Share

Bab 4

Penulis: Arizah Karimah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ibu menyerahkan kertas yang sudah terkorosi oleh asam lambung ke ahli forensik. Dia menepuk punggung bawahnya yang terasa pegal, lalu berkata kepada Ayah dengan nada pasrah, "Semoga kertas ini bisa memberikan petunjuk. Kamu sudah ingatin Yuki untuk kunci pintu rumah?"

Ayah mengangguk dengan wajah serius, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Sayang, menurutmu, Eira nggak angkat telepon sama sekali dan nggak balas pesan dari Josh, apa mungkin dia benar-benar dalam bahaya? Apa aku perlu suruh seseorang untuk menyelidikinya?"

Ibu memotong dengan kesal, "Lupakan saja, memangnya kamu nggak tahu kebiasaannya? Dia pasti lagi sembunyi dan nunggu kita untuk cari dia! Ini bukan pertama kalinya dia ngelakuin hal begini."

"Dia cuma nggak mau datang untuk nonton pertandingan Yuki. Paling lambat besok, dia pasti akan telepon sambil menangis meminta maaf."

Terakhir kali aku menghilang adalah saat libur musim panas. Waktu itu, Yuki mengunciku di toilet sekolah. Sekolah yang kosong di masa liburan membuat tidak ada seorang pun yang mendengar teriakanku.

Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk memanjat keluar. Tubuhku dipenuhi kotoran dan aku berjalan pulang dengan kaki yang terkilir.

Namun yang menungguku di rumah bukanlah perhatian, melainkan tamparan dari Ayah dan makian dari Ibu. "Yuki bilang, dia lihat kamu pergi ke hotel sama seorang preman? Kenapa aku bisa lahirin anak yang nggak tahu malu kayak kamu!"

Aku tidak bisa mengatakan apa pun dan hanya bisa melihat Yuki menyeringai puas di sudut ruangan. Kakakku membantuku mengoleskan obat sambil berkata dengan lembut, "Ayah dan Ibu bukannya nggak sayang sama kamu. Mereka cuma nggak tahu harus bagaimana komunikasi sama kamu."

Namun, aku sangat paham. Diriku yang pendiam dan tidak menonjol ini, tidak akan pernah mendapatkan perhatian seperti yang didapatkan oleh Yuki yang cerdas dan lincah. Mereka akan selalu pilih kasih, tetapi sayangnya orang yang mereka kasihi itu bukan aku.

Jika aku masih hidup, satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah membuatkan sup bergizi untuk mereka dan mengantarnya ke kantor polisi saat mereka tidak bisa pulang karena pekerjaan. Namun kali ini, aku tidak bisa lagi menampakkan diri dan meminta maaf seperti yang mereka bayangkan.

Sebab, kini aku hanyalah sebuah mayat.

Dalam waktu singkat, hasil dari tim forensik telah keluar. Kertas itu adalah tanda terima pembelian barang. Pelaku memasukkan kertas itu ke dalam mulutku secara paksa sebagai bentuk penghinaan saat menyiksaku.

Dengan sinis, dia berkata, "Ini barang yang kamu belikan untuk orang tuamu? Mereka bakal langsung buang ke tempat sampah kalau menerimanya."

Ayahku tampak bingung dan bertanya, "Ini tempat apa?"

Ahli forensik tertegun sejenak dan menjawab, "Setelah kucek, ini tempat yang menjual jimat keberuntungan."

Saat orang tuaku dan para polisi masuk ke toko tersebut, pemilik toko tampak terkejut. Dia menerima potongan tanda terima yang sudah rusak, lalu menatap angka di sudut kanan atas dan mencari barangnya di antara pesanan.

"Ini dibeli oleh seorang gadis kecil beberapa waktu lalu. Katanya, ini untuk orang tuanya karena pekerjaan mereka sangat berbahaya."

"Tapi, dia nggak pernah datang untuk mengambilnya. Aku sudah coba telepon, tapi nggak ada yang menjawab," kata pemilik toko sambil mengeluarkan dua kantong merah.

