Beranda / CEO / Jadul Tapi Mantul / Butet Sang Pengacara 5

Share

Butet Sang Pengacara 5

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku tak menyangka pak dosen akan menujukku secara tiba-tiba, dia mengujiku atau apa aku tak tahu. Aku yakin Pak Dosen menyuruhku karena yang mau ditanya ini adalah seorang wanita, Dia mungkin tahu kalau wanita sama wanita bicara itu bisa saling jujur. Biarpun aku ragu.

Untuk beberapa saat aku masih terdiam, coba berpikir dan mencari cara apa yang harus kutanyakan. Lalu memeriksa berkas-berkas yang ada di depanku.

"Bu Lily, Saya ingin bertanya, di mana ibu antara jam 08.00 malam sampai jam 11.00?" tanyaku, sebenarnya Ini pertanyaan yang sudah sering ditanyakan boleh penyidik.

"Ini sudah berulang kali kujawab, tapi tidak mengapa aku lagi aku di kamar teleponan dengan pacarku," jawab wanita tersebut.

"Selama tiga jam?" Tanyaku lagi, karena rasanya tak dapat ku pikirkan bagaimana bisa bicara di telepon selama 3 jam dengan pacar. Mereka bicara apa saja.

"Iya, ada yang salah?" Kata wanita tersebut dia menyebabkan rambutnya sambil melihat ke arah bangku penonton, mungkin pacarnya ada di a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (24)
goodnovel comment avatar
Siti Khodijah
jadi keinget cerita di buku sebelumnya tentang butet korban pelecehan dan penyekapan mamak nia
goodnovel comment avatar
Noe Nieng Ibuna Aghis
keren kau Butet, udah kayak detektif Konan aja introgasiny
goodnovel comment avatar
Maini Subono
aku suka dengan caranya butet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadul Tapi Mantul    BUTET SANG PENGACARA 6

    Hakim juga memerintahkan untuk membebaskan Amel, dia dibebaskan dari segala tuntutan. Aku berhasil membebaskannya tanpa perlu membuka rahasianya yang menurutku konyol. Kenapa aku bilang rahasia konyol, karena rahasia itu hanya untuk reputasinya yang sebagai instruktur senam. Entahlah dia bertaruh 20 tahun penjara daripada harus mengatakan alibinya kalau dia lagi di rumah sakit. Padahal bisa saja dia katakan dia lagi di rumah sakit perawatan kecantikan, tak perlu harus bilang dia lagi sedot lemak, akan tetapi itu sudah menjadi pilihannya. Dia mengeluarkan uang yang banyak untuk menyewa pengacara demi menutupi dia sedot lemak. Aneh memang ragam manusia di muka bumi ini.Waktuku tinggal sedikit, ini minggu terakhir aku menjadi pengacara, Amel yang sudah bebas datang ke kantor. Begitu sampai dia langsung mencariku."Mana Butet?" "Aku di sini," kataku seraya keluar dari belakang yang seperti biasa lagi membuat minuman untuk para pengacara.Amel lalu memelukku."Terima kasih, aku sangat s

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Sang Pengacara 7

    Pak Johan lalu mengajakku bicara berdua, tanpa dihadiri oleh karyawan yang dipecat tersebut. Karena membicarakan kasus aku mau saja, tapi tidak mau di tempat tertutup, aku memilih bicara di cafe yang ada di hotel tersebut. "Kamu jadi pengacara ya, Butet?""Iya, Pak, magang,""Mantap lah itu, Butet,""Kasus tetap kasus ya, Pak," kataku lagi."Iya, tapi kamu masih mentah jika masalah tenaga kerja ini," kata Pak Johan."Iya, betul, tapi aku sudah tahu undang-undang ciptak karya, Pak,""Hmmm, beda dipecat sama di-PHK pun kamu tidak tahu, jika dipecat karena melanggar aturan, itu tidak wajib' diberikan pesongan, yang wajib' hanya gaji dia sampai saat hari dipecat, mereka sudah melanggar peraturan yang sudah disepakati bersama, kami semua sudah sepakat saat hotel ini diubah, tidak boleh ada miras, pengunjung saja tidak boleh bawa miras, apalagi karyawan, mereka pesta semalam suntuk, memakai satu kamar VIP. Itu terjadi saat aku tidak ada di sini, ini sudah yang kedua kali, yang pertama sud

