Omprengan kumuh itu berhenti tepat di depan gerbang satu rumah yang sangat mewah. Ini Sih bukan rumah, tapi lebih kayak istana, PIkir Mila dengan mulut ternganga.
"Nggak salah Pak Haji? Erik yayangku ngajak kondangan ke tempat ini?"
Pak Haji ngeluarin selembar kertas lecek yang dipakainya menulis alamat saat ditelpon Erik. Mila meliErik penasaran. ltu kertas apa bekas bungkus pembalut sih? Kumal banget ih!
"Bener kok, Nak Sarimi," jawab Pak Haji yakin.
Mila kesal hatinya, hanya Pak Haji yang suka memanggil nama aslinya. Sarimi Ngapunten. Kekesalan Mila gak berlangsung lama, ia ngelihat seseorang berseragam satpam menghampiri mereka.
"Lah itu Mas Erik datang kemari!"
"Ow paling ada hajatan massal di tempat kerja Mas Erik, jadi kita disuruh datang untuk makan gratis!" Pak RT menyimpulkan sambil mangguFmanggut sok bijak.
Mila langsung berlari dan melukin satpam yang mendekat dengan erat.
"Mas Erik yayangku, Mila kangen Mas!"
"Oh, gak doyan laki ya? Baru aja aku mau modusin. Yah kece..." "Aku normal! Aku bukan lesbi!" potong Lola cepat, gak sadar dia mencengkeram lengan Bastian. Elena melihat gelagat itu, dia paham perasaan sohibnya. "Lola, kan tadi Kamu ngomong pengin dapat CEO? Nah kenalin dia ini Bastian Hutomo, CEO perusahaan Dean." Lola berlari cepat dan membungkam mulut Elena dengan tangannya. Dean yang berdiri di dekat Elena sontak menepis tangan Lola dengan posesifnya. Mereka bertatapan saling tak suka. Bastian terkekeh geli melihatnya. "Bro, bukannya sekarang saatnya Kamu membawa pengantin wanita Kamu keluar?" kata Bastian mengingatkan. Mila mengendap—ngendap keluar dari dapur. Ish, masa dia udah dandan cakep—cakep disuruh kerja di dapur? Dia kan pengin menikmati pesta juga! Mila melongo hebat begitu menyaksIkan kemewahan dan suasana pesta yang semarak. Wih, makannya juga enak—enak! Dengan raku s ia mulai mengambil dan menyantap hid
Aku ngaku aku lebih kenal Erik dibanding Dean. Meşki aku sekarang cinta Dean tapi jujur aku kan belum mengenal dia luar dalam dibanding karakter Erik. Meşki karakter abal- abal Sih. Dan aku kaget setelah aku merit ama dia (ehm maksud aku setelah aku tau aku udah married ama dia dan dirayain gitu), aku baru tau sifat jeleknya dia. Kamu tau apa itu? Kampret, dia itu ternyata cowok pelit! Gak percaya kan?Secara dia kan kaya banget! Tapi itu kenyataan.Aku nyaris gak percaya saat dia kasih aku uang jajan bulanan lima jeti."İni apaan?” tanya aku saat menerima segepok duit berwarna merah itu.”Uang jajan Kamu , Sayang,” kata Dean sambil tersenyum bangga.Seneng kali bisa nafkahin aku, secara aku sekarang kan gak kerja. Aku tergantung ama dia seratus persen."Kok gak ditransfer Sih?”"Enggak. Yang ditransfer itu gaji karyawan. Kamu kan istritu, tiap bulan aku akan kasih Kamu uang tunai saja.
Eyke rasa eyke mesti ngelepasin yayang aku, Bang Erik. Ya iyalah, dia dah merit, beuh. Ama mantan pesaing cinta eyke, Mbak Ena, si pelakor sejati! Cih, apa Sih menangnya dia dari eyke?! Badan cungkring gitu, kayak orang cacingan! Ndhak kayak eyke yang montok semolohai gitu loh.. Pantas Mas Raden Llon suka ngelihatin pantat semok aku.Bicara soal lelaki jantan perkasa menggemaskan itu bikin eyke pengin gigit sandal, eh gigit...? Gigit apaya? Kok rasanya eyke pengin gigit itunya si Mas Raden Llon. Haish, jangan parno iyess. Mila ini masih volosss loh. Sepolos tubuh Mbak Miabi yang suka syuting main pilem sama cowok-cowok hot melotot itu. Hehehe..Pokoknya Mila itu lagi demen banget ngelihat Mas Raden Llon, sampai terbawa mimpi loh. ltu pertanda apa ya?"ltu tandanya kowe kangen, Mi," kata Ritadent menanggapi."Mi, mi, mi. Kapan eyke merit ama papi loh, Ritadent?!" semprot eyke kesal.Benci ih, kalau ada yang manggil eyke 'Sarimi' plus 'Ngapunten'.