Kemudian, dia melanjutkan dengan nada lembut, "Di atasnya tertulis kata 'keselamatan', menyiratkan doa untuk kebahagiaan dan umur panjang."

Ayahku menerima kantong tersebut dan menghela napas, "Masih ada rekaman CCTV dari waktu itu?"

Pemilik toko mengangguk. "Gadis kecil itu sangat pendiam dan cermat dalam memilih kantong untuk orang tuanya. Aku ingat sekali wajahnya."

Namun, ketika rekaman diputar, semua polisi yang hadir langsung terdiam. Ibu menelan ludah sambil menatap layar dengan mata terbelalak. "Kenapa gadis ini mirip sekali sama Eira?"

Mendengar hal itu, pemilik toko bertanya, "Eira? Nama yang tertera di pesanan memang Eira!"

Wajah ayahku juga tampak buruk, meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, "Mungkin cuma namanya yang kebetulan sama. Eira pasti lagi bersembunyi di suatu tempat dan mentertawakan kita!"

"Bos, kamu sudah sekongkol sama Eira ya? Berani-beraninya kamu permainkan polisi?" tanya Gibson.

Tiba-tiba, ponsel Ibu berdering. Dengan suara gemetaran, dia mengangkatnya, "Halo, Ryan?"

Suara dari anggota laboratorium forensik itu terdengar sangat tegang. "Bu Penny, hasil tes DNA korban sudah keluar."
Komen (102)
goodnovel comment avatar
isteri jisung
dosa anaya orang hati ii na
goodnovel comment avatar
Liyana Yana
cerpen nya bagus..tpi syg ngak bisa di buka..
goodnovel comment avatar
Fijay Anugrah
crito nangguang gacik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 5

    Ibu sepertinya sudah punya firasat. Dia mencengkeram lengan Ayah dengan erat hingga kuku-kukunya menancap di kulitnya."Korban adalah putrimu, Eira," ucap petugas itu.Ibu jatuh terduduk di lantai karena tidak percaya. Dia terus-menerus mengulang ucapan pria itu, "Eira? Mana mungkin?"Ayah segera memegang erat Ibu agar dia tidak terjatuh sepenuhnya. Salah satu polisi di tim itu berkata dengan suara pelan, "Pak Gibson, lokasi kejadian sudah ditemukan. Letaknya di sebuah bangunan pribadi dekat gedung mangkrak."Ayah langsung memutuskan, "Ayo ke TKP. Pasti ada kesalahan dari tim forensik."Di dalam mobil polisi, Ibu terus-menerus mencoba meneleponku. Ayah menyetir dengan berusaha terlihat tenang sambil berkata, "Jangan takut, mungkin saja Eira ada di kantor polisi dan bekerja sama dengan tim forensik untuk mengerjai kita."Namun di lubuk hatinya, Gibson sangat paham bahwa hal seperti ini tidak mungkin dibuat-buat. Entah seperti apa perasaannya saat ini. Dia hanya merasa seolah-olah tercek

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 6

    Ahli forensik pun tak bisa menahan air matanya dan berkata dengan suara serak, "Pak Gibson, Bu Penny, kalian sebaiknya kembali ke kantor polisi dulu. Kalau ada perkembangan, aku dan wakil tim akan menghubungi kalian."Namun, ibuku tampaknya tidak mendengarkan. Dengan sarung tangan yang masih terpasang, tangannya perlahan membelai bercak darah di lantai, "Entah seberapa sakitnya yang dirasakan Eira sayang ...."Beberapa polisi yang lebih emosional mulai terisak dengan perlahan. Orang tuaku duduk di mobil dengan wajah pucat dan pikiran yang kosong. Melihat ekspresi mereka yang hampa, hatiku terasa semakin tersayat-sayat.Dari saat aku ditemukan hingga menjelang kematianku, tidak pernah sekali pun aku mendengar orang tuaku memanggilku dengan "Eira sayang".Ketika Ryan dari pusat laboratorium memberikan laporan hasil tes DNA kepada ayahku, dia melirik ibuku yang tampak linglung sekilas dengan tatapan iba."Pak Gibson, turut berduka," katanya.Pupil ayahku menyempit seketika. Dia memeriksa