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Sang Pengacara 8

    Mamak mungkin terharu aku dapat gaji pertama, padahal ini berita gembira, aku bahkan senang sekali, mumgkin Setelah jadi mamak-mamak aku baru bisa paham apa yang disedihkan.Ada memang beberapa hal yang sampai sekarang Aku tidak mengerti apa yang disedihkan itu. Saat lebaran tiba, aku selalu heran kenapa ibu-ibu bersalaman sambil menangis sesenggukan, sampai saat ini aku belum bisa menangis di hari lebaran. Banyak orang menyalamiku sambil menangis, biarpun kulihat Mamak minta maaf ke Ayah sambil sesunggukan. Aku belum bisa paham dan belum bisa menangis saat bersalaman di hari raya.Ini mungkin yang kedua, gaji pertama adalah sesuatu yang sangat disenangi, ini berita gembira kenapa Mamak justru menangis?"Udah pakai aja dulu Butet, banyak kebutuhanmu di sini," begitu kata Mamak masih sambil menangis."Ini terlalu banyak untukku, Mak, nanti aku jadi boros lihat makanan enak mau jajan aja kerja aku," kataku kemudian."Abangmu sudah mau diwisuda, Mamak sama Ayah mau ke Jakarta ini, kau ik

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Sang Pengacara 9

    Sepertinya tidak bisa minta bantuan Bang Sandy lagi, Setelah dia calon polisi justru berubah jadi suka bawa perasaan. Padahal dari dulu hubungan kami cuma segini. Menghubungi jika ada yang perlu. Bahkan dia yang selalu datang menawarkan bantuan jika ada masalah. "Bagaimana kabar Bang Sandy sudah lulus sekolahnya?" Pesanku akhirnya."Alhamdulillah sudah, kau mau lihat fotoku seragam polisi kah?" Balas Bang Sandy."Coba lihat," Kemudian Bang Sandy mengirimkan foto dirinya, rambutnya yang biasa panjang itu kini sudah dipotong pendek. Dia tampak gagah, aku jadi teringat aktor Korea yang lagi wajib militer. Wajahnya memang mirip. "Selamat ya Bang Sandy, Semoga bisa jadi polisi yang amanah," balasku akhirnya."Terima kasih, aku langsung ditugaskan di Jakarta,""Waw, kamu di Jakarta sekarang?""Belum, tiga hari lagi berangkat berangkat," "Sekali lagi selamat ya," kataku kemudian."Oh ya, kamu tadi punya masalah apa?" "Gak usahlah lagi, Bang Sandy,""Jangan gitu, dong, kita kan sahaba

  • Jadul Tapi Mantul    Penyakit Menular

    Aku segera berkemas hendak pulang kampung, tidak ada kendaraan kali ini, aku naik becak ke loket bus, beli tiket dan naik bus yang sudah menunggu. Di daerah kami angkutan sekarang pakai mobil L300. Tidak ada bus besar lagi seperti dulu. Bus besar sekarang ambil jarak jauh yang ke kota-kota besar.Salah satu yang paling menyebalkan jika naik angkutan ini adalah tidak akan jalan sampai penuh satu mobil, tidak seperti pesawat atau bus yang jalan saja biarpun penumpangnya kurang. Ini seperti mirip angkot. Panas dan gerah di dalam mobil penumpang masih 3 orang. Melihat ada penjual bakso bakar di pinggir jalan, aku segera turun dari mobil. Sambil berpesan pada sopir untuk menunggu, karena penumpang di dalam mobil tersebut belum penuh juga.Sambil makan bakso bakar dan minum es teh aku duduk di pinggir jalan menunggu mobil itu berisi. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang panjang. Mobil berhenti tepat di depanku. "Butet!" Terdengar suara pria memanggil namaku."Eh, Pak Johan," Ternya

