Share

Bab 2

Author: Arizah Karimah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Setelah mendengar laporan autopsi dari ibuku dalam rapat kasus, para polisi yang hadir terlihat sangat serius. Karena kondisi tubuhku yang terlalu mengenaskan, identifikasi melalui wajah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Gedung mangkrak tempat mayatku ditemukan bukanlah tempat kejadian pertama dan hal ini membuat penyelidikan jadi semakin sulit.

Ayah memerintahkan para polisi untuk menyelidiki sekitar lokasi pembuangan mayat dan mencari petunjuk apakah ada orang yang mencurigakan.

"Minta ahli forensik untuk melakukan autopsi sekali lagi, siapa tahu ada temuan baru. Lalu, segera kirim DNA yang diambil ke pusat laboratorium," kata ayahku kepada Ibu sebelum dia bergegas pergi bersama timnya.

Perhatian mereka terhadap sebuah mayat lebih besar daripada perhatian mereka padaku. Ibu pernah membelai rambut Yuki dan mengatakan bahwa menjadi ahli forensik yang bisa mengungkap kebenaran untuk para korban adalah profesi yang mulia.

Aku melihat Yuki mengangguk setuju. Namun ketika Ibu berbalik, Yuki malah mengusap rambutnya dengan jijik. Saat itu aku menampar Yuki, tapi akibatnya malah aku yang dihukum oleh Ayah dengan mencukur kepalaku.

Sekarang, Ibu membelai rambut mayatku dengan sedih dan berbisik, "Pasti keluarganya sangat terpukul kalau melihatnya meninggal dengan cara sekejam ini."

Aku tersenyum getir. Keluargaku mungkin justru akan senang dengan kematianku. Mungkin hanya kakakku yang akan sedikit bersedih. Ibu yang memakai sarung tangan itu menggerakkan tangannya di punggungku.

Di sana terdapat bekas luka bakar yang besar ... luka yang kudapatkan ketika diculik dulu.

Ketika pertama kali dibawa pulang, Ibu melihat luka bakar itu dengan tatapan terkejut bercampur jijik saat aku mengganti pakaian, "Kenapa punggungmu bisa seperti itu? Jijik sekali, jangan sampai menakuti Yuki."

Apakah sekarang Ibu akan mengenaliku lewat bekas luka ini? Aku tak kuasa merasa gugup dan meneteskan keringat dingin di dahiku. Namun sedetik kemudian, Ibu hanya berbisik dengan tak acuh, "Bekas luka ini bukan dari kejadian ini."

Tiba-tiba asistennya berseru kaget, "Kak Penny, ada kertas di lambung korban!"

Ibu memelotot dengan kaget dan mengambil kertas itu, lalu menghela napas pelan. "Kertas ini sudah terkorosi oleh asam lambung. Nanti kita lihat apakah tim forensik bisa menganalisanya."

Tiba-tiba ponsel Ibu berbunyi, memainkan lagu favorit Yuki. Ibu segera melepas sarung tangan dan bergegas ke lorong. Suaranya juga berubah menjadi sangat lembut, "Sayang, kenapa? Ibu lagi kerja."

"Besok ya?" Ibu terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Ayah dan Ibu pasti akan hadir untuk beri semangat padamu. Kakakmu belakangan ini lagi dinas, jadi nggak bisa pulang."

Suara Yuki terdengar ke telingaku, "Aku paling sayang sama Ibu! Tapi, aku masih tetap berharap Kak Eira bisa datang untuk nonton pertandinganku. Kalau ada dia yang beri semangat, aku pasti bisa menang!"

"Nggak masalah kalau Kak Eira nggak mau datang. Wajar saja kalau dia nggak suka sama aku. Mau gimana pun, aku memang sudah memonopoli Ayah dan Ibu selama ini."

Jelas sekali, Yuki selalu memusuhiku sejak hari pertama aku kembali ke rumah. Di belakang, dia sering kali menjebakku. Namun, di depan Ayah dan Ibu, dia ssuka berpura-pura menunjukkan betapa akrabnya kami sebagai saudara.

