Home / CEO / Jadul Tapi Mantul / Firasat Butet

Share

Firasat Butet

Author: Bintang Kejora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kami akan menikah bulan depan, ini lagi pengurusan, nikah sama polisi memang ribet," kata Agnes lagi, saat itu kami masih mengintai penjual motorku.

Ini seperti bukan pengintaian lagi, jarak kami ke warung itu hanya sekitar lima puluh meter, dan kami justru duduk di tempat terbuka. Memandang ke seberang jalan tempat mata-mata calon pembeli tersebut.

"Kalian kapan menikah?" tanya Agnes lagi seraya melihat ke arah Pak Johan.

"Rencananya tiga tahun lagi, sudah jalan enam bulan dari janji tersebut, sekarang dua setengah tahun lagi," kataku kemudian.

"Hahaha, lucu kali kalian,"

"Kok lucu pula?"

Belum sempat Agnes menjawab, terlihat motorku parkir di warung kopi seberang jalan. Bang Umar pun memberikan kode, mereka yang berpakaian sipil lalu pergi ke seberang jalan, aku, Agnes dan Pak Johan tinggal. Beberapa saat kemudian terjadi keributan di depan, Aku segera berlari kesana, Pria itu bukan orang yang mencuri motorku, dia bilang dia hanya disuruh dengan imbalan dua ratus ribu.

Segera aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Maini Subono
butet terlalu percaya diri
goodnovel comment avatar
Branded Storee T Cut
butet ketipu lah paling.. betol umar., bnyak x manusia yg udah di baek in ngelunjak
goodnovel comment avatar
Sari Ramadhan
Semoga filing butet benar,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jadul Tapi Mantul    Membantu Pencuri

    Seorang wanita berdiri berkacak pinggang di depan sebuah rumah, dia menatap ke arah kami sepertinya menyambut kedatangan kami. Begitu kami sampai belum sempat bertanya belum sempat duduk. Wanita itu langsung mengomel."Bagaimana, Bondan? Sudah dapat uangnya? Mamak kita makin parah itu," kata wanita tersebut."Tidak dapat, Kak," jawab pencuri yang ternyata bernama Bondan itu."Bagaimana sih? katamu tadi mau ambil duit 2 juta, ibu kita harus bawa ke rumah sakit ini secepatnya," kata wanita itu lagi."Maaf, Kak, gagal tidak dapat uang aku," data Bondan seraya masuk rumah.Aku, Pak Johan dan Bang Sandy mengikuti dari belakang, saat kami masuk rumah ada seorang ibu tua terbaring di tilam kusut. Ada juga beberapa orang yang duduk di situ.Ternyata pria ini benar, aku jadi terharu melihat pria itu duduk dan membisikkan sesuatu ke ibunya."Udah bawa saja ke rumah sakit, pinjam sama toke dulu," kata seorang ibu-ibu yang ada di situ."Aku sudah coba pinjam Etek, tapi tidak dikasih lagi karena u

  • Jadul Tapi Mantul    Musibah Yang Membawa Berkah

    Ibu itu terlihat masih menggeleng-gelengkan kepalanya, Dia mungkin masih tak percaya aku bisa berbuat seperti itu. Ibu itu menatapku bergantian dengan Pak Johan."Bagaimana bisa?" tanyanya lagi."Bisa, Bu, Ayahku sudah biasa berbuat seperti ini, " kataku kemudian."Tunggu sebentar, ada orang mencuri motormu, lalu ibunya yang mencuri itu kamu bawa berobat ke rumah sakit, dan katamu ayahmu biasa melakukan yang seperti itu," kata ibunya Johan lagi."Benar, Bu, emang begitu adanya, bahkan biaya rumah sakit ini pun akan dibayar oleh anak ibu," "Si Johan?" "Iya, Bu,""Tidak mungkin, sepupunya aja sakit dia tidak mau membantunya," kata ibu tersebut."Bagaimana, Pak," kataku seraya melirik pria bermata sipit tersebut."Iya, saya akan menyediakan uangnya," kata Pak Johan.Beberapa saat kemudian, Pak Johan terlihat berdebat dengan ibunya, akan tetapi aku tidak mengerti apa yang mereka debatkan,l, karena mereka memakai bahasa hokkian. Akan tetapi dugaanku masih seputar Pak Johan yang mau