  • Jadul Tapi Mantul    Calon Pamer

    Untuk pertama kali aku berduaan di dalam mobil dengan laki-laki yang bukan mahram, akan tetapi aku berada di jok belakang, tempat duduk paling belakang."Kok Jauh kali duduknya di sana?" tanya Pak Johan."Jujur saja ya, Pak, ya, baru kali ini aku berdua di dalam mobil bersama yang bukan mahram," kataku jujur saja."Subhanallah, beruntung sekali dirimu Butet," kata Pak Johan."Beginilah, kalau bapak anggap Ini sebuah keberuntungan,""Tunggu sebentar," kata Pak Johan seraya memutar arah mobil, dia lagi berbicara melalui hp-nya, kemudian kami tiba di rumah yang besar,""Ini rumah orang tuaku," kata Pak Johan sebelum aku sempat bertanya."Biar tidak kita berduaan di dalam mobil, aku akan ajak ibuku," kata Pak Johan lagi. "Terima kasih atas perhatiannya, Pak," karaku kemudian.Ibunya Johan sudah bersiap, saat keluar dari rumah aku terkejut melihat ibunya Johan yang sudah berubah penampilan, dulu pernah terjadi geger di kampung kami gara-gara Ibu ini berpakaian senam di pagi hari kelilin

  • Jadul Tapi Mantul    Firasat Butet

    "Kami akan menikah bulan depan, ini lagi pengurusan, nikah sama polisi memang ribet," kata Agnes lagi, saat itu kami masih mengintai penjual motorku.Ini seperti bukan pengintaian lagi, jarak kami ke warung itu hanya sekitar lima puluh meter, dan kami justru duduk di tempat terbuka. Memandang ke seberang jalan tempat mata-mata calon pembeli tersebut. "Kalian kapan menikah?" tanya Agnes lagi seraya melihat ke arah Pak Johan."Rencananya tiga tahun lagi, sudah jalan enam bulan dari janji tersebut, sekarang dua setengah tahun lagi," kataku kemudian."Hahaha, lucu kali kalian," "Kok lucu pula?"Belum sempat Agnes menjawab, terlihat motorku parkir di warung kopi seberang jalan. Bang Umar pun memberikan kode, mereka yang berpakaian sipil lalu pergi ke seberang jalan, aku, Agnes dan Pak Johan tinggal. Beberapa saat kemudian terjadi keributan di depan, Aku segera berlari kesana, Pria itu bukan orang yang mencuri motorku, dia bilang dia hanya disuruh dengan imbalan dua ratus ribu.Segera aku

  • Jadul Tapi Mantul    Membantu Pencuri

    Seorang wanita berdiri berkacak pinggang di depan sebuah rumah, dia menatap ke arah kami sepertinya menyambut kedatangan kami. Begitu kami sampai belum sempat bertanya belum sempat duduk. Wanita itu langsung mengomel."Bagaimana, Bondan? Sudah dapat uangnya? Mamak kita makin parah itu," kata wanita tersebut."Tidak dapat, Kak," jawab pencuri yang ternyata bernama Bondan itu."Bagaimana sih? katamu tadi mau ambil duit 2 juta, ibu kita harus bawa ke rumah sakit ini secepatnya," kata wanita itu lagi."Maaf, Kak, gagal tidak dapat uang aku," data Bondan seraya masuk rumah.Aku, Pak Johan dan Bang Sandy mengikuti dari belakang, saat kami masuk rumah ada seorang ibu tua terbaring di tilam kusut. Ada juga beberapa orang yang duduk di situ.Ternyata pria ini benar, aku jadi terharu melihat pria itu duduk dan membisikkan sesuatu ke ibunya."Udah bawa saja ke rumah sakit, pinjam sama toke dulu," kata seorang ibu-ibu yang ada di situ."Aku sudah coba pinjam Etek, tapi tidak dikasih lagi karena u

