Share

Bab ~ 4

Penulis: Lia Dydzu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 17:02:33

Arsenio bernafas lega saat semua pekerjaannya selesai. Amar-ajudan pribadi dan sekretaris Arsenio dengan sigap membereskan berkas-berkas yang ada di meja bosnya itu.

“Apakah ada yang Anda butuhkan, Tuan?”

Arsenio menyandarkan tubuhnya pada kursi kekuasaannya itu dan menggelengkan kepalanya. “Kepalaku pusing.” Arsenio mulai memijit-mijit pelipisnya. Dia memejamkan sejenak matanya.

“Kenapa Anda bisa pusing? Sebaiknya Anda pulang saja, Tuan.”

Arsenio membuka matanya, dia lalu duduk tegak seperti semula. “Niatnya begitu. Tapi, aku malas bertemu dengan Mamaku.”

Amar terperangah. Tidak biasanya Tuannya itu bicara seperti itu tentang Mamanya.

‘Hem, apakah Tuan sedang bermasalah dengan Nyonya besar?’ Amar menduga-duga.

“Kalau boleh tahu, apakah Tuan sedang ada masalah dengan Nyonya?”

Arsenio mengangguk kecil pada Amar. “Sebenarnya ada. Aku juga tidak tahu apa penyebabnya Mama meminta itu dariku. Ah, apa jangan-jangan Mama sedang kesurupan, ya?” Arsenio menduga-duga. Matanya sibuk menatap langit-langit ruangannya, mencoba menerawang.

Amar terbelalak.“Maksud Tuan kesurupan apa? Kesurupan Nyai Ronggeng atau apa, Tuan?” Amar bertanya dengan polosnya.

Baru Arsenio sadar, kalau dia dan Amar ternyata sama-sama bodoh. Ah, ini semua karena Mamanya. Mereka tiba-tiba menjelma jadi orang aneh bin sok polos pula.

Arsenio membenarkan posisi duduknya lagi dan berdehem dengan maskulin. “Amar, sebenarnya Mamaku ingin aku menikah lagi!”

“Apa? Nyonya besar menyuruh Tuan untuk menikah lagi? Tapi kenapa? Bukankah Tuan sudah menikah dengan Nyonya Zakia?” tanya Amar tanpa jeda nafas.

Arsenio sampai terkejut sendiri dengan pertanyaan syok dari orang kepercayaannya ini. Tuh, kan! Amar saja terkejut. Apalagi dia yang secara terang-terangan diminta Mamanya melakukan itu.

“Itulah, aku bingung. Alasan Mama melakukan ini, karena sudah punya janji pada Ibu gadis itu. Mama bilang, kalau bukan karena Ibu dari gadis itu, Mama mungkin sudah tidak ada di dunia ini.”

Amar mengangguk-angguk. “Berarti jasa Ibu gadis itu besar sekali untuk Nyonya, Tuan. Maafkan saya, tapi kalau menurut saya, Tuan terima saja perjodohan itu, Tuan.”

Arsenio memasang wajah kesal. “Kenapa aku jadi kesal mendengar kata-katamu itu?”

“Maafkan saya, Tuan. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh gadis itu, Tuan. Bagaimana sulitnya hidup tanpa Ibu. Apalagi hidup Ibunya ditukar dengan kehidupan Nyonya besar.”

Arsenio semakin kesal. “Kenapa kau jadi sok tahu begitu, hah?”

“Maafkan saya, Tuan. Karena saya sudah merasakannya sendiri, hidup tanpa seorang Ibu di samping saya.”

Arsenio terperangah. Ah sial! Dia jadi tidak enak pada Amar.

“Maafkan aku, Amar. Aku lupa dengan keadaanmu yang itu”

Amar tersenyum kecil “Tidak masalah, Tuan."

Arsenio jadi bingung hendak bicara apa lagi pada Amar yang sedari tadi mondar-mandir di ruangannya. Arsenio hanya bisa menghela nafas saja, mungkin hanya untuk saat ini.