Berdasarkan pengalamanku, Ibu kemungkinan besar akan memarahiku lagi saat ini. Benar saja, suaranya tiba-tiba meninggi, "Kamu itu kesayangan kami, memangnya siapa Eira itu? Dia nyuri uang keluarga dan diam-diam menindasmu. Dia nggak pantas jadi anakku."

"Tenang saja. Mau kakinya patah sekalipun, Ibu akan tetap suruh dia naik kursi roda untuk melihatmu bertanding!"

Yuki tertawa kecil, lalu berkata dengan nada manja, "Hari ini Ayah meneleponku dan memintaku untuk hati-hati. Ibu, kalau ada waktu, jangan lupa ingatin Kak Eira juga."

"Kamu jaga diri yang baik. Yang penting Eira jangan sampai mati di depan mataku saja, aku nggak peduli dia mau pergi ke mana pun." Ibu selalu merasa tidak suka setiap kali namaku disebutkan.

Mungkin karena sebagai anak yang baru ditemukan kembali, aku tidak pernah menerima pendidikan yang baik dan tidak pantas dibanggakan di depan orang lain. Bahkan setelah aku ditemukan sekalipun, mereka tidak mau mengganti nama belakangku menjadi Eira Forest. Di hati Ayah dan Ibu, satu-satunya anak perempuan mereka hanyalah Yuki.

Saat mereka mengkhawatirkan tentang keselamatan Yuki, tidak ada seorang pun yang ingat bahwa aku adalah putri kandung mereka. Aku bertanya-tanya, bagaimana reaksi mereka jika mereka mengetahui penyebab kematianku? Sebab pada akhirnya, kematianku terjadi karena Yuki dan juga sebagian karena mereka.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
sedih sekali hidup mu eira
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 3

    Setelah menyuruh Yuki untuk beristirahat lebih awal dengan suara lembut, ibu mendapat telepon dari kakak laki-lakiku. Tanpa menunggu kakak berbicara, ibuku telah langsung buru-buru bertanya, "Josh, kapan dinasmu selesai? Adikmu nungguin kamu untuk nonton pertandingannya!"Ketika aku pertama kali dibawa pulang, ayah dan ibu sibuk menemani Yuki yang menangis di rumah. Hanya kakak yang menggandeng tanganku dan membawaku pulang sambil terus menenangkanku. Satu-satunya kehangatan yang aku rasakan di rumah ini hanya berasal dari kakak laki-lakiku.Kakakku terdiam sejenak di ujung telepon, lalu bertanya dengan keheranan, "Pertandingan olimpiade matematika Eira? Bukannya bulan depan baru ...."Ibu memotong ucapannya dengan marah, "Eira, Eira melulu! Yuki itu adik yang sudah bertahun-tahun bersamamu! Berapa kali harus kubilang, Eira itu dibesarkan di luar dan penuh dengan sifat buruk. Dia nggak pantas jadi bagian dari keluarga kita."Kakakku menghela napas, seolah-olah tidak mengerti kebencian

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 4

    Ibu menyerahkan kertas yang sudah terkorosi oleh asam lambung ke ahli forensik. Dia menepuk punggung bawahnya yang terasa pegal, lalu berkata kepada Ayah dengan nada pasrah, "Semoga kertas ini bisa memberikan petunjuk. Kamu sudah ingatin Yuki untuk kunci pintu rumah?"Ayah mengangguk dengan wajah serius, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Sayang, menurutmu, Eira nggak angkat telepon sama sekali dan nggak balas pesan dari Josh, apa mungkin dia benar-benar dalam bahaya? Apa aku perlu suruh seseorang untuk menyelidikinya?"Ibu memotong dengan kesal, "Lupakan saja, memangnya kamu nggak tahu kebiasaannya? Dia pasti lagi sembunyi dan nunggu kita untuk cari dia! Ini bukan pertama kalinya dia ngelakuin hal begini.""Dia cuma nggak mau datang untuk nonton pertandingan Yuki. Paling lambat besok, dia pasti akan telepon sambil menangis meminta maaf."Terakhir kali aku menghilang adalah saat libur musim panas. Waktu itu, Yuki mengunciku di toilet sekolah. Sekolah yang kosong di masa liburan membuat ti