Bab terbaru

  • Jadul Tapi Mantul    The End

    PoV Nia Sangat sedih melepas Butet untuk mengarungi rumah tangga barunya. Rasanya baru kemarin dia kugendong. Dia teman diskusi yang sangat asyik. Selama ini dia memang sudah tinggal jauh dari kami, akan tetapi tetap berat juga untuk melepasnya. Bang Parlin juga terlihat sangat sedih, pesta ini justru jadi ajang tangis bagi suamiku. Dia justru sering menangis. Tamu yang datang sangat beragam, mulai dari pekerja kami, sampai toke sawit, sampai bupati pun datang. Akan tetapi aku sedikit kecewa, menantuku tidak datang dengan alasan tak bisa meninggalkan warungnya. Karena Menantu tidak datang, otomatis cucu kamI juga tidak datang. Padahal ini hari bersejarah. Aku ingin berfoto seluruh keluarga. Akan tetapi menantu dan satu-satunya cucu tidak datang. Aku sudah coba hubungi menantu, akan tetapi jawaban dia adalah tidak bisa meninggalkan warungnya. Katanya jika ditinggalkan, terpaksa ditutup dan pelanggan akan lari. Sementara warung itu belum bisa diserahkan kepada karyawan. Resep

  • Jadul Tapi Mantul    Selamat Menempuh Hidup Baru, Butet

    Aku bangun pagi seiring azan subuh berkumandang dari mesjid desa. Lalu mandi dan pergi ke mesjid untuk salat subuh berjamaah, kami sekeluarga pergi ke mesjid. Cantik juga ikut, kami mau sekalian membicarakan proses akad nikah di masjid tersebut. Penghulunya juga masih Abang angkatku, yang dulu pernah jadi guru mengaji di rumah kami. Setelah membicarakan semua, kami pulang ke rumah. Mulai ada kesibukan di rumah. Para Bapak-bapak memasak rendang, para ibu-ibu memasak nasi. Jam delapan pagi sudah bisa makan. Satu kampung makan di rumah kami. Kebanyakan bawa baskom masing-masing. Ibunya Bang Sandi datang, begitu datang dia langsung salaman. "Kok lama kali datangnya?" tanya mamak."Itu tadi, Bu, ngantar Sandy mau pulang," jawab Ibu tersebut."Kok cepat kali dia pulang?" tanya mamak lagi."Katanya mau tugas,"Ternyata Bang Sandy memang di sini, ingin aku bertanya pada ibunya, akan tetapi aku tahan, tak ingin merusak suasana hati yang beberapa jam lagi akan menikah. Bang Sandy bohong soal

  • Jadul Tapi Mantul    Sedihnya Melepas Butet

    Pertanyaan Bang Sandy ini sepertinya tidak masuk akal, mengajak tinggal di Brunei, pekerjaan membobol bank. "Bagaimana, Tet, kita akan bahagia bersama," kaya Bang Sandy lagi."Hei, Bang Sandy, kamu masih waras gak? masa ajak aku jadi penjahat, kerja membobol bank, emangnya kamu pikir aku penjahat ya," kataku kemudian."Itu hanya perumpamaan, Tet, intinya aku bisa lebih baik dari si Cina itu," "Hei, Bang, kamu sudah rasis, gak boleh manggil orang dengan sukunya,""Bukan maksud rasis ya, Tet, hanya kesal, ayolah, Tet, kita akan hidup makmur di Brunei, Kamu tahu gak, pemerintah Brunei pernah mengajak aku pindah ke sana, sebagai tenaga ahli bidang IT," kata Bang Sandy lagi."Wah,""Iya, Butet, aku bisa lebih baik dari si sipit itu, percayalah," Lama-lama omongan Bang Sandy makin melantur saja, padahal biasanya dia orang yang santun, jarang bicara, ini sudah rasis segala. "Kok kamu jadi rasis sih, ini bukan Bang Sandy yang kukenal,""Cinta, Tet," Oh, seperti kata ayah, cinta bisa mem