.........*****...........

“Arsen, akhirnya kamu pulang!”

Sedari kantor tadi wajah Arsenio sudah tertekuk, ditambah lagi sambutan dari Mamanya, membuat wajah itu sudah tak berbentuk lagi ekspresinya.

Ingin rasanya Arsenio kabur. Refleks kakinya memutar arah hendak menuju belakang rumah. Tapi belum apa-apa lagi Mamanya sudah menarik kerah bajunya.

“Kamu mau ke mana? Ingin kabur, ya? Jangan coba-coba!"

Arsenio cengengesan. “Memang Arsen mau kabur ke mana, Ma? Ini kan rumah Arsen!”

Mama Lena memperhatikan Arsenio dengan tatapan curiga. Sedang Arsenio hanya nyengir kuda. Kuda saja juga curiga kenapa ada manusia bisa nyengir mirip dia.

“Ayo masuk!”

Arsenio hanya bisa pasrah saat Mamanya menggandeng lengannya dan berjalan menuju sofa di ruang tamu mereka.

‘Aduh! Kalau sudah duduk begini, Mama pasti akan membahas hal itu. Bagaimana caranya aku kabur ini?’

“Arsen, nanti malam Mama mau mengajak kamu untuk menemui gadis itu.”

“Apa? Oh, tidak bisa, Ma! Arsen ada janji dengan Zakia untuk dinner nanti malam.”

“Ya sudah, sekalian saja bawa dia menemui gadis itu,” ucap Mama Lena dengan santainya.

‘Astaga! Kenapa Mama gampang sekali sih kalau bicara!’

“Mama ini! Apa Mama tidak memikirkan perasaan Zakia!”

’Iihh ku remas juga lama-lama mulut anak ini! Kenapa dia hanya memikirkan istrinya? Kenapa tidak memikirkan perasaanku?'

“Kamu juga tidak mau memikirkan perasaan Mama!” Mama Lena bersedekap dada dan memasang wajah cemberut.

“Arrghh..” Arsenio menyugar rambutnya dengan frustasi. “Ma, tolong pengertiannya. Arsen tidak mungkin menerima perjodohan ini. Arsen sudah punya istri yang sangat Arsen cintai. Jodohkan saja gadis itu dengan pria lain, Ma.”

Arsenio menunggu tanggapan Mamanya. Arsenio semakin gusar kala Mamanya semakin memanjangkan bibirnya beberapa centi.

Arsenio bangkit dari duduknya. “Sudahlah, Ma. Arsen lelah sekali saat ini. Arsen mau ke kamar dulu.”

Satu langkah, dua langkah Arsen mulai meninggalkan ruang tamu, tak ada suara jeritan dari Mamanya. Duh, sungguh sangat tidak enak rasanya berdebat begini dengan Mamanya.

Setelah di rasa Mamanya tidak akan memanggilnya, Arsenio mempercepat langkahnya. Tapi tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang dan berteriak panik.

............*****............

“Ma, sadar, Ma.” Arsenio sibuk mengusap-usap tangan Mama Lena yang pingsan. Keringat dingin mulai mengucur di keningnya. Entah kenapa kata-kata Amar tadi di kantor tiba-tiba saja datang mengusik jiwanya.

‘Bagaimanapun juga, aku takut kehilangan Mama. Aku takut hidup tanpa Mama.’

Tak terasa matanya memerah seperti menahan air mata. Dia sibuk memperhatikan Dokter yang memang sudah lama bekerja pada keluarganya, tengah memeriksa Mama Lena.

Saat Dokter wanita paruh baya itu membuka sedikit baju Mama Lena, di situ Arsenio tercengang. Terlihat sebuah luka sayatan di sepanjang dada kiri sang Mama yang masih pingsan.

“Maaf, Dokter. Luka sayatan apa yang ada di dada Mama saya?”

Dokter itu menatap Arsenio. “Selama ini kamu tidak tahu, Nak?”

