Share

Jaket

Author: Dian Alfina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Anna bangun pagi-pagi sekali, tidurnya sangat tidak nyenyak. Ia merenggangkan badannya sebentar lalu Anna beranjak turun. Di lihatnya Jeremy yang masih memejamkan mata, jambang yang tumbuh tipis-tipis di sekitar rahangnya membuat Jeremy terlihat seperti laki-laki perkasa. Apalagi hidung yang mancung, juga proporsi bibirnya yang pas dengan sistematik wajahnya. Tanpa sadar Anna menarik kedua ujung sudut bibirnya melengkung ke atas. Dan baru ia sadari ternyata Jeremy setampan itu.

"Apa yang kau lakukan di sana?" Tiba-tiba Jeremy membuka matanya dan melihat sosok yang sedang berdiri sambil menatapnya dengan senyum mengembang.

Sontak membuat Anna berjingkat kaget, "Kau yang apa-apa Jer! Kau membuat jantungku hampir copot!" Anna mengelus dadanya kaget karena suara bass milik Jeremy.

Anna berlalu pergi ke kamar mandi begitu saja dan saat ia ingat bahwa di kamar mandi itu tidak ada pintu, Anna menghentikan langkahnya kemudian berbalik. "Jer.." pangilnya pelan.

"Hmm." sahutnya tanpa mi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Ramalan

    "Cepatlah! Sebelum aku berubah pikiran!" Baru saja Anna tersanjung dengan kebaikan Jeremy dan sekarang ia sudah kembali menjadi Jeremy dengan tingkah menyebalkan. "Ya aku mau!" jawab Anna dengan sedikit ketus. Malam ini ia tidak ada tenaga untuk mendebat Jeremy, lebih baik dia menjawab seperlunya saja. Mereka berdua berjalan beriringan, jangan berharap mereka berjalan dengan bergandengan tangan satu sama lain, tidak. Mustahil! Mereka hanya berjalan beriringan dengan jarak yang cukup jauh. Bahkan sama sekali tidak terlihat sebagai pasangan suami istri. Sepertinya tempat romantis ini tidak cocok dengan Anna dan juga Jeremy. Setidaknya malam ini Anna bisa memanjakan matanya, ia melihat banyaknya penjual makanan di sepanjang jalan. Pandangan Anna tertuju pada sebuah tempat yang sangat ramai di kunjungi banyak orang, kebanyakan yang datang membawa pasangannya. Anna jadi semakin penasaran, "Tempat apa itu Jer ramai sekali pengunjung yang datang?" tanyanya kepada Jeremy. "Itu tempa

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Korban

    Tidak ada jawaban. Anna menghela nafas pasrah. "Ayolah Jer aku sudah meminta maaf kepadamu. Apa kau tak mau memaafkanku?" Anna memasang wajah melasnya, berharap Jeremy mau berbicara kepadanya. "Ya aku sudah melupakannya." Senyum Anna tercetak di wajahnya, lega mendengar jawaban Jeremy. Tetapi setelah itu mereka kembali diam. Mereka membuka suara bila hanya beradu pendapat saja, maka dari itu mendengar pernyataan peramal yang menyebutkan mereka pasangan cinta sejati terdengar sangat lucu. Anna mengedarkan pandangannya ke segala arah bibir pantai. Tepat saat ia menoleh ke kanan ia melihat seorang wanita dilamar oleh kekasihnya, sangat romantis. Apalagi sang kekasih bertekuk lutut sambil menyodorkan sebuah kotak beludru berisi sebuah cincin. Sorak dan tepuk tangan dari teman-teman mereka menambah meriah acara wedding proposal pasangan kekasih tersebut. Ditambah sebuah tulisan 'will you marry me' yang sengaja dibuat di pasir tepi pantai membuat Anna iri. Anna yakin bukan hanya dir

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Untuk Gerald

    Jeremy melepaskan pelukannya lalu kembali menatap manik mata Anna. "Apa katakanlah?" "Cobalah untuk merubah sikapmu kepada Gerald." pinta Anna. Jeremy tidak langsung menjawab, tampaknya ia masih bimbang. Ia takut malah semakin mengecewakan bocah tersebut. Anna mengenggam sebelah tangan Jeremy memberikan sisa energi untuknya. "Aku akan membantumu sebisaku." kata Anna. Kali ini tanpa ragu Jeremy mengangguk. Sekarang tidak ada kata gengsi lagi di antara keduanya. Jeremy membawa Anna ke dalam pelukannya. "Terima kasih." Kemudian Anna mengangguk di dekapan Jeremy. Malam ini sempurna dan begitu luar biasa. Akhirnya Anna merasakan momen romatis di tempat yang memang cocok untuk melakukan hal-hal berbau romance. Semua mengalir begitu saja tanpa ada satu pun yang sebelumnya Anna pikirkan. Padahal tadi ia berniat pergi keluar mencari udara segar karena kesal kepada Jeremy. "Apa kau tidak lapar?" tanya Jeremy mengingat memang mereka gagal makan malam akibat insiden kecil itu. Anna