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 5

    Ibu sepertinya sudah punya firasat. Dia mencengkeram lengan Ayah dengan erat hingga kuku-kukunya menancap di kulitnya."Korban adalah putrimu, Eira," ucap petugas itu.Ibu jatuh terduduk di lantai karena tidak percaya. Dia terus-menerus mengulang ucapan pria itu, "Eira? Mana mungkin?"Ayah segera memegang erat Ibu agar dia tidak terjatuh sepenuhnya. Salah satu polisi di tim itu berkata dengan suara pelan, "Pak Gibson, lokasi kejadian sudah ditemukan. Letaknya di sebuah bangunan pribadi dekat gedung mangkrak."Ayah langsung memutuskan, "Ayo ke TKP. Pasti ada kesalahan dari tim forensik."Di dalam mobil polisi, Ibu terus-menerus mencoba meneleponku. Ayah menyetir dengan berusaha terlihat tenang sambil berkata, "Jangan takut, mungkin saja Eira ada di kantor polisi dan bekerja sama dengan tim forensik untuk mengerjai kita."Namun di lubuk hatinya, Gibson sangat paham bahwa hal seperti ini tidak mungkin dibuat-buat. Entah seperti apa perasaannya saat ini. Dia hanya merasa seolah-olah tercek

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 6

    Ahli forensik pun tak bisa menahan air matanya dan berkata dengan suara serak, "Pak Gibson, Bu Penny, kalian sebaiknya kembali ke kantor polisi dulu. Kalau ada perkembangan, aku dan wakil tim akan menghubungi kalian."Namun, ibuku tampaknya tidak mendengarkan. Dengan sarung tangan yang masih terpasang, tangannya perlahan membelai bercak darah di lantai, "Entah seberapa sakitnya yang dirasakan Eira sayang ...."Beberapa polisi yang lebih emosional mulai terisak dengan perlahan. Orang tuaku duduk di mobil dengan wajah pucat dan pikiran yang kosong. Melihat ekspresi mereka yang hampa, hatiku terasa semakin tersayat-sayat.Dari saat aku ditemukan hingga menjelang kematianku, tidak pernah sekali pun aku mendengar orang tuaku memanggilku dengan "Eira sayang".Ketika Ryan dari pusat laboratorium memberikan laporan hasil tes DNA kepada ayahku, dia melirik ibuku yang tampak linglung sekilas dengan tatapan iba."Pak Gibson, turut berduka," katanya.Pupil ayahku menyempit seketika. Dia memeriksa

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 7

    Ketika kakakku mendengar berita tentang kematianku, dia segera meninggalkan tugas dinasnya yang belum selesai dan pulang. Saat tiba di rumah, dia melihat Ayah dan Ibu duduk di sofa dengan wajah pilu. Di samping mereka, Yuki menangis dengan mata yang membengkak dan hidung memerah."Kak Josh, akhirnya kamu pulang! Kak Eira dibunuh! Pembunuhnya belum tertangkap. Selama ini Kak Eira punya banyak musuh. Mungkin ini terjadi karena dia ...."Ayah tiba-tiba berteriak dengan suara parau, "Cukup! Pelaku sudah teridentifikasi dan polisi sedang dalam proses penangkapan! Kakakmu nggak pernah terlibat sama orang itu."Ketika berkata demikian, Ayah bertukar pandang dengan Ibu sekilas dengan kepedihan yang terukir dalam sorot mata mereka. Setelah mengetahui bahwa pelaku itu membunuhku karena ingin balas dendam kepada mereka yang pernah menangkap adiknya, Ayah dan Ibu tak sanggup menahan pukulan berat ini dan keduanya jatuh pingsan.Putri yang paling tidak mereka sukai, akhirnya tewas karena perbuatan