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 7

    Ketika kakakku mendengar berita tentang kematianku, dia segera meninggalkan tugas dinasnya yang belum selesai dan pulang. Saat tiba di rumah, dia melihat Ayah dan Ibu duduk di sofa dengan wajah pilu. Di samping mereka, Yuki menangis dengan mata yang membengkak dan hidung memerah."Kak Josh, akhirnya kamu pulang! Kak Eira dibunuh! Pembunuhnya belum tertangkap. Selama ini Kak Eira punya banyak musuh. Mungkin ini terjadi karena dia ...."Ayah tiba-tiba berteriak dengan suara parau, "Cukup! Pelaku sudah teridentifikasi dan polisi sedang dalam proses penangkapan! Kakakmu nggak pernah terlibat sama orang itu."Ketika berkata demikian, Ayah bertukar pandang dengan Ibu sekilas dengan kepedihan yang terukir dalam sorot mata mereka. Setelah mengetahui bahwa pelaku itu membunuhku karena ingin balas dendam kepada mereka yang pernah menangkap adiknya, Ayah dan Ibu tak sanggup menahan pukulan berat ini dan keduanya jatuh pingsan.Putri yang paling tidak mereka sukai, akhirnya tewas karena perbuatan

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 8

    Saat Yuki melihat orang tua dan kakakku duduk di kursi penonton, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman bangga. Aku tahu, Yuki pasti merasa dia akan menjadi orang yang paling disayangi setelah diriku tidak ada.Saat waktu istirahat, Yuki memeluk lengan Ayah dengan manja sambil berkata, "Ayah, Ibu, Kakak, aku senang sekali kalian bisa datang."Di podium penghargaan, Yuki tersenyum bangga sambil mengangkat medali kemenangannya. Di depan para wartawan, dia tersenyum manis dan berkata, "Aku bisa sampai di sini berkat dukungan dari keluargaku. Aku berharap bisa jadi kebanggaan Ayah dan Ibu, serta adik yang paling disayangi oleh Kakak selamanya!"Melihat kebanggaan di wajah Yuki membuatku merasa mual. Kebahagiaannya dibangun di atas penderitaanku. Kenapa Yuki yang mendorongku ke dalam jurang ini bisa menikmati pujian, sedangkan aku hanya mendapatkan siksaan?Dari bangku penonton, terdengar gumaman para penonton."Bukannya kakak perempuannya baru saja meninggal? Kasihan sekali, tapi dia tetap

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 1

    Tubuhku ditemukan di gedung mangkrak. Pekerja konstruksi yang menemukannya langsung muntah-muntah sembari menelepon polisi.Ayah dan Ibu bergegas dari pesta perayaan Yuki menuju lokasi kejadian. Ahli forensik mengernyitkan dahi dan memberi isyarat agar mereka mengenakan masker. Ayah adalah salah satu ahli investigasi terbaik yang dikontrak dari luar kepolisian, sedangkan Ibu adalah ahli forensik terbaik di Kota Rotingham.Mereka memang sudah sering menghadapi lokasi kejadian kriminal yang mengerikan. Namun, ketika melihat mayatku, mereka tetap tidak bisa menahan diri dan kehilangan fokus sesaat. Di tengah teriknya musim panas, tubuhku membengkak akibat proses dekomposisi. Wajahku hancur berlumuran darah hingga tidak bisa dikenali. Tubuhku penuh luka dan kepalaku nyaris terlepas dari leher.Bau busuk yang menyengat memenuhi udara, menandakan betapa cepatnya tingkat pembusukan. Ibu memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas panjang dan memakai sarung tangan untuk memulai pemeriksaan awa