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Usaha

    Tak lama Jeremy datang, ia menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'siapa' pada Anna. "Itu Daddy sudah pulang Sayang." kata Anna. Ia mengarahkan kamera belakang agar Gerald bisa melihat Jeremy. Jeremy tau pasti itu Gerald yang sedang istrinya hubungi. Karena tidak tau harus apa, ia hanya diam saja. "Katakan halo Gerald!" perintah Anna tanpa suara. Jeremy yang tidak mengerti maksud Anna hanya mengeryitkan dahi bingung. "Katakan kau rindu padanya!" ujar Anna masih tanpa suara. Namun Jeremy tetap diam, tak mengerti maksud Anna. Melihat Jeremy yang hanya diam Anna kembali mengganti ke mode kamera depan, ia sedikit kesal dengan Jeremy yang tidak paham-paham juga. "Apa Gerald sudah sarapan?" tanya Anna memecah keheningan. "Sudah Mom. Tadi Gerald sarapan bersama Kakek." "Oh begitu rupanya." Anna menarik Jeremy yang masih berdiri agar duduk di sampingnya kemudian ia mengarahkan handphonenya agar menyorot ke arah dirinya dan juga Jeremy. "Gerald apa ada yang Gerald ingin samp

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Cantik

    Jeremy menggeleng, lalu menarik Anna agar duduk di sampingnya. "Duduklah di sini, temani aku." pintanya. Anna mengangguk, "Asal kau menepati janjimu untuk pergi jalan-jalan. Aku akan duduk di sini." "Ya aku janji." sahut Jeremy. Anna menyungingkan bibirnya ke atas membentuk lengkungan, ia begitu senang kala Jeremy berjanji mengajaknya pergi keluar. Anna melihat wajah serius Jeremy saat meneliti kembali berkasnya. Tidak ada senyum ramah, bagaimana Frans bisa betah bekerja dengannya. Kalau Anna paling-paling memilih berhenti saja. Hidupnya terancam sial mendapat bos seperti Jeremy. "Kenapa kamu menatapku begitu hm?" kata Jeremy saat ia merasa Anna memperhatikannya tajam. "Aku heran saja dengan semua karyawanmu, kenapa betah memiliki bos sepertimu." "Karena aku baik mungkin." jawab Jeremy. Anna berdecih pelan, "Baik dari mana?" lirihnya. "Aku terlihat arogan seperti ini karena memang harus begini. Kau tau kan An, bagaimana kerasnya dunia bisnis? Kalau aku tidak begini s

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Cemburu

    "Kau lupa perjanjian kita Honey?" Jeremy tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. "Astaga kau seperti om-om genit Jer!" Anna berjalan mendahului Jeremy untuk masuk ke dalam kamar pria tersebut. Anna lelah, ia tidak ada tenaga jika sekarang harus berdebat dengan Jeremy lebih baik ia tidur dulu saja. Ia merebahkan tubuhnya asal, tak peduli ia sedang berada di kamar siapa sekarang. Anna menarik selimut sampai leher dan tak butuh waktu lama ia tertidur pulas. Jeremy yang baru keluar dari kamar mandi menggelengkan kepala, "Kenapa ajaib sekali wanita ini?" beonya. Kemudian ia ikut berbaring di samping Anna. Dua hari tidur bersama Anna membuat Jeremy candu, itu sebabnya ia meminta Anna untuk tidur dengannya mulai sekarang. Jeremy ingin selalu berada di dekat Anna. Saat lelap tertidur, samar-samar Anna mendengar suara Gerald menangis. Buru-buru ia bangun dan memastikan apakah benar itu suara Gerald yang sedang menangis. Ketika hendak bangun, tubuh Anna terasa berat ia melihat