  • Jadul Tapi Mantul    Gadis Mahal

    Sekitar jam 10.00 malam, Ayah akhirnya pulang ke rumah. Ini kesempatanku untuk bertanya apakah Ayah setuju. Bang Ucok, mamak dan bahkan Cantik tidak setuju aku pergi kuliah di Amerika. Tinggal Ayah yang belum kutanyakan."Papa, Kak Butet mau pergi ke Amerika," belum sempat aku bertanya Cantik sudah mengadu duluan. "Amerika," Ayah melihatku."Iya, jauhhh,""Hahaha," ayah malah tertawa, mungkin ayah mengira ini lelucon."Ayah, Cantik benar, aku mau pergi ke Amerika," kataku kemudian."Waw, mau ngapain?""Kuliah pascasarjana, Yah," "Jauh sekali ke Amerika?""Aku dapat beasiswa, Yah," Ayah' terdiam, dia melihat mamak, lalu kembali melihatku."Boleh, Yah?" tanyaku lagi."Kamu sudah dewasa, Butet sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk," kata Ayah."Ayah dukung apapun keputusanmu, tapi Ayah berikan sedikit gambaran, Amerika itu jauh, jika sekiranya ayah meninggal kamu gak akan bisa kejar, terus adikmu suka' kangen kakaknya, kamu satu bulan tidak pulang saja Cantik sudah sering be

  • Jadul Tapi Mantul    Amerika?

    Aku justru makin bingung, Ini kesempatan langka, beasiswa di Amerika. Akan tetapi aku dan Pak Johan sudah membuat semacam kesepakatan. Tiga tahun lagi kami akan menikah, itu 2 tahun yang lalu. Apakah kesepakatan itu sudah janji? "Bagaimana, Butet? kok malah bengong?" kata Pak Dosen."Saya berpikir dulu, Pak," jawabku akhirnya."Butet, ini kesempatan langka, Jangan disia-siakan, aku yakin kamu bisa berkarir di luar negeri," kata Pak Dosen."Cita-cita saya bukan seperti itu, Pak, cita-cita saya buka kantor pengacara publik, yang memberikan layanan hukum' gratis untuk masyarakat miskin," kataku kemudian."Jika memang itu cita-citamu, cocok juga, tapi ambil S-2 ini juga, paling dua tahun," kata Pak Dosen."Saya pikirkan dulu, Pak," kataku kemudian."Kupikir tadi kamu akan sujud sukur sambil menamgis karena dapat beasiswa penuh," kata seorang pengacara yang lain."Iya, gak nyangka kamu masih berpikir, padahal ini kesempatan emas, dari propinsi ini hanya dua orang, kamu salah' satunya," ka

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Bingung

    Bertanya ke Bang Ucok ternyata jawabannya sangat logika, ini sesuatu yang berubah pada diri Bang Ucok. Setelah dia menikah bicaranya sekarang sudah banyak yang secara logika. Atau karena dia sekarang sudah sarjana psikologi. "Memangnya siapa yang orang Cina siapa yang orang Padang?" Tanya Bang Ucok lagi."Adalah,""Biar kutebak, kalau Cina itu yang pemilik hotel itu ya?" "Iya, Bang,""Yang orang Padang siapa?" "Coba tebak?" tanyaku kemudian.Heran juga Bang Ucok tidak ingat kepada Bang Sandy, Padahal kami dulu sering memecahkan kasus bersama. Bahkan kudengar Bang Sandi setelah jadi polisi pernah pergi ke tempat Bang Ucok. Kenapa dia tidak ingat?"Umar ya?" "Bukan?""Jadi siapa?""Ah, payah Bang Ucok."Aku memutuskan panggilan telepon karena Bang Ucok tidak ingat kepada Sandy. Aku makin bingung entah memilih siapa. Cari jawaban Bang Ucok juga mengambang, masalah umur dia pilih pada Sandy, di masalah profesi dia pilih Pak Johan. Sedangkan masalah suku dia tidak memberikan pilihan.