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 2

    Setelah mendengar laporan autopsi dari ibuku dalam rapat kasus, para polisi yang hadir terlihat sangat serius. Karena kondisi tubuhku yang terlalu mengenaskan, identifikasi melalui wajah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Gedung mangkrak tempat mayatku ditemukan bukanlah tempat kejadian pertama dan hal ini membuat penyelidikan jadi semakin sulit.Ayah memerintahkan para polisi untuk menyelidiki sekitar lokasi pembuangan mayat dan mencari petunjuk apakah ada orang yang mencurigakan."Minta ahli forensik untuk melakukan autopsi sekali lagi, siapa tahu ada temuan baru. Lalu, segera kirim DNA yang diambil ke pusat laboratorium," kata ayahku kepada Ibu sebelum dia bergegas pergi bersama timnya.Perhatian mereka terhadap sebuah mayat lebih besar daripada perhatian mereka padaku. Ibu pernah membelai rambut Yuki dan mengatakan bahwa menjadi ahli forensik yang bisa mengungkap kebenaran untuk para korban adalah profesi yang mulia.Aku melihat Yuki mengangguk setuju. Namun ketika Ibu berbalik, Y

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 3

    Setelah menyuruh Yuki untuk beristirahat lebih awal dengan suara lembut, ibu mendapat telepon dari kakak laki-lakiku. Tanpa menunggu kakak berbicara, ibuku telah langsung buru-buru bertanya, "Josh, kapan dinasmu selesai? Adikmu nungguin kamu untuk nonton pertandingannya!"Ketika aku pertama kali dibawa pulang, ayah dan ibu sibuk menemani Yuki yang menangis di rumah. Hanya kakak yang menggandeng tanganku dan membawaku pulang sambil terus menenangkanku. Satu-satunya kehangatan yang aku rasakan di rumah ini hanya berasal dari kakak laki-lakiku.Kakakku terdiam sejenak di ujung telepon, lalu bertanya dengan keheranan, "Pertandingan olimpiade matematika Eira? Bukannya bulan depan baru ...."Ibu memotong ucapannya dengan marah, "Eira, Eira melulu! Yuki itu adik yang sudah bertahun-tahun bersamamu! Berapa kali harus kubilang, Eira itu dibesarkan di luar dan penuh dengan sifat buruk. Dia nggak pantas jadi bagian dari keluarga kita."Kakakku menghela napas, seolah-olah tidak mengerti kebencian

Bab terbaru

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 8

    Saat Yuki melihat orang tua dan kakakku duduk di kursi penonton, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman bangga. Aku tahu, Yuki pasti merasa dia akan menjadi orang yang paling disayangi setelah diriku tidak ada.Saat waktu istirahat, Yuki memeluk lengan Ayah dengan manja sambil berkata, "Ayah, Ibu, Kakak, aku senang sekali kalian bisa datang."Di podium penghargaan, Yuki tersenyum bangga sambil mengangkat medali kemenangannya. Di depan para wartawan, dia tersenyum manis dan berkata, "Aku bisa sampai di sini berkat dukungan dari keluargaku. Aku berharap bisa jadi kebanggaan Ayah dan Ibu, serta adik yang paling disayangi oleh Kakak selamanya!"Melihat kebanggaan di wajah Yuki membuatku merasa mual. Kebahagiaannya dibangun di atas penderitaanku. Kenapa Yuki yang mendorongku ke dalam jurang ini bisa menikmati pujian, sedangkan aku hanya mendapatkan siksaan?Dari bangku penonton, terdengar gumaman para penonton."Bukannya kakak perempuannya baru saja meninggal? Kasihan sekali, tapi dia tetap