Arsenio menggeleng lemah. Memang harus dia tahu itu? Kan tidak mungkin Mamanya membuka baju di depan dia.

“Mama kamu pernah menerima transplantasi jantung dari temannya.”

“Hah? Apa?”

‘Jadi pantas selama ini Mama selalu memaksaku untuk menerima perjodohan itu, rupanya karena pengorbanan Ibu gadis itu begitu sangat besar untuk Mama.’

“Kamu tahu, Arsen. Demi menyelamatkan Mamamu, teman Mamamu yang bernama Sawiyah itu bahkan rela meninggalkan putrinya yang masih kecil.”

Arsenio hanya diam. Dia tidak dapat berkata-kata walau hanya untuk sekedar menanggapi ucapan Dokter itu. Melihat Arsenio terpaku seperti itu, Dokter itu tersenyum kecil.

“Mungkin setelah mengetahui hal ini, kamu tidak akan lagi menolak perintah Mamamu.”

Lagi-lagi Arsenio tidak berkutik. Kata-kata Amar terngiang lagi di kepalanya.

‘Ah, sial!’

Setelah Mamanya siuman dari pingsannya, Arsenio dapat bernafas dengan lega. Dia mencoba tersenyum pada Mamanya. Tapi Mamanya malah melotot padanya. Dan lagi-lagi bibir Mamanya maju sepanjang beberapa centi. Arsenio sedikit geli dengan tingkah Mamanya.

Arsenio mengambil tangan Mamanya, lalu mengecup pelan punggung tangan yang sudah mulai keriput walau sudah bolak-balik perawatan di salon itu.

“Maafkan Arsen, Ma. Mama jangan sakit lagi, ya?”

Mama Lena memiringkan badannya dan memunggungi anaknya itu. “Pergilah, Arsen! Mama marah sama kamu.”

“Apakah Mama akan tetap marah sama Arsen kalau Arsen menerima perjodohan itu?”

Mata Mama Lena terbelalak. Pelan-pelan dia memiringkan badannya menghadap Arsenio yang mengedip-ngedipkan matanya dengan genit padanya.

Tapi Mama Lena tidak mau langsung percaya begitu saja. Dia masih tetap saja memajukan bibirnya. “Kamu pasti bohong!”

Arsenio mengambil tangan Mama Lena dan menggenggamnya. “Arsen hanya mau Mama senang dan bahagia. Arsen tidak mau Mama sakit lagi seperti tadi.”

‘Wah, sepertinya dia sungguh-sungguh. Awas saja kalau bohong, akan ku jitak kepalanya!’ hati Mama Lena mulai berbunga-bunga.

“Tapi bagaimana dengan istri kamu?” 'Eh, kenapa tiba-tiba aku peduli pula pada menantu laknat seperti dia itu?'

Mimik wajah Arsenio kembali berubah. “Hem, aku akan bicara pelan-pelan nanti padanya, Ma.”

Senyum Mama Lena mengembang dengan sempurna ‘Yes! Berhasil-berhasil, hore! We did it! Hahaha’

Arsenio menatap aneh Mamanya yang senyum-senyum sendiri ‘Ada apa dengan Mama? Kesurupan lagi kah?’

......................******...................

Bab terkait

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 5

    “Tapi malam ini Mama harus istirahat dulu. Arsen tidak mengizinkan Mama untuk ke mana-mana malam ini.”Mama Lena mendengus sebal. “Hissh, tuh,kan! Kamu pintar sekali membohongi Mama!”Arsenio menghela nafas. “Bukan begitu, Mama. Mama kan baru saja pingsan. Lebih baik malam ini pulihkan dulu tenaga Mama, ya? lagi pula, Arsen harus bicara dulu dengan Zakia.”Semula Mama Lena kecewa, tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ucapan anaknya.“Baiklah. Mama akan istirahat malam ini.”Arsenio tersenyum. “Baiklah, Ma. Arsen pergi dulu ke kamar, ya?”Mama Lena hanya mengangguk. Arsenio segera bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kamar Mamanya dan menuju kamarnya. Setelah Arsenio pergi, Mama Lena langsung mengirim pesan pada Danika.Setelah membersihkan tubuhnya yang lengket, Arsenio meneguk kopi hitam yang sudah disediakan oleh pelayan di rumahnya. Sambil mengecek ponselnya, dia menggerutu.“Sudah jam segini, kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 6