  • Jadul Tapi Mantul    Ucok Jadi Sarjana

    Aku jadi ikut terharu dengan yang terjadi pada ibunya Johan, ternyata dengan menunjukkan kebaikan kita bisa meluluhkan hati orang yang keras. Tak kubalas pesan tersebut hanya kubaca karena memang begitu kata Pak Johan. Aku berangkat kuliah hari itu dengan naik angkot, karena motorku belum juga diantar Bang Sandy. Sampai di kampus, Bang Johan sudah mengirim pesan lagi."Butet entah bagaimana melukiskan rasa ini, saat melihat Bondan menangis sambil menerima uang tersebut, Aku merasa bahagia sekali. Jujur saja selama ini aku adalah orang yang perhitungan. Akan tetapi setelah bertemu denganmu kenal keluargamu, semua itu berubah. Bahkan selama ini penghasilan saya milliaran dalam satu tahun. Tidak pernah kuberikan kepada orang secara cuma-cuma. Biasanya aku berikan kepada karyawan itu karena aku butuh tenaga mereka," begitu pesan dari Pak Johan.Tak kubalas, hanya baca dan berikan stiker, karena memang aku tidak tahu mau berkata apa. Di kampus sekarang aku banyak kali tugas, karena aku

  • Jadul Tapi Mantul    Misteri Sapi Hilang

    Ayah dan mamak datang juga dari Jakarta. Mereka sampai pada hari Jumat, katanya mau ajak aku sekalian pulang dulu ke desa. Karena semenjak aku magang jadi pengacara. Aku belum pernah pulang. Seperti biasa jika ayah dan mamak datang ke kota ini, istirahatnya selalu di hotel, karena di tempat kosku tidak memungkinkan untuk istirahat.Aku mengantar Ayah dan mamak ke hotel, hotel terdekat adalah hotel tempat Pak Johan. Saat kami sampai di situ, Pak Johan langsung menjamu kami."Pak, kudengar bapak punya pesantren di kampung ya?" tanya Pak Johan pada Ayah."Iya, namanya pesantren Sawit Nauli," jawab ayah."Menerima santri lagi?""Menerima, kami selalu menerima santri baru," jawab ayah."Begini, Pak, bisakah santrinya orang tua," kata Pak Johan lagi."Ada kelas khusus orang tua di pesantren tersebut, tapi cuma belajar mengaji," kata ayah."Memang ada orang tua yang mau masuk pesantren?" Mamak ikut bertanya."Ibuku mau belajar agama," kata Pak Johan.Kulihat ayah dan mama sempat berpandanga

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Jago Karate

    "Ampun, Pak, kami yang jual sapinya." Begitu kata Ramon dan Rambe hampir serempak."Astaghfirullah, kenapa kalian jual?" tanya Ayah."Kami butuh uang, Pak,""Butuh untuk apa?" Dua laki-laki itu saling tatap untuk beberapa saat. Sepertinya mereka saling menunggu siapa yang bicara ke Ayah."Untuk apa?" Ayah terdengar mengeraskan suaranya."Kami kecanduan judi online, Pak," kata Ramon kemudian."Astagfirullah," "Tolong bantu kami, Pak," "Maaf ya, kalau yang cari penyakit, saya tidak bisa bantu, rasakan sendirilah di situ, ini saya serahkan ke para tetua desa," kata ayah kemudian.Pada ketua desa bermusyawarah, kedua orang itu meminta tolong supaya jangan disebarkan ke warga desa kalau mereka menjual sapi sendiri. Akhirnya disepakati mereka harus mengganti sapi tersebut bagaimanapun caranya. Kalau tidak mereka ganti selamanya mereka tidak akan pernah dapat bantuan apa-apa lagi di desa ini. Hukuman paling berat di desa adalah dikeluarkan dari masyarakat. Dalam hal ini para ketua desa m

  • Jadul Tapi Mantul    Warisan?