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 7

    Ketika kakakku mendengar berita tentang kematianku, dia segera meninggalkan tugas dinasnya yang belum selesai dan pulang. Saat tiba di rumah, dia melihat Ayah dan Ibu duduk di sofa dengan wajah pilu. Di samping mereka, Yuki menangis dengan mata yang membengkak dan hidung memerah."Kak Josh, akhirnya kamu pulang! Kak Eira dibunuh! Pembunuhnya belum tertangkap. Selama ini Kak Eira punya banyak musuh. Mungkin ini terjadi karena dia ...."Ayah tiba-tiba berteriak dengan suara parau, "Cukup! Pelaku sudah teridentifikasi dan polisi sedang dalam proses penangkapan! Kakakmu nggak pernah terlibat sama orang itu."Ketika berkata demikian, Ayah bertukar pandang dengan Ibu sekilas dengan kepedihan yang terukir dalam sorot mata mereka. Setelah mengetahui bahwa pelaku itu membunuhku karena ingin balas dendam kepada mereka yang pernah menangkap adiknya, Ayah dan Ibu tak sanggup menahan pukulan berat ini dan keduanya jatuh pingsan.Putri yang paling tidak mereka sukai, akhirnya tewas karena perbuatan

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 6

    Ahli forensik pun tak bisa menahan air matanya dan berkata dengan suara serak, "Pak Gibson, Bu Penny, kalian sebaiknya kembali ke kantor polisi dulu. Kalau ada perkembangan, aku dan wakil tim akan menghubungi kalian."Namun, ibuku tampaknya tidak mendengarkan. Dengan sarung tangan yang masih terpasang, tangannya perlahan membelai bercak darah di lantai, "Entah seberapa sakitnya yang dirasakan Eira sayang ...."Beberapa polisi yang lebih emosional mulai terisak dengan perlahan. Orang tuaku duduk di mobil dengan wajah pucat dan pikiran yang kosong. Melihat ekspresi mereka yang hampa, hatiku terasa semakin tersayat-sayat.Dari saat aku ditemukan hingga menjelang kematianku, tidak pernah sekali pun aku mendengar orang tuaku memanggilku dengan "Eira sayang".Ketika Ryan dari pusat laboratorium memberikan laporan hasil tes DNA kepada ayahku, dia melirik ibuku yang tampak linglung sekilas dengan tatapan iba."Pak Gibson, turut berduka," katanya.Pupil ayahku menyempit seketika. Dia memeriksa

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 5

    Ibu sepertinya sudah punya firasat. Dia mencengkeram lengan Ayah dengan erat hingga kuku-kukunya menancap di kulitnya."Korban adalah putrimu, Eira," ucap petugas itu.Ibu jatuh terduduk di lantai karena tidak percaya. Dia terus-menerus mengulang ucapan pria itu, "Eira? Mana mungkin?"Ayah segera memegang erat Ibu agar dia tidak terjatuh sepenuhnya. Salah satu polisi di tim itu berkata dengan suara pelan, "Pak Gibson, lokasi kejadian sudah ditemukan. Letaknya di sebuah bangunan pribadi dekat gedung mangkrak."Ayah langsung memutuskan, "Ayo ke TKP. Pasti ada kesalahan dari tim forensik."Di dalam mobil polisi, Ibu terus-menerus mencoba meneleponku. Ayah menyetir dengan berusaha terlihat tenang sambil berkata, "Jangan takut, mungkin saja Eira ada di kantor polisi dan bekerja sama dengan tim forensik untuk mengerjai kita."Namun di lubuk hatinya, Gibson sangat paham bahwa hal seperti ini tidak mungkin dibuat-buat. Entah seperti apa perasaannya saat ini. Dia hanya merasa seolah-olah tercek

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 4

    Ibu menyerahkan kertas yang sudah terkorosi oleh asam lambung ke ahli forensik. Dia menepuk punggung bawahnya yang terasa pegal, lalu berkata kepada Ayah dengan nada pasrah, "Semoga kertas ini bisa memberikan petunjuk. Kamu sudah ingatin Yuki untuk kunci pintu rumah?"Ayah mengangguk dengan wajah serius, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Sayang, menurutmu, Eira nggak angkat telepon sama sekali dan nggak balas pesan dari Josh, apa mungkin dia benar-benar dalam bahaya? Apa aku perlu suruh seseorang untuk menyelidikinya?"Ibu memotong dengan kesal, "Lupakan saja, memangnya kamu nggak tahu kebiasaannya? Dia pasti lagi sembunyi dan nunggu kita untuk cari dia! Ini bukan pertama kalinya dia ngelakuin hal begini.""Dia cuma nggak mau datang untuk nonton pertandingan Yuki. Paling lambat besok, dia pasti akan telepon sambil menangis meminta maaf."Terakhir kali aku menghilang adalah saat libur musim panas. Waktu itu, Yuki mengunciku di toilet sekolah. Sekolah yang kosong di masa liburan membuat ti