    Danika tengah bersiap-siap. Dia berdiri di depan cermin dan tersenyum. Dia memuji dirinya cantik, karena semenjak dia dewasa, tidak ada orang yang pernah memujinya.“Hah, aku jadi rindu lagi sama orang tuaku. Karena hanya mereka yang pernah memuji diriku yang cantik dan aduhai ini.”Tiba-tiba ada rasa canggung untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya itu. Lagi-lagi dia tepis perasaan itu.“Ini aku lakukan semata-mata untuk Ibu dan Ayah. I love .. eh apa bahasa inggrisnya aku cinta kalian ya? Ah bodoh! Tapi aku berharap, semoga kita kelak berkumpul lagi di sana. Tunggu Nika!”Cairan bening meluncur dari mata indahnya begitu saja. Kadang dia merutuk dirinya sendiri yang terkadang cengeng.Kalau biasanya Danika selalu pergi dengan Reni, kali ini dia harus berani sendiri. Lagi pula Reni belum tahu kalau dia akan dijodohkan dadakan begini. Danika akhirnya sampai di restoran yang disampaikan oleh Bu Lena tadi di pesan ponselnya.Danika memandang takjub restoran itu. Orang-or

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 7

    Dari mereka di mobil, hingga masuk ke dalam rumah. Mamanya terus saja bungkam. Itu membuat Arsenio semakin sakit kepala.“Mama kenapa lagi, sih? Kan Arsen sudah bertemu dengan gadis itu sesuai keinginan Mama!” ucap Arsenio dengan gusar.“Namanya Danika, bukan gadis itu!” jawab Mama Lena ketus.Arsenio menghela nafas frustasi. “Iya-iya! Sekarang Mama masuk kamar dan tidur, ya?”Mama Lena tak menjawab. Dia pergi begitu saja meninggalkan Arsenio. Arsenio pun pergi ke kamarnya. Di dalam hati dia tidak tahu apa yang akan istrinya tanyakan nanti. Dan benar saja, saat pintu kamar terbuka, Zakia sudah duduk di ranjang dengan bersedekap dada. Wajahnya juga sudah seperti singa yang ingin menelan Arsenio hidup-hidup.“Sayang..,” suara Arsenio seperti tercekat.“Dari mana saja kamu? Kenapa jam segini kamu baru pulang? Memang ada pertemuan apa malam-malam pakai setelan jas?”Arsenio berjalan mendekat pada Zakia dan ingin membelai pipinya. “Aku tadi.. Ah bagaimana ini? Aku bohong apa jujur saja, ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 8

    Danika senyum-senyum sendiri. Ada perasaan rindu yang membuncah tatkala melihat wajah manis dan tampan itu lagi. Danika tak bisa menghilangkan rasa cinta dihatinya pada lelaki itu. Walau sampai sekarang, perasaan itu masih tersimpan di hatinya.Tetapi ketika melihatnya sudah sesukses sekarang, Danika jadi minder dan sedikit sedih dengan perbedaan yang ada pada mereka. Sepertinya sampai kapanpun, perasaan ini akan tetap tinggal di hatinya. Tak akan pernah terungkapkan dengan cara apapun. Mereka akan tetap berteman sampai kapanpun.‘Ya, dia adalah cinta pertamaku.’“Wah, kenapa dia jadi makin ganteng gitu? Aduh, kayaknya ada yang kesemsem, nih! Haha.” Reni mengedip-ngedipkan matanya pada Danika.“Apaan sih, Ren! Kan lo tahu dari dulu kita hanya berteman dengan dia. Gue juga biasa saja kali sama dia!”“Biasa, apa biasa? Hahaha.” Reni kembali menggoda sahabatnya itu. Dan yang digoda hanya memonyongkan bibirnya saja.“Apaan sih lo! Lihat deh, dia sekarang! Banyak berubah, ya? Mudah-mudahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 9

