Gue berada di kampus, sedang suntuk mengerjakan Tugas Akhir di perpustakaan.
Awal masuk perpus Sih dengan semangat 45, gue bertekad segera menyelesaikan kuliah yang terbengkelai. Tapi setengah jam kemudian semangat gue drop pesat. Yaelah, susah bingitz ngerjain skripsi ini! Apa gue kena karma sama dosen gue?
"Arghh!" Gak sadar gue menggerang kesal.
"Psstttt!!" tegur seorang cowok yang dalam mode konsetrasi tingkat dewa saat membaca buku tebal di pangkuannya.
Ck! Gue emang paling gak cocok dengan suasana perpus. Gue pun beranjak meninggalkan perpus. Terus bertemu dengan Lola yang berada di kantin kampus bersama Bule dan cabenya.. siapa namanya, Jastea ya?
"La, bagi dong!" pinta gue sambil menyerobot sepotong siomay di depan Lola.
Lola membelalakkan matanya kesal, mungkin dia sedikit gak rela hak miliknya gue rampas.
"Cih, pelit amat. Padahal gue kan mantan teman lesbi lo," goda gue.
"Elena!" tegur Lola jengah.
"Haish, gak
Gue jadi galau, awalnya gue bohong hanya sekedar iseng supaya Dean mau menolong mengerjakan skripsi gue... tapi dampak kesininya semakin fatal. Bahkan Dean udah memanggil orang untuk mendesain kamar bayi kami. "Jadi begini, kamar bayi seharusnya berada di sebelah kamar kita supaya lebih mudah mengawasinya. Kalau perlu ada pintu penghubung antara kamar bayi dengan kamar kita, jadi sewaktu æwaktu kita bisa menengok our baby dengan cepat," ucap Dean memaparkan rencananya. Kami sedang rebahan diatas ranjang, didalam kamar. "Bukannya ada cctv? Apakah itu tak cukup? Juga ada pintu penghubung yang beresiko membuat baby sitter mergokin kita di kamar, bagaimana jika dia melihat kita pas begituan? Dia bisa tergiur, terus jadi kepikiran ngembat elo, Dean!" gerutu gue kesal. Dean terkekeh geli, dia mengacak poni gue dengan gemas. "Buat apa ada selot pintu? Pintu penghubung hanya bisa dikunci dari kamar kita. Lagian kok bisa æ bisanya pikiran
Sepertinya akhir-akhir ini hubungan Lola dan Bastian Hutomo semakin berkembang. Sore ini mereka datang berdua ke rumah, gue jadi surprise melihatnya.”Ehm ehm, kalian darimana nih kok bisa datang berdua?” goda gue, terutama pada Lola sohib gue.”Tanya noh ke laki Io, tega—teganya mengganggu orang sedang berkencan. Kayak dia gak pernah ngedate aja," sindir Bastian.Lola menunduk dengan wajah memerah. Duh ternyata mereka udah masuk taraf kencan ya, kok Lola gak kasih tahu gue? ”Aku dulu gak pakai kencan, langsung masuk taraf tunangan," jawab Dean apa adanya.Bsstian Hutomo terkekeh geli, dia lanjut menggoda Dean yang gak merasa disindir.”1ya, Io mah kebiasaan main nyosor aja. Nikah juga gak bilang—bilang, diam-diam langsung ngawinin bini Io. HinggaElena stress mikir kalian udah kumpul kebo!"Asyemmm, ini Dean atau gue yang dibully ya? Spontan gue mengambil vas kecil diatas meja, langsung gue s
Saat tersadar, gue telah berada di rumah sakit. Rasanya lemas banget, kepala gue juga pusing berat."Nyonya sudah sadar? Sebentar saya panggil suami nyonya," sapa seorang suster perawat.Dean ada disini? Gue jadi surprise. Apa dia udah tahu kalau gue betul æ betul hamil? Gue menunggu kedatangan Dean dengan hati berdebar."Elena, lo udah baikan?" tegur seseorang dengan suara maskulinnya.Bastian Hutomo masuk dengan wajah khawatir."Gue gak papa. Mana Dea?" tanya gue."Oh itu, mereka mengira gue itu suami lo, Elena. Dan bodohnya gue tak sempat meralatnya. Bahkan saking bingungnya, gue lupa mengabari Dean. Sebentar, gue menghubungi Dean dulu.."Gue menahan tangan Bastian Hutomo. "Jangan, jangan beritahu Dean. Gue udah gak papa."Bastian menatap gue penuh selidik."Lo hamil Elena, apa Dean tahu hal ini?"Gue menggeleng lemah.”Gue udah memberitahunya, tapi dia menuduh gue telah membohongi
Gue melihat layar monitor yang ada di depan gue.Ya Tuhan, awalnya hanya seperti itu ya? Gue menatap usg janin yang berada dalam perut gue. Bentuknya mirip biji kedelai. "Kok enggak ada tangan, kaki, dan kepalanya, Dok?"Tiba æ tiba Bastian bertanya dengan heran.Dokter Sumi tersenyum geli mendengar pertanyaan itu."Apa Bapak belum pernah punya anak sebelum ini?" dia balik bertanya."Ya belumlah, Dok," jawab Tian nyengir."Pantas. Usia kehamilan Ibu Elena kan baru lima minggu, jadi tampilannya masih seperti ini. Nanti akan berubah seiring waktu hingga bentuknya sempurna saat dilahirkan," jelas Dokter Sumi."Wow, amazing," cetus Tian, "jadi, kita masih belum bisa tahu apa si baby cowok atau cewek dong," sambungnya penasaran. Ih bawel dan antusias sekali Tian, kayak dia yang punya anak aja, pikir gue geli.Dokter Sumi menjawab dengan sabar, "ditunggu aja Pak, paling bulan ke lima sudah bisa nampak kelaminnya."