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Merah

    Malamnya Anna sedang berkutat di dapur guna memasak untuk makan malam ditemani beberapa pelayan. Tiba-tiba dirinya ingin membuat makanan sendiri, ia tidak terlalu jago memasak tetapi bisa. "Di mana Gerald?" tanyanya kepada pelayan yang membantunya sambil memotong wortel. "Tuan Gerald sedang menonton film kartun kesukaannya Nyonya." "Kalau Jeremy?" "Tuan sepertinya ada di ruang kerjanya Nyonya." Anna mengangguk. Semua tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Jeremy juga harus kembali bekerja besok dan Anna akan menikmati hari-harinya di rumah bersama Gerald. Entah apa yang dilakukan Anna nanti saat anak laki-lakinya itu mulai bersekolah. Anna akan sangat kesepian berada di mansion Jeremy sendirian. Sedangkan Robert sudah pulang sejak sore tadi. Masakan Anna sudah tersaji sempurna, beberapa pelayan menatanya di atas meja makan. Anna bergegas memanggil Gerald dan juga suaminya. Sekarang tidak ragu lagi Anna memanggil Jeremy dengan sebutan 'suami' namun ter

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Terkilir

    Anna mengangguk lalu mencium kedua pipi Gerald. "Lain kali Gerald akan menjaga Mommy." serunya. Anna tersenyum, begitu besarnya sayang anak laki-laki itu kepadanya. Bocah sekecil Gerald sudah bisa berfikir sejauh itu. Cinta tulusnya membuat hati Anna menghangat, ia jadi kesal mengingat kelakuan kedua orang tua kandung Gerald yang bodoh bisa-bisanya menyia-nyiakan anak pintar nan tampan seperti dia. "Terima kasih Sayang. Mom sayang Gerald." "Gerald juga sayang Mommy," Ia memeluk erat tubuh Anna. Sejak Anna hadir, akhirnya Gerald diperlakukan sebagai manusia. Karena itu bocah laki-laki tersebut mencintai Anna dengan sangat amat dalam, menurutnya Anna adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk dirinya. Jeremy tertegun. Rupanya anak dari mantan istrinya itu sangat tulus mencintai Anna, pun dengan Anna. Wanita itu benar-benar peduli kepada Gerald meski dia tau Gerald bukan anak kandungnya. Anna memang tidak peduli darimana Gerald berasal, yang ia tau hanya rasa sayangnya kepa

Latest chapter

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Penggoda

    "Cih aku saja jijik melihat wajahmu," batin Jeremy ,namun ia tak langsung menangkis wanita itu yang kini menggerayai wajahnya. Jeremy hanya ingin tau seberapa berani ia kepadanya, dan lihat saja apa yang akan Jeremy lakukan. "Oh ya, dengar-dengar kau sudah menikah? Bagaimana dengan istri barumu? Aku tebak kamu tidak bahagia kan bersamanya? Kamu tidak merasa puas dengannya 'kan?" Ia terus mengoceh, sedangkan Jeremy mencoba meredam emosinya sebelum menghempaskan wanita itu dari hadapannya. "Di sini panas, apakah ac-nya rusak? Boleh tidak jika aku membuka kemeja saja, aku sangat gerah Jer," Tanpa rasa malu di hadapan Jermey ia membuka kemejanya hingga menyisahkan bra berwarna merah menyala dengan bawahannya yang masih lengkap. "Nah begini lebih baik." Meski disuguhkan tubuh Maureen, Jeremy sama sekali tidak terangsang. Yang ada di kepalanya hanya bentuk tubuh Anna, bahkan ia terus membandingkan tubuh Maureen dengan body sexy Anna. Maureen semakin berani, sekarang wanita itu d

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Kembali Datang

    Jeremy meringis kecil mengingat apa yang Frans katakan tadi. Ia sendiri bingung antara, apakah dirinya benar menyukai Anna atau tidak, kebimbangan itu membuat kepalanya pusing sendiri. "Kau bodoh atau bagaimana sih Jer?" tanya Frans yang tidak percaya bila Jeremy masih bimbang dengan perasaannya. Jeremy menggeleng polos, seperti anak anjing yang baru melihat dunia. Brak! Reflek pria itu menggebrak kuat mejanya, "Sudah kupastikan, bahwa kau bodoh!" "Sialan! Aku datang ke mari memintamu pendapat, aku tidak tau dengan diriku sendiri," "Shit!" Frans memijat pelan keningnya. Heran dengan kebodohan Jeremy, pantas saja ia selalu dipermainkan oleh wanita. "Menurutmu kau bagaimana? Kau merasa aneh tidak dengan sikapmu?" "Entahlah," jawabnya yang mengundang Frans ingin memukul wajahnya. "Oh bagaimana kalau aku memukul kepalamu di dinding agar sedikit lebih mudah mencerna?" "Boleh, asalkan aku dulu yang melemparmu dari lantai dua belas!" "Ya sudah fikir saja sendiri, bagaiman