    "Jadi selama ini lo kuliah di luar negeri? Dan setelah tamat lo gantiin bokap lo memimpin perusahaan?" tanya Reni dengan begitu penasaran.Azka mengangguk sambil menyeruput sedikit kopi hitam panas miliknya. Ya iyalah miliknya. Masa milik orang lain?"Iya, Ren! Makanya gue tidak ada waktu lagi sekarang. Tapi Alhamdulillah kita kembali di pertemukan di sini, ya?""Alhamdulillah-" Danika menyahut "Kalau kita sudah kumpul begini, gue rindu dengan misi kita dulu."Danika mengangkat cangkir yang juga berisi kopi hitam panas dan menyeruputnya sedikit. Memang sekumpulan kawan ini sama-sama pecinta kopi. Tanpa Danika ketahui, sepasang manik sedang menatapnya dalam kesempatan. Ada seutas senyum muncul di bibir orang yang sedang menatap Danika itu."Gimana kalau kita mulai menjalankan lagi misi kita? Mana tahu dosa gue diampuni dengan melakukan hal yang baik seperti misi kita itu." Adul mulai tersenyum berangan-angan melakukan kebaikan seperti dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 10

    "Danika semakin cantik saja. Senyum tulus dan cerianya tidak pernah berubah dari dulu. Apakah dia tahu kalau sebenarnya aku sudah lama menyimpan rasa padanya? Ah! Kenapa aku jadi uring-uringan begini?"Azka mengambil ponselnya. Ingin sekali dia menanyakan berapa nomor ponsel Danika pada Adul. Kemarin saking terburu-burunya, dia hanya meminta nomor ponsel Adul saja."Apa iya aku minta nomor Danika sekarang? Tapi nanti apa yang akan dipikirkan Adul padaku? Hem-" Azka menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang sudah lama bergejolak dihatinya ini.Dulu, mereka berempat punya kesepakatan kalau diantara mereka tidak ada yang boleh saling menyukai dan mencintai. Tapi itu dulu, ketika mereka masih remaja. Sekarang Azka sudah dewasa dan menjelma menjadi pria yang sukses. Mungkin tidak akan salah kalau dia menyatakan perasaan ini langsung pada Danika."Atau aku lamar saja Dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 11

    Danika menatap langit-langit kamarnya yang tak seberapa ini. Ponselnya masih dengan setia menayangkan kisah horor Tante, tapi dia enggan untuk menontonnya kali ini. Danika masih terbayang-bayang dengan wajah Arsenio yang tampan itu."Haaah-" Selalu dia menghela nafas. Perasaannya jadi tidak enak semenjak dia curi-curi pandang tadi. "Bodoh! Kenapa aku harus menatap orang aneh seperti Arseniot itu. Lagi pula kenapa dia harus tampan, sih, Ya Allah? Kan mata suci dan polos ini jadi ternoda untuk melihat dia?"Danika mendadak jadi orang bodoh. Dia yang dengan sadar memandangi Arsenio tadi, malah sibuk menyalahkan pria yang memang sudah tampan dari masih jadi zigot di rahim Mama Lena itu."Ya Allah, kalau bisa, jatuh cintakanlah hamba dengan Tuan Arsenio ketika kami sudah menikah nanti. Amiin."Dari pada termenung tidak jelas, Danika memilih menonton kembali acara kesukaannya sambil menikmati kopi susu yang baru saja dia buat............*****.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 12

