"Ampun, Pak, kami yang jual sapinya." Begitu kata Ramon dan Rambe hampir serempak."Astaghfirullah, kenapa kalian jual?" tanya Ayah."Kami butuh uang, Pak,""Butuh untuk apa?" Dua laki-laki itu saling tatap untuk beberapa saat. Sepertinya mereka saling menunggu siapa yang bicara ke Ayah."Untuk apa?" Ayah terdengar mengeraskan suaranya."Kami kecanduan judi online, Pak," kata Ramon kemudian."Astagfirullah," "Tolong bantu kami, Pak," "Maaf ya, kalau yang cari penyakit, saya tidak bisa bantu, rasakan sendirilah di situ, ini saya serahkan ke para tetua desa," kata ayah kemudian.Pada ketua desa bermusyawarah, kedua orang itu meminta tolong supaya jangan disebarkan ke warga desa kalau mereka menjual sapi sendiri. Akhirnya disepakati mereka harus mengganti sapi tersebut bagaimanapun caranya. Kalau tidak mereka ganti selamanya mereka tidak akan pernah dapat bantuan apa-apa lagi di desa ini. Hukuman paling berat di desa adalah dikeluarkan dari masyarakat. Dalam hal ini para ketua desa m
Pria ini tampak tenang saja, tidak seperti orang yang baru kemalangan. Katanya orang tuanya dua hari yang lalu baru meninggal. Ini dia datang minta bantuan hukum untuk menuntut harta warisan. Aku bingung juga sebenarnya. Karena kebanyakan orang membagi warisan itu menurut agama. Bagaimana saudara-saudaranya nanti."Bagaimana Bu, kok malah bengong," tanya pria itu lagi."Bagaimana ya, Pak? Sebaiknya cari pengacara lain saja," kataku kemudian."Ibu ini bagaimana sih, kemarin katanya mati dulu ayahmu baru datang, sekarang malah bilang cari pengacara lain,," "Kasus bapak mengandung Ssra,""Kok sara pula?""Iya, karena Bapak sudah pindah agama, jadi rumit untuk membaginya, karena menurut agama Islam orang yang sudah pindah agama tidak berhak untuk mendapat warisan," kataku kemudian."Kan sudah kubilang, aku temui pengacara karena mau dibagi secara hukum negara, bukan hukum Islam,""Sebaiknya kita tanya dulu saudaramu Apakah mereka setuju harta warisan kalian dibagi secara hukum negara
Kasus ini rumit dan aneh, pria yang bernama Surya itu datang minta bantuan supaya mengurus pembagian harta warisan. Kemudian dia ditangkap polisi karena dituduh membunuh orang tuanya sendiri. Ini istrinya pula yang datang bukan lagi mau mengurus pembagian harta warisan tapi mengurus suaminya yang ditangkap polisi.Padahal aku sudah beberapa kali coba menghindar dari kasus ini, entah kenapa para pengacara di sini tidak ada yang tertarik. Lagi-lagi aku yang ditugaskan mendampingi Ibu tersebut. Ibu tersebut bernama Romaito, pengusaha kilang padi yang ada di pinggiran desa. Umurnya sudah 40-an, sementara suaminya masih 20-an. Wanita inilah yang membuat Surya pindah agama."Saya datang kemari karena ini kantor pengacara terbaik di kota ini," begitu kata ibu tersebut."Iya, Bu,""Suami saya sengaja dipolisikan karena minta harta warisan yang memang haknya," kata ibu itu lagi."Iya bu saya pelajari dulu kasus ini ya," kataku kemudian."Aku mau menuntut balik mereka semua," katanya lagi."