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 8

    Saat Yuki melihat orang tua dan kakakku duduk di kursi penonton, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman bangga. Aku tahu, Yuki pasti merasa dia akan menjadi orang yang paling disayangi setelah diriku tidak ada.Saat waktu istirahat, Yuki memeluk lengan Ayah dengan manja sambil berkata, "Ayah, Ibu, Kakak, aku senang sekali kalian bisa datang."Di podium penghargaan, Yuki tersenyum bangga sambil mengangkat medali kemenangannya. Di depan para wartawan, dia tersenyum manis dan berkata, "Aku bisa sampai di sini berkat dukungan dari keluargaku. Aku berharap bisa jadi kebanggaan Ayah dan Ibu, serta adik yang paling disayangi oleh Kakak selamanya!"Melihat kebanggaan di wajah Yuki membuatku merasa mual. Kebahagiaannya dibangun di atas penderitaanku. Kenapa Yuki yang mendorongku ke dalam jurang ini bisa menikmati pujian, sedangkan aku hanya mendapatkan siksaan?Dari bangku penonton, terdengar gumaman para penonton."Bukannya kakak perempuannya baru saja meninggal? Kasihan sekali, tapi dia tetap

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 1

    Tubuhku ditemukan di gedung mangkrak. Pekerja konstruksi yang menemukannya langsung muntah-muntah sembari menelepon polisi.Ayah dan Ibu bergegas dari pesta perayaan Yuki menuju lokasi kejadian. Ahli forensik mengernyitkan dahi dan memberi isyarat agar mereka mengenakan masker. Ayah adalah salah satu ahli investigasi terbaik yang dikontrak dari luar kepolisian, sedangkan Ibu adalah ahli forensik terbaik di Kota Rotingham.Mereka memang sudah sering menghadapi lokasi kejadian kriminal yang mengerikan. Namun, ketika melihat mayatku, mereka tetap tidak bisa menahan diri dan kehilangan fokus sesaat. Di tengah teriknya musim panas, tubuhku membengkak akibat proses dekomposisi. Wajahku hancur berlumuran darah hingga tidak bisa dikenali. Tubuhku penuh luka dan kepalaku nyaris terlepas dari leher.Bau busuk yang menyengat memenuhi udara, menandakan betapa cepatnya tingkat pembusukan. Ibu memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas panjang dan memakai sarung tangan untuk memulai pemeriksaan awa

Latest chapter

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 8

    Saat Yuki melihat orang tua dan kakakku duduk di kursi penonton, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman bangga. Aku tahu, Yuki pasti merasa dia akan menjadi orang yang paling disayangi setelah diriku tidak ada.Saat waktu istirahat, Yuki memeluk lengan Ayah dengan manja sambil berkata, "Ayah, Ibu, Kakak, aku senang sekali kalian bisa datang."Di podium penghargaan, Yuki tersenyum bangga sambil mengangkat medali kemenangannya. Di depan para wartawan, dia tersenyum manis dan berkata, "Aku bisa sampai di sini berkat dukungan dari keluargaku. Aku berharap bisa jadi kebanggaan Ayah dan Ibu, serta adik yang paling disayangi oleh Kakak selamanya!"Melihat kebanggaan di wajah Yuki membuatku merasa mual. Kebahagiaannya dibangun di atas penderitaanku. Kenapa Yuki yang mendorongku ke dalam jurang ini bisa menikmati pujian, sedangkan aku hanya mendapatkan siksaan?Dari bangku penonton, terdengar gumaman para penonton."Bukannya kakak perempuannya baru saja meninggal? Kasihan sekali, tapi dia tetap