    "Wah! Cara bicara lo memang mengagumkan, Ka!" puji Adul yang sukses membuat Danika tersipu. Sedang Reni tertawa, dan Azka menatap Danika dengan terkagum-kagum."Iya benar! Buktinya CEO disebelah gue langsung setuju bekerja sama dengan Tuan Arsenio karena cara bicara lo, Ka!" Reni melirik-lirik pada Azka yang duduk disebelahnya dengan tersenyum malu-malu itu."Haha, bisa saja lo, Ren!" Danika lebih merasa malu-malu lagi. Padahal tidak pernah dia begitu, tuh!"Kalau gitu, gue traktir!" ujar Azka yang disambut hore oleh sahabatnya,Acara minum kopi di cafe itu bikin sekelompok sahabat itu terlihat santai dan senang. Berbeda dengan Mama Lena yang sedari tadi sudah duduk dengan tegang. Kopi yang dia pesan dengan harga termahal di cafe ini tak lagi membuat Mama Lena berselera. Dia jadi semakin kebelet untuk segera menikahkan Arsenio dengan Danika."Minggu depan gimana kalau kita jalankan misi? Kan, minggu depan gajian!""Boleh juga itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07

Bab terbaru

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 12

    "Wah! Cara bicara lo memang mengagumkan, Ka!" puji Adul yang sukses membuat Danika tersipu. Sedang Reni tertawa, dan Azka menatap Danika dengan terkagum-kagum."Iya benar! Buktinya CEO disebelah gue langsung setuju bekerja sama dengan Tuan Arsenio karena cara bicara lo, Ka!" Reni melirik-lirik pada Azka yang duduk disebelahnya dengan tersenyum malu-malu itu."Haha, bisa saja lo, Ren!" Danika lebih merasa malu-malu lagi. Padahal tidak pernah dia begitu, tuh!"Kalau gitu, gue traktir!" ujar Azka yang disambut hore oleh sahabatnya,Acara minum kopi di cafe itu bikin sekelompok sahabat itu terlihat santai dan senang. Berbeda dengan Mama Lena yang sedari tadi sudah duduk dengan tegang. Kopi yang dia pesan dengan harga termahal di cafe ini tak lagi membuat Mama Lena berselera. Dia jadi semakin kebelet untuk segera menikahkan Arsenio dengan Danika."Minggu depan gimana kalau kita jalankan misi? Kan, minggu depan gajian!""Boleh juga itu

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 11

    Danika menatap langit-langit kamarnya yang tak seberapa ini. Ponselnya masih dengan setia menayangkan kisah horor Tante, tapi dia enggan untuk menontonnya kali ini. Danika masih terbayang-bayang dengan wajah Arsenio yang tampan itu."Haaah-" Selalu dia menghela nafas. Perasaannya jadi tidak enak semenjak dia curi-curi pandang tadi. "Bodoh! Kenapa aku harus menatap orang aneh seperti Arseniot itu. Lagi pula kenapa dia harus tampan, sih, Ya Allah? Kan mata suci dan polos ini jadi ternoda untuk melihat dia?"Danika mendadak jadi orang bodoh. Dia yang dengan sadar memandangi Arsenio tadi, malah sibuk menyalahkan pria yang memang sudah tampan dari masih jadi zigot di rahim Mama Lena itu."Ya Allah, kalau bisa, jatuh cintakanlah hamba dengan Tuan Arsenio ketika kami sudah menikah nanti. Amiin."Dari pada termenung tidak jelas, Danika memilih menonton kembali acara kesukaannya sambil menikmati kopi susu yang baru saja dia buat............*****.

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 10

    "Danika semakin cantik saja. Senyum tulus dan cerianya tidak pernah berubah dari dulu. Apakah dia tahu kalau sebenarnya aku sudah lama menyimpan rasa padanya? Ah! Kenapa aku jadi uring-uringan begini?"Azka mengambil ponselnya. Ingin sekali dia menanyakan berapa nomor ponsel Danika pada Adul. Kemarin saking terburu-burunya, dia hanya meminta nomor ponsel Adul saja."Apa iya aku minta nomor Danika sekarang? Tapi nanti apa yang akan dipikirkan Adul padaku? Hem-" Azka menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir bagaimana caranya menyampaikan sesuatu yang sudah lama bergejolak dihatinya ini.Dulu, mereka berempat punya kesepakatan kalau diantara mereka tidak ada yang boleh saling menyukai dan mencintai. Tapi itu dulu, ketika mereka masih remaja. Sekarang Azka sudah dewasa dan menjelma menjadi pria yang sukses. Mungkin tidak akan salah kalau dia menyatakan perasaan ini langsung pada Danika."Atau aku lamar saja Dan