Sedang hari pertama pun tiba, aku dan pak dosen yang mendampingi Surya. Jadwal hari ini adalah pembacaan tuntutan jaksa penuntut umum. Dalam dakwaannya jaksa mengatakan kalau saja Surya sudah merencanakan pembunuhan terhadap ayahnya. Surya masih bisa mengatakan sesuai yang kukatakan, dia tidak mau menjawab pertanyaan jaksa jika menyangkut harta warisan."Maaf, Pak, harta warisan adalah urusan keluargaku bukan urusan jaksa, " begitu jawaban Surya saat ditanya tentang warisan.Aku tersenyum karena itu adalah ajaranku. Akan tetapi jaksa terus mencecernya dengan berbagai pertanyaan. Pertanyaan jaksa ujung-ujungnya selalu masalah warisan. Akan tetapi Surya ini sesuai arahanku. Dia hanya bicara tentang minuman dan waktu berdebat dengan ayahnya. Dia tidak mau bicara soal warisan.Padahal, tuntutan jaksa berhubungan dengan warisan juga, tapi Surya bersikeras tidak mau bicara tentang warisan. Jawabannya selalu itu warisan adalah urusan keluarganya. "Kalau memang kalian menuduh saya membunuh
Kasus ini menyisakan banyak pro dan kontra di masyarakat ibukota kabupaten kami. Mereka kebanyakan mengatakan keputusan hakim itu mengada-ngada. Masa dihukum karena lalai, seharusnya dihukum karena memang membunuh orang tuanya. Akan tetapi jaksa dan juga Hakim tidak juga menemukan bukti yang tepat. Tidak ada zat lain selain kopi yang diminum korban. Tidak mungkin orang dihukum karena menambah air panas pada kopinya. Sementara korban yang minta tambah air panas. Masyarakat justru mengatakan jaksa dan hakim lemah. Sementara itu kantor pengacara kami jadi dapat nama dari kasus tersebut. Pak dosen jadi narasumber acara televisi swasta. Pagi itu hari Minggu, aku tidak ada kegiatan, tadinya mau nyuci pakaian yang sudah dua minggu tak pernah nyuci. Akan tetapi rasa malas itu datang karena hujan gerimis. Akhirnya aku antar semua pakaian itu ke laundry. Saat aku kembali ke rumah kos aku terkejut melihat Wulan, perutnya sudah besar sekali. Wajahnya tampak sedih."Wulan, apa kabar?"sapaku s
Tadinya aku mau lanjut tidur, akan tetapi baru saja mata terpejam, aku teringat pekerjaan yang menumpuk. Tugas dari pak dosen menunggu. Belum lagi aku ada rencana mau bertemu Surya di rumah tahanan. Rasa Penasaran ini makin kuat saja, Apakah dia benar membunuh ayahnya?Aku berdiri dan langsung ke kamar mandi. Setelah mandi lalu salat Dhuhur. Kami salat berjamaah bersama ayah dan ibu kost."Katanya tadi mau tidur?" Tanya Ayah."Banyak kali pekerjaanku, Yah," "Kamu itu terlalu banyak bekerja, Butet, santai saja kamu masih kuliah," kata Ayah."Membiasakan diri, Yah, aku kan mau jadi wanita karir," kataku kemudian.Aku lalu mengajak Ayah ke rumah tahanan, setelah negosiasi dengan penjaga tahanan akhirnya kami bisa bertemu dengan Surya. "Ada apa lagi, ya?" Tanya Surya begitu kami bertemu."Kenalkan ini ayahku," kataku kemudian.Ayah pun menyalami Surya, untuk beberapa soal lamanya, ayah menatap mata pria tersebut."Kenapa kamu pindah agama?' tanya ayah kemudian."Karena calon istriku t
Setelah menghubungi Pak Dosen, akhirnya aku menerima kasus tersebut. Sepertinya ini akan menjadi kasus yang panjang. Karena menuntut cerai pada suami yang tidak mau menceraikan. Juga menuntut pembagian harta gono gini.Aku dapat cerita, ibu ini bernama Mala, dia sudah menikah 10 tahun, akan tetapi tidak juga punya momongan. Dan mertuanya menyerankan supaya anaknya menikah lagi biar bisa punya keturunan. Sudah 1 tahun belakangan ibunya menyuruh anaknya untuk menikah lagi, bahkan calonnya pun dicari. Karena terus didesak dan kasihan melihat ibunya, suami Bu Mala itu bersedia. Akan tetapi Mala tidak mau dimadu. Dan suaminya tidak mau menceraikan. "Rumit juga masalah yang kau tangani ya, Butet?" tanya Ayah."Iya Yah begitulah, macam-macam masalah orang,""Padahal masalah yang begini tidak perlu sampai ke pengadilan segala,""Bagaimana tidak sampai pengadilan, si suami mau poligami," kataku kemudian."Masalahnya anak, tidak punya anak, itu pangkal masalahnya, seharusnya itu yang diseles
Aku gagal dapat pekerjaan hari itu, kembali ke rumah aku tak bawa duit, akhirnya aku putuskan pergi ke rumah kontrakanku. Siapa tahu mereka sudah mau membayar uang kost. Memang rata-rata yang kos di situ adalah dari luar daerah, kadang kiriman orang tuanya terlambat datang. Terpaksa terlambat bayar uang kost.Bukan uang kos yang kudapat saat sampai di tempat tersebut, akan tetapi laporan."Bang Ucok, WC-nya gak bisa jalan," ucap seorang anak kost."Iya, tidak bisa buang air, aku sampai numpang buang air ke SPBU," kata yang lain."Mesti disedot dulu itu, Cok," "Iya," jawabku lesu."Jangan lama-lama, Cok, sakit kali yang gak bisa berak ini," kata seorang pemuda asal Medan."Iya, besok," jawabku."Jadi, nanti kalau mau buang air kami tengah malam bagaimana?" kata yang satu lagi."Ya udah, sini uang kost sekalian," kataku kemudian."Belum ada, tanggal tujuh baru ada," jawab yang satu."Aku tinggal sepuluh, Cok," jawab yang lain.Sungguh aku tidak punya uang lagi, di kartu ATM-ku pun