akan paham," kataku. "Apa yang tidak kupahami?" "Aku ingin mempertanyakan, kenapa kalian berani membangun' perumahan di tahan nenek ini?" kataku. "Hahaha, kamu pasti dari LSM ya?" "Oh, bukan, saya dari kantor pengacara, ini kartu nama saya, in
Aku dapat apresiasi khusus dari para pengacara yang ada di kantor ini. Karena aku menyelesaikan kasus yang kata mereka sangat sulit untuk dimenangkan. Kantor juga dapat tambahan dana karena nenek itu memberikan uang juga kepada kantor. Sebagai bentuk terima kasihnya karena rumahnya tidak jadi digusur.Akan tetapi aku tetap membuat kopi untuk mereka, para pengacara Ini kebanyakan kerja di luar. Sangat jarang yang ada di kantor. Dari sekian banyak pengacara paling banyak 5 yang ada di kantor, kadang cuma satu, kadang cuma aku sendiri. Baru 2 minggu aku magang, aku sudah menyelesaikan satu kasus, aku sangat menyukai ini. Mendengar orang bicara kasus saja aku sudah sangat tertarik. Apalagi terlibat di dalamnya. Hari itu Jumat sore, dosen pemilik kantor pengacara itu sedang ada di kantor. Kemudian ada tiga pengacara lain. Seperti biasa aku buatkan kopi untuk mereka. Tiba-tiba ada tamu yang datang, seorang perempuan muda, penampilan wanita itu sungguh wah. Langsung diterima oleh seorang
Ternyata begini jadi pengacara, banyak kejadian yang bertentangan dengan hati nurani. Akan tetapi harus dikerjakan. Slogan membela yang bayar itu terasa salah, Apakah aku bisa bersikap idealis jika sudah berprofesi sebagai pengacara?Kasus ini membuat Pak Tian sepertinya tidak suka padaku. Seperti perjanjian di awal hasil uang tuntutan ganti rugi dibagi dua. Kantor pengacara akhirnya cuma dapat 12,5 juta. Pak Tian memarahiku, katanya aku sok idealis.Hari berikutnya aku tak dapat kasus lagi, entah karena aku salah atau memang tidak ada aku tidak tahu. Tukang buat minuman tetap ku kerjakan, sepertinya memang di kantor ini yang paling muda akan jadi tukang buat minuman. Pagi itu tiba-tiba pak dosen menelepon, katanya seluruh pengacara harus berkumpul di ruangannya hari ini juga. Aku segera menelpon semua pengacara. Akhirnya bisa terkumpul juga 2 jam kemudian."Ada kasus besar di kota kita," kata Pak Dosun memulai pembicaraan.Dia kemudian mengirim link berita ke HP kami masing-masing.
Aku pun berkunjung ke Polsek tempat suami Ibu tersebut ditahan, aku sudah janjian jumpa dengan ibu itu di kantor polisi. Setelah berbicara dengan polisi, aku akhirnya boleh bertemu dengan tersangka."Kamu pengacara saya?" tanya bapak tersebut, dia melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki."Ya, Pak,""Istriku itu memang, pengacaranya pun dipilih gadis muda nan cantik," katanya lagi."Saya mau bertanya, Pak,""Ya, silakan, silakan,""Apa benar bapak melecehkan anak tiri bapak?" tanyaku langsung saja."Tentu saja tidak," jawab pria tersebut."Bapak harus jujur, biar bisa aku bela bapak," kataku kemudian."Iya, saya jujur, dia memang mancing-mancing tapi sekuat tenaga mencoba menahan diri, dia memang tidak suka aku menikah dengan ibunya," kata pria tersebut."Kenapa?""Karena mau dia aku nikah dengannya?""Astaghfirullah," Berkali-kali aku istighfar dalam hati, Ada rupanya orang seperti ini, ibu dan anak dia pacari. "Aku memang nakal, tapi kalau sudah kunikahi ibunya tidak mungki