    Pria ini tampak tenang saja, tidak seperti orang yang baru kemalangan. Katanya orang tuanya dua hari yang lalu baru meninggal. Ini dia datang minta bantuan hukum untuk menuntut harta warisan. Aku bingung juga sebenarnya. Karena kebanyakan orang membagi warisan itu menurut agama. Bagaimana saudara-saudaranya nanti."Bagaimana Bu, kok malah bengong," tanya pria itu lagi."Bagaimana ya, Pak? Sebaiknya cari pengacara lain saja," kataku kemudian."Ibu ini bagaimana sih, kemarin katanya mati dulu ayahmu baru datang, sekarang malah bilang cari pengacara lain,," "Kasus bapak mengandung Ssra,""Kok sara pula?""Iya, karena Bapak sudah pindah agama, jadi rumit untuk membaginya, karena menurut agama Islam orang yang sudah pindah agama tidak berhak untuk mendapat warisan," kataku kemudian."Kan sudah kubilang, aku temui pengacara karena mau dibagi secara hukum negara, bukan hukum Islam,""Sebaiknya kita tanya dulu saudaramu Apakah mereka setuju harta warisan kalian dibagi secara hukum negara

  • Jadul Tapi Mantul    Kopi Beracun

    Kasus ini rumit dan aneh, pria yang bernama Surya itu datang minta bantuan supaya mengurus pembagian harta warisan. Kemudian dia ditangkap polisi karena dituduh membunuh orang tuanya sendiri. Ini istrinya pula yang datang bukan lagi mau mengurus pembagian harta warisan tapi mengurus suaminya yang ditangkap polisi.Padahal aku sudah beberapa kali coba menghindar dari kasus ini, entah kenapa para pengacara di sini tidak ada yang tertarik. Lagi-lagi aku yang ditugaskan mendampingi Ibu tersebut. Ibu tersebut bernama Romaito, pengusaha kilang padi yang ada di pinggiran desa. Umurnya sudah 40-an, sementara suaminya masih 20-an. Wanita inilah yang membuat Surya pindah agama."Saya datang kemari karena ini kantor pengacara terbaik di kota ini," begitu kata ibu tersebut."Iya, Bu,""Suami saya sengaja dipolisikan karena minta harta warisan yang memang haknya," kata ibu itu lagi."Iya bu saya pelajari dulu kasus ini ya," kataku kemudian."Aku mau menuntut balik mereka semua," katanya lagi."

  • Jadul Tapi Mantul    Poligami

    Sedang hari pertama pun tiba, aku dan pak dosen yang mendampingi Surya. Jadwal hari ini adalah pembacaan tuntutan jaksa penuntut umum. Dalam dakwaannya jaksa mengatakan kalau saja Surya sudah merencanakan pembunuhan terhadap ayahnya. Surya masih bisa mengatakan sesuai yang kukatakan, dia tidak mau menjawab pertanyaan jaksa jika menyangkut harta warisan."Maaf, Pak, harta warisan adalah urusan keluargaku bukan urusan jaksa, " begitu jawaban Surya saat ditanya tentang warisan.Aku tersenyum karena itu adalah ajaranku. Akan tetapi jaksa terus mencecernya dengan berbagai pertanyaan. Pertanyaan jaksa ujung-ujungnya selalu masalah warisan. Akan tetapi Surya ini sesuai arahanku. Dia hanya bicara tentang minuman dan waktu berdebat dengan ayahnya. Dia tidak mau bicara soal warisan.Padahal, tuntutan jaksa berhubungan dengan warisan juga, tapi Surya bersikeras tidak mau bicara tentang warisan. Jawabannya selalu itu warisan adalah urusan keluarganya. "Kalau memang kalian menuduh saya membunuh