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 9

    "Jadi selama ini lo kuliah di luar negeri? Dan setelah tamat lo gantiin bokap lo memimpin perusahaan?" tanya Reni dengan begitu penasaran.Azka mengangguk sambil menyeruput sedikit kopi hitam panas miliknya. Ya iyalah miliknya. Masa milik orang lain?"Iya, Ren! Makanya gue tidak ada waktu lagi sekarang. Tapi Alhamdulillah kita kembali di pertemukan di sini, ya?""Alhamdulillah-" Danika menyahut "Kalau kita sudah kumpul begini, gue rindu dengan misi kita dulu."Danika mengangkat cangkir yang juga berisi kopi hitam panas dan menyeruputnya sedikit. Memang sekumpulan kawan ini sama-sama pecinta kopi. Tanpa Danika ketahui, sepasang manik sedang menatapnya dalam kesempatan. Ada seutas senyum muncul di bibir orang yang sedang menatap Danika itu."Gimana kalau kita mulai menjalankan lagi misi kita? Mana tahu dosa gue diampuni dengan melakukan hal yang baik seperti misi kita itu." Adul mulai tersenyum berangan-angan melakukan kebaikan seperti dulu

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 8

    Danika senyum-senyum sendiri. Ada perasaan rindu yang membuncah tatkala melihat wajah manis dan tampan itu lagi. Danika tak bisa menghilangkan rasa cinta dihatinya pada lelaki itu. Walau sampai sekarang, perasaan itu masih tersimpan di hatinya.Tetapi ketika melihatnya sudah sesukses sekarang, Danika jadi minder dan sedikit sedih dengan perbedaan yang ada pada mereka. Sepertinya sampai kapanpun, perasaan ini akan tetap tinggal di hatinya. Tak akan pernah terungkapkan dengan cara apapun. Mereka akan tetap berteman sampai kapanpun.‘Ya, dia adalah cinta pertamaku.’“Wah, kenapa dia jadi makin ganteng gitu? Aduh, kayaknya ada yang kesemsem, nih! Haha.” Reni mengedip-ngedipkan matanya pada Danika.“Apaan sih, Ren! Kan lo tahu dari dulu kita hanya berteman dengan dia. Gue juga biasa saja kali sama dia!”“Biasa, apa biasa? Hahaha.” Reni kembali menggoda sahabatnya itu. Dan yang digoda hanya memonyongkan bibirnya saja.“Apaan sih lo! Lihat deh, dia sekarang! Banyak berubah, ya? Mudah-mudahan

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 7

    Dari mereka di mobil, hingga masuk ke dalam rumah. Mamanya terus saja bungkam. Itu membuat Arsenio semakin sakit kepala.“Mama kenapa lagi, sih? Kan Arsen sudah bertemu dengan gadis itu sesuai keinginan Mama!” ucap Arsenio dengan gusar.“Namanya Danika, bukan gadis itu!” jawab Mama Lena ketus.Arsenio menghela nafas frustasi. “Iya-iya! Sekarang Mama masuk kamar dan tidur, ya?”Mama Lena tak menjawab. Dia pergi begitu saja meninggalkan Arsenio. Arsenio pun pergi ke kamarnya. Di dalam hati dia tidak tahu apa yang akan istrinya tanyakan nanti. Dan benar saja, saat pintu kamar terbuka, Zakia sudah duduk di ranjang dengan bersedekap dada. Wajahnya juga sudah seperti singa yang ingin menelan Arsenio hidup-hidup.“Sayang..,” suara Arsenio seperti tercekat.“Dari mana saja kamu? Kenapa jam segini kamu baru pulang? Memang ada pertemuan apa malam-malam pakai setelan jas?”Arsenio berjalan mendekat pada Zakia dan ingin membelai pipinya. “Aku tadi.. Ah bagaimana ini? Aku bohong apa jujur saja, ya