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 3

    Setelah menyuruh Yuki untuk beristirahat lebih awal dengan suara lembut, ibu mendapat telepon dari kakak laki-lakiku. Tanpa menunggu kakak berbicara, ibuku telah langsung buru-buru bertanya, "Josh, kapan dinasmu selesai? Adikmu nungguin kamu untuk nonton pertandingannya!"Ketika aku pertama kali dibawa pulang, ayah dan ibu sibuk menemani Yuki yang menangis di rumah. Hanya kakak yang menggandeng tanganku dan membawaku pulang sambil terus menenangkanku. Satu-satunya kehangatan yang aku rasakan di rumah ini hanya berasal dari kakak laki-lakiku.Kakakku terdiam sejenak di ujung telepon, lalu bertanya dengan keheranan, "Pertandingan olimpiade matematika Eira? Bukannya bulan depan baru ...."Ibu memotong ucapannya dengan marah, "Eira, Eira melulu! Yuki itu adik yang sudah bertahun-tahun bersamamu! Berapa kali harus kubilang, Eira itu dibesarkan di luar dan penuh dengan sifat buruk. Dia nggak pantas jadi bagian dari keluarga kita."Kakakku menghela napas, seolah-olah tidak mengerti kebencian

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 2

    Setelah mendengar laporan autopsi dari ibuku dalam rapat kasus, para polisi yang hadir terlihat sangat serius. Karena kondisi tubuhku yang terlalu mengenaskan, identifikasi melalui wajah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Gedung mangkrak tempat mayatku ditemukan bukanlah tempat kejadian pertama dan hal ini membuat penyelidikan jadi semakin sulit.Ayah memerintahkan para polisi untuk menyelidiki sekitar lokasi pembuangan mayat dan mencari petunjuk apakah ada orang yang mencurigakan."Minta ahli forensik untuk melakukan autopsi sekali lagi, siapa tahu ada temuan baru. Lalu, segera kirim DNA yang diambil ke pusat laboratorium," kata ayahku kepada Ibu sebelum dia bergegas pergi bersama timnya.Perhatian mereka terhadap sebuah mayat lebih besar daripada perhatian mereka padaku. Ibu pernah membelai rambut Yuki dan mengatakan bahwa menjadi ahli forensik yang bisa mengungkap kebenaran untuk para korban adalah profesi yang mulia.Aku melihat Yuki mengangguk setuju. Namun ketika Ibu berbalik, Y

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 1

    Tubuhku ditemukan di gedung mangkrak. Pekerja konstruksi yang menemukannya langsung muntah-muntah sembari menelepon polisi.Ayah dan Ibu bergegas dari pesta perayaan Yuki menuju lokasi kejadian. Ahli forensik mengernyitkan dahi dan memberi isyarat agar mereka mengenakan masker. Ayah adalah salah satu ahli investigasi terbaik yang dikontrak dari luar kepolisian, sedangkan Ibu adalah ahli forensik terbaik di Kota Rotingham.Mereka memang sudah sering menghadapi lokasi kejadian kriminal yang mengerikan. Namun, ketika melihat mayatku, mereka tetap tidak bisa menahan diri dan kehilangan fokus sesaat. Di tengah teriknya musim panas, tubuhku membengkak akibat proses dekomposisi. Wajahku hancur berlumuran darah hingga tidak bisa dikenali. Tubuhku penuh luka dan kepalaku nyaris terlepas dari leher.Bau busuk yang menyengat memenuhi udara, menandakan betapa cepatnya tingkat pembusukan. Ibu memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas panjang dan memakai sarung tangan untuk memulai pemeriksaan awa

DMCA.com Protection Status