Latest chapter

  • Jadul Tapi Mantul    The End

    PoV Nia Sangat sedih melepas Butet untuk mengarungi rumah tangga barunya. Rasanya baru kemarin dia kugendong. Dia teman diskusi yang sangat asyik. Selama ini dia memang sudah tinggal jauh dari kami, akan tetapi tetap berat juga untuk melepasnya. Bang Parlin juga terlihat sangat sedih, pesta ini justru jadi ajang tangis bagi suamiku. Dia justru sering menangis. Tamu yang datang sangat beragam, mulai dari pekerja kami, sampai toke sawit, sampai bupati pun datang. Akan tetapi aku sedikit kecewa, menantuku tidak datang dengan alasan tak bisa meninggalkan warungnya. Karena Menantu tidak datang, otomatis cucu kamI juga tidak datang. Padahal ini hari bersejarah. Aku ingin berfoto seluruh keluarga. Akan tetapi menantu dan satu-satunya cucu tidak datang. Aku sudah coba hubungi menantu, akan tetapi jawaban dia adalah tidak bisa meninggalkan warungnya. Katanya jika ditinggalkan, terpaksa ditutup dan pelanggan akan lari. Sementara warung itu belum bisa diserahkan kepada karyawan. Resep

  • Jadul Tapi Mantul    Selamat Menempuh Hidup Baru, Butet

    Aku bangun pagi seiring azan subuh berkumandang dari mesjid desa. Lalu mandi dan pergi ke mesjid untuk salat subuh berjamaah, kami sekeluarga pergi ke mesjid. Cantik juga ikut, kami mau sekalian membicarakan proses akad nikah di masjid tersebut. Penghulunya juga masih Abang angkatku, yang dulu pernah jadi guru mengaji di rumah kami. Setelah membicarakan semua, kami pulang ke rumah. Mulai ada kesibukan di rumah. Para Bapak-bapak memasak rendang, para ibu-ibu memasak nasi. Jam delapan pagi sudah bisa makan. Satu kampung makan di rumah kami. Kebanyakan bawa baskom masing-masing. Ibunya Bang Sandi datang, begitu datang dia langsung salaman. "Kok lama kali datangnya?" tanya mamak."Itu tadi, Bu, ngantar Sandy mau pulang," jawab Ibu tersebut."Kok cepat kali dia pulang?" tanya mamak lagi."Katanya mau tugas,"Ternyata Bang Sandy memang di sini, ingin aku bertanya pada ibunya, akan tetapi aku tahan, tak ingin merusak suasana hati yang beberapa jam lagi akan menikah. Bang Sandy bohong soal

  • Jadul Tapi Mantul    Sedihnya Melepas Butet

    Pertanyaan Bang Sandy ini sepertinya tidak masuk akal, mengajak tinggal di Brunei, pekerjaan membobol bank. "Bagaimana, Tet, kita akan bahagia bersama," kaya Bang Sandy lagi."Hei, Bang Sandy, kamu masih waras gak? masa ajak aku jadi penjahat, kerja membobol bank, emangnya kamu pikir aku penjahat ya," kataku kemudian."Itu hanya perumpamaan, Tet, intinya aku bisa lebih baik dari si Cina itu," "Hei, Bang, kamu sudah rasis, gak boleh manggil orang dengan sukunya,""Bukan maksud rasis ya, Tet, hanya kesal, ayolah, Tet, kita akan hidup makmur di Brunei, Kamu tahu gak, pemerintah Brunei pernah mengajak aku pindah ke sana, sebagai tenaga ahli bidang IT," kata Bang Sandy lagi."Wah,""Iya, Butet, aku bisa lebih baik dari si sipit itu, percayalah," Lama-lama omongan Bang Sandy makin melantur saja, padahal biasanya dia orang yang santun, jarang bicara, ini sudah rasis segala. "Kok kamu jadi rasis sih, ini bukan Bang Sandy yang kukenal,""Cinta, Tet," Oh, seperti kata ayah, cinta bisa mem