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 6

    Danika tengah bersiap-siap. Dia berdiri di depan cermin dan tersenyum. Dia memuji dirinya cantik, karena semenjak dia dewasa, tidak ada orang yang pernah memujinya.“Hah, aku jadi rindu lagi sama orang tuaku. Karena hanya mereka yang pernah memuji diriku yang cantik dan aduhai ini.”Tiba-tiba ada rasa canggung untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya itu. Lagi-lagi dia tepis perasaan itu.“Ini aku lakukan semata-mata untuk Ibu dan Ayah. I love .. eh apa bahasa inggrisnya aku cinta kalian ya? Ah bodoh! Tapi aku berharap, semoga kita kelak berkumpul lagi di sana. Tunggu Nika!”Cairan bening meluncur dari mata indahnya begitu saja. Kadang dia merutuk dirinya sendiri yang terkadang cengeng.Kalau biasanya Danika selalu pergi dengan Reni, kali ini dia harus berani sendiri. Lagi pula Reni belum tahu kalau dia akan dijodohkan dadakan begini. Danika akhirnya sampai di restoran yang disampaikan oleh Bu Lena tadi di pesan ponselnya.Danika memandang takjub restoran itu. Orang-or

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 5

    “Tapi malam ini Mama harus istirahat dulu. Arsen tidak mengizinkan Mama untuk ke mana-mana malam ini.”Mama Lena mendengus sebal. “Hissh, tuh,kan! Kamu pintar sekali membohongi Mama!”Arsenio menghela nafas. “Bukan begitu, Mama. Mama kan baru saja pingsan. Lebih baik malam ini pulihkan dulu tenaga Mama, ya? lagi pula, Arsen harus bicara dulu dengan Zakia.”Semula Mama Lena kecewa, tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ucapan anaknya.“Baiklah. Mama akan istirahat malam ini.”Arsenio tersenyum. “Baiklah, Ma. Arsen pergi dulu ke kamar, ya?”Mama Lena hanya mengangguk. Arsenio segera bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kamar Mamanya dan menuju kamarnya. Setelah Arsenio pergi, Mama Lena langsung mengirim pesan pada Danika.Setelah membersihkan tubuhnya yang lengket, Arsenio meneguk kopi hitam yang sudah disediakan oleh pelayan di rumahnya. Sambil mengecek ponselnya, dia menggerutu.“Sudah jam segini, kenapa

  • Jadi Istri Kedua Bosku Sendiri?   Bab ~ 4

    Arsenio bernafas lega saat semua pekerjaannya selesai. Amar-ajudan pribadi dan sekretaris Arsenio dengan sigap membereskan berkas-berkas yang ada di meja bosnya itu.“Apakah ada yang Anda butuhkan, Tuan?”Arsenio menyandarkan tubuhnya pada kursi kekuasaannya itu dan menggelengkan kepalanya. “Kepalaku pusing.” Arsenio mulai memijit-mijit pelipisnya. Dia memejamkan sejenak matanya.“Kenapa Anda bisa pusing? Sebaiknya Anda pulang saja, Tuan.”Arsenio membuka matanya, dia lalu duduk tegak seperti semula. “Niatnya begitu. Tapi, aku malas bertemu dengan Mamaku.”Amar terperangah. Tidak biasanya Tuannya itu bicara seperti itu tentang Mamanya.‘Hem, apakah Tuan sedang bermasalah dengan Nyonya besar?’ Amar menduga-duga.“Kalau boleh tahu, apakah Tuan sedang ada masalah dengan Nyonya?”Arsenio mengangguk kecil pada Amar. “Sebenarnya ada. Aku juga tidak tahu apa penyebabnya Mama meminta itu dariku. Ah, apa jangan-jangan Ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status