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 7

    Ketika kakakku mendengar berita tentang kematianku, dia segera meninggalkan tugas dinasnya yang belum selesai dan pulang. Saat tiba di rumah, dia melihat Ayah dan Ibu duduk di sofa dengan wajah pilu. Di samping mereka, Yuki menangis dengan mata yang membengkak dan hidung memerah."Kak Josh, akhirnya kamu pulang! Kak Eira dibunuh! Pembunuhnya belum tertangkap. Selama ini Kak Eira punya banyak musuh. Mungkin ini terjadi karena dia ...."Ayah tiba-tiba berteriak dengan suara parau, "Cukup! Pelaku sudah teridentifikasi dan polisi sedang dalam proses penangkapan! Kakakmu nggak pernah terlibat sama orang itu."Ketika berkata demikian, Ayah bertukar pandang dengan Ibu sekilas dengan kepedihan yang terukir dalam sorot mata mereka. Setelah mengetahui bahwa pelaku itu membunuhku karena ingin balas dendam kepada mereka yang pernah menangkap adiknya, Ayah dan Ibu tak sanggup menahan pukulan berat ini dan keduanya jatuh pingsan.Putri yang paling tidak mereka sukai, akhirnya tewas karena perbuatan

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 6

    Ahli forensik pun tak bisa menahan air matanya dan berkata dengan suara serak, "Pak Gibson, Bu Penny, kalian sebaiknya kembali ke kantor polisi dulu. Kalau ada perkembangan, aku dan wakil tim akan menghubungi kalian."Namun, ibuku tampaknya tidak mendengarkan. Dengan sarung tangan yang masih terpasang, tangannya perlahan membelai bercak darah di lantai, "Entah seberapa sakitnya yang dirasakan Eira sayang ...."Beberapa polisi yang lebih emosional mulai terisak dengan perlahan. Orang tuaku duduk di mobil dengan wajah pucat dan pikiran yang kosong. Melihat ekspresi mereka yang hampa, hatiku terasa semakin tersayat-sayat.Dari saat aku ditemukan hingga menjelang kematianku, tidak pernah sekali pun aku mendengar orang tuaku memanggilku dengan "Eira sayang".Ketika Ryan dari pusat laboratorium memberikan laporan hasil tes DNA kepada ayahku, dia melirik ibuku yang tampak linglung sekilas dengan tatapan iba."Pak Gibson, turut berduka," katanya.Pupil ayahku menyempit seketika. Dia memeriksa

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 5

    Ibu sepertinya sudah punya firasat. Dia mencengkeram lengan Ayah dengan erat hingga kuku-kukunya menancap di kulitnya."Korban adalah putrimu, Eira," ucap petugas itu.Ibu jatuh terduduk di lantai karena tidak percaya. Dia terus-menerus mengulang ucapan pria itu, "Eira? Mana mungkin?"Ayah segera memegang erat Ibu agar dia tidak terjatuh sepenuhnya. Salah satu polisi di tim itu berkata dengan suara pelan, "Pak Gibson, lokasi kejadian sudah ditemukan. Letaknya di sebuah bangunan pribadi dekat gedung mangkrak."Ayah langsung memutuskan, "Ayo ke TKP. Pasti ada kesalahan dari tim forensik."Di dalam mobil polisi, Ibu terus-menerus mencoba meneleponku. Ayah menyetir dengan berusaha terlihat tenang sambil berkata, "Jangan takut, mungkin saja Eira ada di kantor polisi dan bekerja sama dengan tim forensik untuk mengerjai kita."Namun di lubuk hatinya, Gibson sangat paham bahwa hal seperti ini tidak mungkin dibuat-buat. Entah seperti apa perasaannya saat ini. Dia hanya merasa seolah-olah tercek

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 4

    Ibu menyerahkan kertas yang sudah terkorosi oleh asam lambung ke ahli forensik. Dia menepuk punggung bawahnya yang terasa pegal, lalu berkata kepada Ayah dengan nada pasrah, "Semoga kertas ini bisa memberikan petunjuk. Kamu sudah ingatin Yuki untuk kunci pintu rumah?"Ayah mengangguk dengan wajah serius, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Sayang, menurutmu, Eira nggak angkat telepon sama sekali dan nggak balas pesan dari Josh, apa mungkin dia benar-benar dalam bahaya? Apa aku perlu suruh seseorang untuk menyelidikinya?"Ibu memotong dengan kesal, "Lupakan saja, memangnya kamu nggak tahu kebiasaannya? Dia pasti lagi sembunyi dan nunggu kita untuk cari dia! Ini bukan pertama kalinya dia ngelakuin hal begini.""Dia cuma nggak mau datang untuk nonton pertandingan Yuki. Paling lambat besok, dia pasti akan telepon sambil menangis meminta maaf."Terakhir kali aku menghilang adalah saat libur musim panas. Waktu itu, Yuki mengunciku di toilet sekolah. Sekolah yang kosong di masa liburan membuat ti