  • Jadul Tapi Mantul    Gadis Mahal

    Sekitar jam 10.00 malam, Ayah akhirnya pulang ke rumah. Ini kesempatanku untuk bertanya apakah Ayah setuju. Bang Ucok, mamak dan bahkan Cantik tidak setuju aku pergi kuliah di Amerika. Tinggal Ayah yang belum kutanyakan."Papa, Kak Butet mau pergi ke Amerika," belum sempat aku bertanya Cantik sudah mengadu duluan. "Amerika," Ayah melihatku."Iya, jauhhh,""Hahaha," ayah malah tertawa, mungkin ayah mengira ini lelucon."Ayah, Cantik benar, aku mau pergi ke Amerika," kataku kemudian."Waw, mau ngapain?""Kuliah pascasarjana, Yah," "Jauh sekali ke Amerika?""Aku dapat beasiswa, Yah," Ayah' terdiam, dia melihat mamak, lalu kembali melihatku."Boleh, Yah?" tanyaku lagi."Kamu sudah dewasa, Butet sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk," kata Ayah."Ayah dukung apapun keputusanmu, tapi Ayah berikan sedikit gambaran, Amerika itu jauh, jika sekiranya ayah meninggal kamu gak akan bisa kejar, terus adikmu suka' kangen kakaknya, kamu satu bulan tidak pulang saja Cantik sudah sering be

  • Jadul Tapi Mantul    Amerika?

    Aku justru makin bingung, Ini kesempatan langka, beasiswa di Amerika. Akan tetapi aku dan Pak Johan sudah membuat semacam kesepakatan. Tiga tahun lagi kami akan menikah, itu 2 tahun yang lalu. Apakah kesepakatan itu sudah janji? "Bagaimana, Butet? kok malah bengong?" kata Pak Dosen."Saya berpikir dulu, Pak," jawabku akhirnya."Butet, ini kesempatan langka, Jangan disia-siakan, aku yakin kamu bisa berkarir di luar negeri," kata Pak Dosen."Cita-cita saya bukan seperti itu, Pak, cita-cita saya buka kantor pengacara publik, yang memberikan layanan hukum' gratis untuk masyarakat miskin," kataku kemudian."Jika memang itu cita-citamu, cocok juga, tapi ambil S-2 ini juga, paling dua tahun," kata Pak Dosen."Saya pikirkan dulu, Pak," kataku kemudian."Kupikir tadi kamu akan sujud sukur sambil menamgis karena dapat beasiswa penuh," kata seorang pengacara yang lain."Iya, gak nyangka kamu masih berpikir, padahal ini kesempatan emas, dari propinsi ini hanya dua orang, kamu salah' satunya," ka

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Bingung

    Bertanya ke Bang Ucok ternyata jawabannya sangat logika, ini sesuatu yang berubah pada diri Bang Ucok. Setelah dia menikah bicaranya sekarang sudah banyak yang secara logika. Atau karena dia sekarang sudah sarjana psikologi. "Memangnya siapa yang orang Cina siapa yang orang Padang?" Tanya Bang Ucok lagi."Adalah,""Biar kutebak, kalau Cina itu yang pemilik hotel itu ya?" "Iya, Bang,""Yang orang Padang siapa?" "Coba tebak?" tanyaku kemudian.Heran juga Bang Ucok tidak ingat kepada Bang Sandy, Padahal kami dulu sering memecahkan kasus bersama. Bahkan kudengar Bang Sandi setelah jadi polisi pernah pergi ke tempat Bang Ucok. Kenapa dia tidak ingat?"Umar ya?" "Bukan?""Jadi siapa?""Ah, payah Bang Ucok."Aku memutuskan panggilan telepon karena Bang Ucok tidak ingat kepada Sandy. Aku makin bingung entah memilih siapa. Cari jawaban Bang Ucok juga mengambang, masalah umur dia pilih pada Sandy, di masalah profesi dia pilih Pak Johan. Sedangkan masalah suku dia tidak memberikan pilihan.