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jeremy Yang Aneh

    Tidak segampang itu ternyata menahan diri untuk tidak berbicara dengan Anna, ia akui dirinya mulai ketergantungan oleh sosok Anna. Seperti barang haram, Anna bisa membuat Jeremy candu semudah itu. Ia buru-buru keluar dan pergi ke kamar anaknya, dengan sangat pelan pria itu membuka kamarnya. Tiba-tiba Jeremy terdiam, ia melihat sang istri tidur memeluk Gerald. Sungguh pemandangan yang cukup membuat pria berdarah diringin itu menghangat, sedikit demi sedikit bongkahan es pada hatinya meleleh. Cinta yang Anna berikan sangat lah tulus, wanita itu yang membuat kehidupannya yang semula gelap menjadi terang. Apalagi Gerald, ia terurus dengan sangat baik. Bolehkah jika sekarang Jeremy benar-benar takut kehilangannya? Wanita yang tidak gila dengan harta, wanita yang sederhana dengan penampilannya, wanita yang sangat sopan dengan tutur bahasanya, wanita yang penuh cinta setiap harinya, relakah bila wanita sesempurna itu hilang dari kehidupannya? Jeremy berjalan mendekat lalu mencium k

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Tidur Bersama

    Anna melihat bibir Jeremy yang mengerucut kesal, "Kau marah?" goda Anna seraya mencolek dagu suaminya. Jeremy melirik sebentar lalu balik membelakangi Anna. Mereka baru saja sampai, tadi tanpa sepengetahuan Anna suaminya itu menjemputnya di sebuah restoran saat bersama Gisela tadi. Setelah mengurus berkas Gerald, Anna dan Gisela memutuskan untuk mampir makan siang di restauran jepang milik teman kuliahnya dulu, di salah satu mall yang kebetulan mereka datangi. Menurut rumor yang beredar saat mereka masih duduk di bangku perkuliahan, pemilik restaurant tersebut yang bernama Tama ini menyukai Anna, tetapi Anna tidak tau itu benar atau tidak. Dan tadi saat Anna berada di restaurant Tama, tiba-tiba Jeremy menyusulnya. Suaminya itu merasa kesal sebab tatapan Tama yang selalu mengawasi Anna. Jeremy melihat secara langsung kala Tama mencuri-curi pandang kepada sang istri. Ia tau itu bukan tatapan biasa, entah Jeremy sedang cemburu atau tidak yang pasti ia tidak suka dengan tatapan

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jilat Ludah

    "Kenapa Jer?" sahut Anna, namun ia tak menoleh sedikit pun, fokusnya masih pada kembang api yang tengah bersautan di atas sana. "Oh Anna, aku sedang berbicara kepadamu sekarang. Persetan dengan kembang api itu, aku bisa membelikanmu tiga kali lipat nanti, tapi kali ini lihatlah aku," kata Jeremy merengek. Anna langsung menoleh, menangkup pipi pria dihadapannya. Jangan lupakan tinggi Jeremy yang lebih dari Anna, membuat wanita itu harus menjinjit terlebih dahulu. Membutuhkan effort yang cukup lumayan. "Kenapa sayang?" Kali ini bukan pipi Anna yang memerah, melainkan pipi Jeremy. Kata sayang dari mulut Anna itu adalah sebuah hal keramat yang menjadi candu untuk Jeremy. Mulutnya seakan membisu terbius tatapan Anna yang memabukkan. Tanpa basa-basi ia mengeluarkan sebuah kotak beludru dari saku coatnya. Anna yang awalnya tersenyum manis berubah bingung, ia mengendurkan tangannya yang berada di kedua pipi Jeremy. "Jer ...." cicitnya. Jeremy membuka kotak beludru tersebut lalu m