Elena ngambek itu hal biasa, apalagi kalau ngambeknya pada suaminya. Dean Prakoso. Tapi kenapa tiap kali dia ngambek mesti ngelibatin aku?"Jadi Kamu bisa datang sekarang ke rumah mereka, Cantik?” tanya sosok dengan suara maskulin didepan aku.Jangan geer, jangan geer Lola, aku berusaha mengingatkan diri aku supaya gak mudah baper gegara ulah pria bermulut manis ini. Eh, mana aku tahu bibir dia manis? Kita kan belum pernah ciuman. Fix, otak aku error kayaknya!"Ehm, perlu ya aku kesana?” tanya aku sok jual mahal.”Buat aku atau buat Elena?” goda pria itu sambil tersenyum nakal.Astagah, lumer aku dibuatnya. Kenapa sih godaan setan itu begitu menggiurkan?! Aku gak bisa ngejawab, yang ada aku ngambil tas tangan aku dan segera mengkayakinya. Di halaman depan kos, aku celingukan mencari mobilnya."Kita naik apa?” tanya aku lirih.Jangan bilang dia jemput aku naik angkot, masa CEO bisa sekere itu?! Elah, kenap
Kalau ditanya.. "Apa sih yang paling diharapkan semua pasangan pengantin baru?" "Ehm.. anak?" jawab Lola gak yakin. Gue menggeleng keras. "Masih terlalu awal mikir tentang anak, Bunda," sindir gue. "Ah! Pasti malam pertama kan!" jawab Bule antusias. Pletak! Gue jitak kepala Bule, gemas. Dia mah pikirannya gak pernah lepas dari aktivitas di selangkangan cewek! "Mesum lo! Lagian buat gue dan Dean, ini bukan malam pertama lagi. Mungkin malam keseribu kali!" cetus gue asal. Bule sontak membelalakkan matanya takjub. "Wow.. wow.. wow.. aktivitas ranjang kalian super banget! Siapa yang agresiP Kalau melihat modelnya pasti elo kan, Elena. Wah nyesel gue ngelepas lo, bisa balikan lagi gak?" cengir Bule sambil mengedipkan mata kenes. Shit, pasti gitu deh! Tiap kali gue yang jadi tertuduh dalam kasus permesuman, padahal.. mereka pasti gak akan menyangka, dibalik tampilan Dean yang alim punya tersimpan nafsu membara mantan perjaka yang semedi panjang sejak orok!! Alias dia gak pernah di
Udahlah gue gak mau mengingat peristiwa naas tragedi bulan madu dalam kota kami. Bikin gue ngenes, mengurut dada mulu.Lagian supaya bisa mendapat bonus uang jajan bulanan, gue wajib ngebaikin laki gue.. Dean yang pelit itu. Tapi sumpah, susah mempertahankan sikap manis gue pada Dean selain di ranjang!Dia emang nyebelin banget. Masa tanpa membicarakan terlebih dahulu, dia mempekerjakan Mia Van Houten di rumah kami! Nah kalian aja kaget kan? Apalagi gue yang menemukan makhluk antik itu di pos satpam rumah gue. Gue sampai mengucak mata berkali-kali saat melihat sosok ajib itu."Bukankah itu Mia Van Houten?" tanya gue pada Dean yang menyetir di samping gue.Kami baru saja belanja di Murahgrosir, beli kebutuhan bulanan seperti sabun, beras, gula, minyak dan tetek bengek lainnya. Dean suka belanja sendiri, alasannya selain dia khawatir ditilep duitnya kalau pembokat yang belanja, juga supaya bisa mengechek barang-barang yang lagi promo. Itu sebabnya tiap kali kami membeli sabun mandi gak
Gue berada di kampus, sedang suntuk mengerjakan Tugas Akhir di perpustakaan.Awal masuk perpus Sih dengan semangat 45, gue bertekad segera menyelesaikan kuliah yang terbengkelai. Tapi setengah jam kemudian semangat gue drop pesat. Yaelah, susah bingitz ngerjain skripsi ini! Apa gue kena karma sama dosen gue?"Arghh!" Gak sadar gue menggerang kesal."Psstttt!!" tegur seorang cowok yang dalam mode konsetrasi tingkat dewa saat membaca buku tebal di pangkuannya.Ck! Gue emang paling gak cocok dengan suasana perpus. Gue pun beranjak meninggalkan perpus. Terus bertemu dengan Lola yang berada di kantin kampus bersama Bule dan cabenya.. siapa namanya, Jastea ya?"La, bagi dong!" pinta gue sambil menyerobot sepotong siomay di depan Lola.Lola membelalakkan matanya kesal, mungkin dia sedikit gak rela hak miliknya gue rampas."Cih, pelit amat. Padahal gue kan mantan teman lesbi lo," goda gue."Elena!" tegur Lola jengah."Haish, gak
Gue jadi galau, awalnya gue bohong hanya sekedar iseng supaya Dean mau menolong mengerjakan skripsi gue... tapi dampak kesininya semakin fatal. Bahkan Dean udah memanggil orang untuk mendesain kamar bayi kami. "Jadi begini, kamar bayi seharusnya berada di sebelah kamar kita supaya lebih mudah mengawasinya. Kalau perlu ada pintu penghubung antara kamar bayi dengan kamar kita, jadi sewaktu æwaktu kita bisa menengok our baby dengan cepat," ucap Dean memaparkan rencananya. Kami sedang rebahan diatas ranjang, didalam kamar. "Bukannya ada cctv? Apakah itu tak cukup? Juga ada pintu penghubung yang beresiko membuat baby sitter mergokin kita di kamar, bagaimana jika dia melihat kita pas begituan? Dia bisa tergiur, terus jadi kepikiran ngembat elo, Dean!" gerutu gue kesal. Dean terkekeh geli, dia mengacak poni gue dengan gemas. "Buat apa ada selot pintu? Pintu penghubung hanya bisa dikunci dari kamar kita. Lagian kok bisa æ bisanya pikiran