  • Jadul Tapi Mantul    Di Antara Dua Cinta

    PoV ButetSidang meja hijau berjalan lancar, cerita orang tentang seramnya sidang itu tak berlaku padaku. Bahkan dosen memujiku. Semua berjalan mulus, aku akan jadi wisudawan termuda di perguruan tinggi tersebut. Setelah selesai sidang, kegiatanku kini lebih lapang, aku bisa pulang ke desa setiap Minggu. Tinggal menunggu jadwal wisuda, tidak lama lagi aku akan jadi seorang sarjana hukum, seperti cita-citaku selama ini.Hari itu aku terkejut dengan kedatangan Pak Johan, dia datang bersama Ibunya ke tempat kos-ku. Ini tidak biasa, biarpun kami sudah berjanji akan menikah nanti, kami tidak pacaran, tidak bertemu rutin selayaknya pasangan kekasih."Ada apa ya, Pak?" tanyaku seraya mempersilahkan duduk.Ibunya Johan sudah jauh berubah penampilannya, dulu beliau selalu memakai pakaian ketat, kini beliau memakai pakaian Muslim, jilbabnya juga panjang."Butet, kamu datang mau menanyakan sesuatu," kata Ibunya Johan."Iya, Bu,""Jadi begini, kamu sebentar lagi kan akan diwisuda, jadi kamu akan

  • Jadul Tapi Mantul    Makin Tua Makin Tampan

    Keesokan harinya Pak Dullah datang lagi, kali ini dia minta Bang Parlin yang jadi saksi pernikahan anaknya dan Agus. Mereka gerak cepat, katanya akad nikah akan dilaksanakan jam sepuluh pagi. Nikah duluan dan suratnya diurus belakangan. Karena kebetulan Butet masih di rumah, aku ikut Bang Parlin ke rumah Pak Dullah. Agus sudah datang, anak Pak Dullah juga sudah didandani ala kadarnya. Petugas pencatat nikah yang juga guru di pesantren kami yang menikahkan. Acara berjalan lancar, diakhiri doa bersama yang dipinpin Bang Parlin. Lalu makan bersama.Agus lalu salim ke semua orang, saat salim ke Bang Parlin dia menangis. "Terimakasih kasih, Pak, aku ada permintaan satu lagi," kata Agus."Apa lagi, Gus?""Aku ingin pekerjaan tetap, Pak, aku sudah punya istri sekarang," katanya.Selama ini dia kami pekerjakan memang tidak tetap, hanya jika panen saja. "Baiklah, ngurusi sapi bisa?" tanya Bang Parlin."Bisa, Pak, bisa," jawabnya kemudian.Padahal mertuanya juga punya kebun sawit, biarpun ti

  • Jadul Tapi Mantul    Romeo dan Juliet

    Aku dan Bang Parlin langsung saja ke rumah Pak Dollah. Ketika kami tiba sudah ramai orang di situ. Kami segera masuk, di dalam rumah ada putrinya Pak Dollah dipegangi oleh dua orang. "Dia mau gantung diri, untung cepat' ketahuan," kata seorang ibu-ibu sambil menunjuk tali yang sudah terikat di kamar gadis tersebut."Mungkin sudah saatnya gunakan ilmu, Bang, luluhkan dia," kataku pada Bang Parlin. Yang sebenarnya adalah aku lelah, ingin istirahat selalu saja ada masalah. Mungkin jika Bang Parlin menggunakan ilmunya meluluhkan gadis itu, masalah akan selesai.Gadis itu terus meronta-ronta, dia dipegangi dua orang perempuan. Ayahnya tampak sudah gelisah. "Aku harus bagaimana lagi, Pak Kades?" kata Pak Dollah. "Bagaimana lagi mau kubilang, sudah ada penyelesaian mudah, nikahkan mereka, tapi bapak tidak mau, sekarang mau bagaimana lagi, satu di penjara, satu bunuh diri, begitu lah kisah cinta mereka," kata Bang Parlin."Aku lakukan ini demi anakku juga""Mirip Romeo dan Juliet, Agus j

DMCA.com Protection Status