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Sebuah Mitos

    "Kenapa aku selalu suka melihatmu tersipu seperti ini Ann?" Ah sial! Anna tidak bisa mengontrol hatinya, padahal sejak tadi ia berusaha untuk biasa saja namun Jeremy terus-terus menggombalinya. "Jer sudahlah lebih baik kau makan saja, kau tidak bisa melihat wajahku memerah karena ulahmu hah?" Anna tidak peduli lebih baik ia berbicara jujur saja. "Astaga, kau bisa jujur juga ternyata Ann," ungkap Jeremy. "Sudahlah, makanan di depanku jauh lebih lezat keliatannya," "Baiklah, mari makan Ann," "Tapi ini tidak terlalu banyak Jer?" kata Anna melihat berbagai macam menu tersaji di depannya. Jeremy dengan santai mengambil sushi lalu melahapnya, dan Anna menyadari cara makan Jeremy yang begitu rapi meski menggunakan sumpit. Mungkin seorang pembisnis seperti Jeremy dituntut untuk makan dengan tata cara tertentu karena mereka pasti sering menghadiri rapat-rapat tertentu sehingga dituntut untuk terus elegan. Tidak seperti Anna yang terserah saja bagaimana, asal sopan. "Tidak, aku se

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jatuh Cinta

    Bukannya takut, Anna malah memberikan sentuhan-sentuhan sayang di pipi Jeremy, merabahnya pelan hingga membuat Jeremy sedikit menegang. "Jangan marah," Sepertinya pria itu masih keukeuh mempertahankan diamnya. Mungkin saja dirinya tergoda kepada Anna, namun lagi-lagi egonya terlalu besar. "Jer ...." panggilnya lirih, ia tidak putus asa saat Jeremy mengabaikannya. "Yakin masih marah?" Jeremy menghembuskan nafasnya kasar, "Jika kau terus seperti ini aku akan kembali membawamu ke kamar!" Mana bisa ia marah kepada Anna jika seperti ini dan ya dia juga tidak ingin marah kepada wanitanya itu. Anna terkekeh, "Ternyata Direktur Utama yang terkenal garang memiliki sisi manja juga." ledeknya. Jeremy menenggelamkan kepalanya di pelukan Anna, ia kesal istrinya itu terus menggodanya, tidak taukah Anna bahwa tubuhnya sangat amat candu bagi Jeremy. Setiap menit Jeremy ingin terus menyentuhnya. Tanpa mereka sadari semua orang yang ada di mansion melihat tingkah Jeremy yang berbeda. Mu

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Pundung

    Anna menurut, ia berjalan ke sisi kanan lalu merebahkan tubuhnya di samping Jeremy. Dengan gerak cepat Jeremy langsung memeluknya, menenggelamkan kepalanya di leher Anna. Tangan Anna terulur pada pipi Jeremy, diusapnya pelan hingga membuat pria yang ada didekapannya itu terbuai akan belaian Anna. "Tidurlah aku akan menemanimu di sini," ucap Anna. Tangannya tak berhenti mengusap pipi Jeremy, berharap suaminya tersebut secepatnya terlelap. *** Karena menemani Jeremy, alhasil Anna ikut tertidur juga. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan ia melihat Jeremy masih memeluknya. Anna mencoba menggerakkan badannya pelan guna melihat jam berapa sekarang. Jam menunjukkan pukul sepuluh, itu artinya hampir empat jam ia tidur. Anna segera mengecek suhu tubuh Jeremy, syukurlah suhu tubuhnya kembali normal. Perlahan ia melepaskan pelukan Jeremy, Anna merasa lapar. "Kau mau ke mana Ann?" Anna merutuki kepekaan Jeremy, padahal ia sudah berusaha sepelan mungkin agar tidak menganggu ti

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Cerewet

    Sudah menjadi rutinitas Anna bangun terlebih dulu dari suaminya lalu beranjak pergi untuk memasak, namun tidak dengan pagi ini. Anna bangun cukup siang karena kemarin Jeremy mengatakan ingin sarapan dengan roti bakar saja, ia tidak ingin Anna sibuk memasak mengingat Gerald juga sedang menginap di rumah Robert. Anna menyibakkan selimutnya dan hendak turun tetapi sebuah tangan menghalanginya untuk bangkit. Ia merasakan suhu tubuh Jeremy yang sedikit hangat, Anna mengurungkan niatnya lalu memeriksa kondisi Jeremy yang tampak sedang kurang enak badan ternyata. Ia menempelkan tangannya ke dahi Jeremy dan benar suhu tubuh pria tersebut terasa hangat. "Jer kau sakit?" Jeremy menggerang pelan dari tidurnya, "Hari ini kau tidak perlu ke kantor dulu biar aku hubungi Frans sekarang." kata Anna. "Tidak usah Ann aku baik-baik saja," lirih Jeremy yang masih menutup mata. Bagaimana suaminya itu bisa mengatakan baik-baik saja, padahal jelas tubuhnya terasa hangat. Memang si keras kepala i

DMCA.com Protection Status