  • Jadul Tapi Mantul    Di Antara Dua Cinta

    PoV ButetSidang meja hijau berjalan lancar, cerita orang tentang seramnya sidang itu tak berlaku padaku. Bahkan dosen memujiku. Semua berjalan mulus, aku akan jadi wisudawan termuda di perguruan tinggi tersebut. Setelah selesai sidang, kegiatanku kini lebih lapang, aku bisa pulang ke desa setiap Minggu. Tinggal menunggu jadwal wisuda, tidak lama lagi aku akan jadi seorang sarjana hukum, seperti cita-citaku selama ini.Hari itu aku terkejut dengan kedatangan Pak Johan, dia datang bersama Ibunya ke tempat kos-ku. Ini tidak biasa, biarpun kami sudah berjanji akan menikah nanti, kami tidak pacaran, tidak bertemu rutin selayaknya pasangan kekasih."Ada apa ya, Pak?" tanyaku seraya mempersilahkan duduk.Ibunya Johan sudah jauh berubah penampilannya, dulu beliau selalu memakai pakaian ketat, kini beliau memakai pakaian Muslim, jilbabnya juga panjang."Butet, kamu datang mau menanyakan sesuatu," kata Ibunya Johan."Iya, Bu,""Jadi begini, kamu sebentar lagi kan akan diwisuda, jadi kamu akan

  • Jadul Tapi Mantul    Makin Tua Makin Tampan

    Keesokan harinya Pak Dullah datang lagi, kali ini dia minta Bang Parlin yang jadi saksi pernikahan anaknya dan Agus. Mereka gerak cepat, katanya akad nikah akan dilaksanakan jam sepuluh pagi. Nikah duluan dan suratnya diurus belakangan. Karena kebetulan Butet masih di rumah, aku ikut Bang Parlin ke rumah Pak Dullah. Agus sudah datang, anak Pak Dullah juga sudah didandani ala kadarnya. Petugas pencatat nikah yang juga guru di pesantren kami yang menikahkan. Acara berjalan lancar, diakhiri doa bersama yang dipinpin Bang Parlin. Lalu makan bersama.Agus lalu salim ke semua orang, saat salim ke Bang Parlin dia menangis. "Terimakasih kasih, Pak, aku ada permintaan satu lagi," kata Agus."Apa lagi, Gus?""Aku ingin pekerjaan tetap, Pak, aku sudah punya istri sekarang," katanya.Selama ini dia kami pekerjakan memang tidak tetap, hanya jika panen saja. "Baiklah, ngurusi sapi bisa?" tanya Bang Parlin."Bisa, Pak, bisa," jawabnya kemudian.Padahal mertuanya juga punya kebun sawit, biarpun ti

  • Jadul Tapi Mantul    Romeo dan Juliet

    Aku dan Bang Parlin langsung saja ke rumah Pak Dollah. Ketika kami tiba sudah ramai orang di situ. Kami segera masuk, di dalam rumah ada putrinya Pak Dollah dipegangi oleh dua orang. "Dia mau gantung diri, untung cepat' ketahuan," kata seorang ibu-ibu sambil menunjuk tali yang sudah terikat di kamar gadis tersebut."Mungkin sudah saatnya gunakan ilmu, Bang, luluhkan dia," kataku pada Bang Parlin. Yang sebenarnya adalah aku lelah, ingin istirahat selalu saja ada masalah. Mungkin jika Bang Parlin menggunakan ilmunya meluluhkan gadis itu, masalah akan selesai.Gadis itu terus meronta-ronta, dia dipegangi dua orang perempuan. Ayahnya tampak sudah gelisah. "Aku harus bagaimana lagi, Pak Kades?" kata Pak Dollah. "Bagaimana lagi mau kubilang, sudah ada penyelesaian mudah, nikahkan mereka, tapi bapak tidak mau, sekarang mau bagaimana lagi, satu di penjara, satu bunuh diri, begitu lah kisah cinta mereka," kata Bang Parlin."Aku lakukan ini demi anakku juga""Mirip Romeo dan Juliet, Agus j

DMCA.com Protection Status