Kutepis tangan pria itu seraya menunjuk wajahnya, tanganku sudah mengepal mau memukul, akan tetapi aku lalu ingat sesuatu, Kulihat ke kiri dan kanan...."Cari apa, Dek Montok?" kata pria ini lagi.Aku lalu keluar ruangan, menemui seorang polisi yang berjaga."Pak, apakah ruangan itu ada cctv-nya?" tanyaku kemudian."Ada, semua ruangan ada, kecuali kamar mandi," jawab polisi tersebut."Aku mau melaporkan pelecehan seksual di kantor polisi ini, Pak," kataku lagi."Wah, siapa tersangkanya?""Itu pria yang ada di ruangan penyidik itu,""Buktinya""Periksa saja cctv itu kira-kira lima menit yang lalu," kataku kemudian."Baik, Bu," kata polisi tersebut. Mereka gerak cepat, dia langsung menghubungi temannya, cctv pun diperiksa, pria pelaku pelecehan itu pun ditangkap."Kurang ajar, aku dijebak, Pak," teriak pria tersebut. Saat polisi kembali memborgol tangannya."Anda salah memilih lawan, Pak," kataku saatbdi lewat di depanku."Aku dijebak," teriaknya lagi. Akan tetapi polisi langsung mering
Apa kira-kira yang disembunyikan oleh wanita ini, sehingga dia harus merahasiakan ke mana dia selama 2 jam. Jika dia bilang dia ke mana dan ada alibi tentu kasus ini akan mudah. Akan tetapi dia tetap bersikukuh tidak akan membocorkan dia kemana selama 2 jam tersebut. Aku lalu mempelajari latar belakang wanita ini. Di sangat cantik, tubuhnya proporsional entah apa yang membuatnya mau menikah dengan orang tua. Dia juga punya pekerjaan yang bagus, itu struktur senam, setiap Jumat Sabtu dan Minggu jadwalnya akan padat jadii istruktur senam di berbagai tempat. Apakah dia selingkuh di jam segitu, sehingga dia tidak mau memberitahu alibi atau dimana dia pergi? Aku pun melapor ke Pak Dosen, jika saja Amel tidak mau mengatakan juga ke mana dia pergi. Padahal resikonya adalah pembunuhan direncanakan. Apa yang disembunyikan, Aku justru jadi penasaran. Saat sidang pertama dimulai aku ikut hadir di persidangan, sidang pertama adalah pembacaan tuntutan jaksa, Amel dituduh sebagai pembunuh suam
Aku tak menyangka pak dosen akan menujukku secara tiba-tiba, dia mengujiku atau apa aku tak tahu. Aku yakin Pak Dosen menyuruhku karena yang mau ditanya ini adalah seorang wanita, Dia mungkin tahu kalau wanita sama wanita bicara itu bisa saling jujur. Biarpun aku ragu.Untuk beberapa saat aku masih terdiam, coba berpikir dan mencari cara apa yang harus kutanyakan. Lalu memeriksa berkas-berkas yang ada di depanku. "Bu Lily, Saya ingin bertanya, di mana ibu antara jam 08.00 malam sampai jam 11.00?" tanyaku, sebenarnya Ini pertanyaan yang sudah sering ditanyakan boleh penyidik. "Ini sudah berulang kali kujawab, tapi tidak mengapa aku lagi aku di kamar teleponan dengan pacarku," jawab wanita tersebut. "Selama tiga jam?" Tanyaku lagi, karena rasanya tak dapat ku pikirkan bagaimana bisa bicara di telepon selama 3 jam dengan pacar. Mereka bicara apa saja."Iya, ada yang salah?" Kata wanita tersebut dia menyebabkan rambutnya sambil melihat ke arah bangku penonton, mungkin pacarnya ada di a
Hakim juga memerintahkan untuk membebaskan Amel, dia dibebaskan dari segala tuntutan. Aku berhasil membebaskannya tanpa perlu membuka rahasianya yang menurutku konyol. Kenapa aku bilang rahasia konyol, karena rahasia itu hanya untuk reputasinya yang sebagai instruktur senam. Entahlah dia bertaruh 20 tahun penjara daripada harus mengatakan alibinya kalau dia lagi di rumah sakit. Padahal bisa saja dia katakan dia lagi di rumah sakit perawatan kecantikan, tak perlu harus bilang dia lagi sedot lemak, akan tetapi itu sudah menjadi pilihannya. Dia mengeluarkan uang yang banyak untuk menyewa pengacara demi menutupi dia sedot lemak. Aneh memang ragam manusia di muka bumi ini.Waktuku tinggal sedikit, ini minggu terakhir aku menjadi pengacara, Amel yang sudah bebas datang ke kantor. Begitu sampai dia langsung mencariku."Mana Butet?" "Aku di sini," kataku seraya keluar dari belakang yang seperti biasa lagi membuat minuman untuk para pengacara.Amel lalu memelukku."Terima kasih, aku sangat s