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 3

    Setelah menyuruh Yuki untuk beristirahat lebih awal dengan suara lembut, ibu mendapat telepon dari kakak laki-lakiku. Tanpa menunggu kakak berbicara, ibuku telah langsung buru-buru bertanya, "Josh, kapan dinasmu selesai? Adikmu nungguin kamu untuk nonton pertandingannya!"Ketika aku pertama kali dibawa pulang, ayah dan ibu sibuk menemani Yuki yang menangis di rumah. Hanya kakak yang menggandeng tanganku dan membawaku pulang sambil terus menenangkanku. Satu-satunya kehangatan yang aku rasakan di rumah ini hanya berasal dari kakak laki-lakiku.Kakakku terdiam sejenak di ujung telepon, lalu bertanya dengan keheranan, "Pertandingan olimpiade matematika Eira? Bukannya bulan depan baru ...."Ibu memotong ucapannya dengan marah, "Eira, Eira melulu! Yuki itu adik yang sudah bertahun-tahun bersamamu! Berapa kali harus kubilang, Eira itu dibesarkan di luar dan penuh dengan sifat buruk. Dia nggak pantas jadi bagian dari keluarga kita."Kakakku menghela napas, seolah-olah tidak mengerti kebencian

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 2

    Setelah mendengar laporan autopsi dari ibuku dalam rapat kasus, para polisi yang hadir terlihat sangat serius. Karena kondisi tubuhku yang terlalu mengenaskan, identifikasi melalui wajah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Gedung mangkrak tempat mayatku ditemukan bukanlah tempat kejadian pertama dan hal ini membuat penyelidikan jadi semakin sulit.Ayah memerintahkan para polisi untuk menyelidiki sekitar lokasi pembuangan mayat dan mencari petunjuk apakah ada orang yang mencurigakan."Minta ahli forensik untuk melakukan autopsi sekali lagi, siapa tahu ada temuan baru. Lalu, segera kirim DNA yang diambil ke pusat laboratorium," kata ayahku kepada Ibu sebelum dia bergegas pergi bersama timnya.Perhatian mereka terhadap sebuah mayat lebih besar daripada perhatian mereka padaku. Ibu pernah membelai rambut Yuki dan mengatakan bahwa menjadi ahli forensik yang bisa mengungkap kebenaran untuk para korban adalah profesi yang mulia.Aku melihat Yuki mengangguk setuju. Namun ketika Ibu berbalik, Y

  • Jadi Korban Kelalaian Orang Tuaku   Bab 1

    Tubuhku ditemukan di gedung mangkrak. Pekerja konstruksi yang menemukannya langsung muntah-muntah sembari menelepon polisi.Ayah dan Ibu bergegas dari pesta perayaan Yuki menuju lokasi kejadian. Ahli forensik mengernyitkan dahi dan memberi isyarat agar mereka mengenakan masker. Ayah adalah salah satu ahli investigasi terbaik yang dikontrak dari luar kepolisian, sedangkan Ibu adalah ahli forensik terbaik di Kota Rotingham.Mereka memang sudah sering menghadapi lokasi kejadian kriminal yang mengerikan. Namun, ketika melihat mayatku, mereka tetap tidak bisa menahan diri dan kehilangan fokus sesaat. Di tengah teriknya musim panas, tubuhku membengkak akibat proses dekomposisi. Wajahku hancur berlumuran darah hingga tidak bisa dikenali. Tubuhku penuh luka dan kepalaku nyaris terlepas dari leher.Bau busuk yang menyengat memenuhi udara, menandakan betapa cepatnya tingkat pembusukan. Ibu memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas panjang dan memakai sarung tangan untuk memulai pemeriksaan awa

DMCA.com Protection Status