Dean membawa gue ke dokter kandungan, sesuai pilihan gue, dan gue lebih srek menemui Dokter Sumi. Dokter Sumi menyambut kami dengan ramah."Hei Nyonya Elena, anda terlihat segar hari ini.""Segar kayak sayur ya, Dok. Hijau royo -vroyo," timpal Dean melucu... maunya begitu, tapi kayaknya jayus deh. Kebetulan gue memakai baju warna hijau.Dean menarikkan kursi buat gue sambil sekilas mengelus rambut gue. Dokter Sumi memandang Dean dengan dahi mengerut, tapi dia memutuskan diam saja.Saat memperhatikan layar monitor usg, Dean nampak sangat antusias."Wow, masih seupil gitu ya. Kapan gedenya, Dok?" tanyanya gak sabar.Dokter Sumi tertawa geli, lalu dengan sabar ia menjelaskan, "itu tergantung kriteria yang Adik maksud besarnya seberapa. Ini juga sudah membesar dibanding yang lalu, walau memang bentuknya belum sempurna."Tadi Dokter Sumi manggil Dean apa? Adik? Gak salah tuh?Gue dipanggil nyonya, Dean jadi adik, gak matching banget
Dean mematut tampilannya di depan cermin. Dengan hem model jadul dan celana bahan kain model kuno, tampilan Dean jadi rada antik. Udah gitu, sekarang dia berkumis dan berjenggot.Gue memeluknya dari belakang, dan mengagumi tampilannya."Abah, ganteng banget ih."Dean berjengkit mendengar gue memanggilnya seperti itu. "Kok abah Sih? Aku berasa tua banget, Yang. Kayak aja,” keluhnya."Lo mau dianggap adik gue lagi?" pancing gue.Dean gelagapan."Enggaklah. Tapi aku kan suamimu. Jadi kalau aku dipanggilAbah, kamu seharusnya dipanggil emak dong.”Huekkk.... pengin muntah gue mendengarnya. Jijay!"Tampilan begini kok dipanggil emak? Gak cucok bingitz!" protes gue gusar.Dean memperhatikan penampilan gue... baju jumpsuit, kuncir lima. Imut kan gue?"Yang, ngapain sih kamu kunciran sampai lima?”"Biar imut lagiiii, gue kelihatan lebih mudaan kan?” tanya gue narsis."Hmmmm, lu
Yang namanya Mbak Kinan itü wajahnya doang yang manis, ngomongnya kalem.. tapi kelakuannya amit-amit deh!Gue punya firasat buruk, dan percayalah naluri seorang bumil itü sangatlah tajam. Bagaikan anjing pelacak yang bisa mengendus maksud gak benar. Tapi sayang, Dean gak percaya penilaian gue."Kamu cemburu kan?” tuduhnya semena-mena.”Ck, apaan?! Gue enggak sepicik itu..” kilah gue sebal.Dean tersenyum sumringah, dia nampak senang dicemburui, baginya itü pertanda gue masih cinta dan menggilainya."Jangan berpikiran macam-macam, Yang. Dia itü Mbak Kinan, kakak angkatku. Tepatnya misan jauhku. Saat aku kecil dan yatim piatu dulu, dia yang mengasuhku. Dia sangat baik, sepertimalaikat.. "Tuh kan. Dean jelas mengagung-agungkan perempuan ini!Terus terang gue merasa terancam."Ohya Yang, untuk sementara Mbak Kinan akan tinggal bersama kita. Kamu gak keberatan kan?" Dean bertanya dengan
Gue sedang rebahan di ranjang bersama Dean sambil menonton klip lagu Despacito-nya Justin Bieber."Dean, Bang Bieber ganteng ya. Seksi lagi," komentar gue sembari menatap layar televisi.Dean melirik tak suka. Direbutnya remote TV yang berada di tangan gue untuk mematikannya."Gantengan dan seksian aku lah," timpal Dean narsis, dia sengaja membusungkan dada bidangnya.Seusai mandi malam tadi dia gak kunjung memakai baju, cuma mengenakan handuk yang dililit di pinggangnya. Pasti alamat minta jatah nih.Gue tersenyum geli menyadari kecemburuan Dean yang kolokan. Gue peluk dia sambil mencubit dadanya gemas."Buat gue, lo paling ganteng dan seksi. Barusan yang ngomong anak lo. Kayaknya dia cewek deh, abis suka centil kalau melihat cowok cakep."Jika menyangkut anaknya, hati Dean pasti jadi lembek. Dia enggak marah, malah mengelus perut gue yang mulai membuncit.Kehamilan gue udah jalan 4 bulan lebih, gak berasa ya.."Hai Pri