Elena ngambek itu hal biasa, apalagi kalau ngambeknya pada suaminya. Dean Prakoso. Tapi kenapa tiap kali dia ngambek mesti ngelibatin aku?
"Jadi Kamu bisa datang sekarang ke rumah mereka, Cantik?” tanya sosok dengan suara maskulin didepan aku.
Jangan geer, jangan geer Lola, aku berusaha mengingatkan diri aku supaya gak mudah baper gegara ulah pria bermulut manis ini. Eh, mana aku tahu bibir dia manis? Kita kan belum pernah ciuman. Fix, otak aku error kayaknya!
"Ehm, perlu ya aku kesana?” tanya aku sok jual mahal.
”Buat aku atau buat Elena?” goda pria itu sambil tersenyum nakal.
Astagah, lumer aku dibuatnya. Kenapa sih godaan setan itu begitu menggiurkan?! Aku gak bisa ngejawab, yang ada aku ngambil tas tangan aku dan segera mengkayakinya. Di halaman depan kos, aku celingukan mencari mobilnya.
"Kita naik apa?” tanya aku lirih.
Jangan bilang dia jemput aku naik angkot, masa CEO bisa sekere itu?! Elah, kenap
Kalau ditanya.. "Apa sih yang paling diharapkan semua pasangan pengantin baru?" "Ehm.. anak?" jawab Lola gak yakin. Gue menggeleng keras. "Masih terlalu awal mikir tentang anak, Bunda," sindir gue. "Ah! Pasti malam pertama kan!" jawab Bule antusias. Pletak! Gue jitak kepala Bule, gemas. Dia mah pikirannya gak pernah lepas dari aktivitas di selangkangan cewek! "Mesum lo! Lagian buat gue dan Dean, ini bukan malam pertama lagi. Mungkin malam keseribu kali!" cetus gue asal. Bule sontak membelalakkan matanya takjub. "Wow.. wow.. wow.. aktivitas ranjang kalian super banget! Siapa yang agresiP Kalau melihat modelnya pasti elo kan, Elena. Wah nyesel gue ngelepas lo, bisa balikan lagi gak?" cengir Bule sambil mengedipkan mata kenes. Shit, pasti gitu deh! Tiap kali gue yang jadi tertuduh dalam kasus permesuman, padahal.. mereka pasti gak akan menyangka, dibalik tampilan Dean yang alim punya tersimpan nafsu membara mantan perjaka yang semedi panjang sejak orok!! Alias dia gak pernah di
Udahlah gue gak mau mengingat peristiwa naas tragedi bulan madu dalam kota kami. Bikin gue ngenes, mengurut dada mulu.Lagian supaya bisa mendapat bonus uang jajan bulanan, gue wajib ngebaikin laki gue.. Dean yang pelit itu. Tapi sumpah, susah mempertahankan sikap manis gue pada Dean selain di ranjang!Dia emang nyebelin banget. Masa tanpa membicarakan terlebih dahulu, dia mempekerjakan Mia Van Houten di rumah kami! Nah kalian aja kaget kan? Apalagi gue yang menemukan makhluk antik itu di pos satpam rumah gue. Gue sampai mengucak mata berkali-kali saat melihat sosok ajib itu."Bukankah itu Mia Van Houten?" tanya gue pada Dean yang menyetir di samping gue.Kami baru saja belanja di Murahgrosir, beli kebutuhan bulanan seperti sabun, beras, gula, minyak dan tetek bengek lainnya. Dean suka belanja sendiri, alasannya selain dia khawatir ditilep duitnya kalau pembokat yang belanja, juga supaya bisa mengechek barang-barang yang lagi promo. Itu sebabnya tiap kali kami membeli sabun mandi gak
Gue berada di kampus, sedang suntuk mengerjakan Tugas Akhir di perpustakaan.Awal masuk perpus Sih dengan semangat 45, gue bertekad segera menyelesaikan kuliah yang terbengkelai. Tapi setengah jam kemudian semangat gue drop pesat. Yaelah, susah bingitz ngerjain skripsi ini! Apa gue kena karma sama dosen gue?"Arghh!" Gak sadar gue menggerang kesal."Psstttt!!" tegur seorang cowok yang dalam mode konsetrasi tingkat dewa saat membaca buku tebal di pangkuannya.Ck! Gue emang paling gak cocok dengan suasana perpus. Gue pun beranjak meninggalkan perpus. Terus bertemu dengan Lola yang berada di kantin kampus bersama Bule dan cabenya.. siapa namanya, Jastea ya?"La, bagi dong!" pinta gue sambil menyerobot sepotong siomay di depan Lola.Lola membelalakkan matanya kesal, mungkin dia sedikit gak rela hak miliknya gue rampas."Cih, pelit amat. Padahal gue kan mantan teman lesbi lo," goda gue."Elena!" tegur Lola jengah."Haish, gak
Gue jadi galau, awalnya gue bohong hanya sekedar iseng supaya Dean mau menolong mengerjakan skripsi gue... tapi dampak kesininya semakin fatal. Bahkan Dean udah memanggil orang untuk mendesain kamar bayi kami. "Jadi begini, kamar bayi seharusnya berada di sebelah kamar kita supaya lebih mudah mengawasinya. Kalau perlu ada pintu penghubung antara kamar bayi dengan kamar kita, jadi sewaktu æwaktu kita bisa menengok our baby dengan cepat," ucap Dean memaparkan rencananya. Kami sedang rebahan diatas ranjang, didalam kamar. "Bukannya ada cctv? Apakah itu tak cukup? Juga ada pintu penghubung yang beresiko membuat baby sitter mergokin kita di kamar, bagaimana jika dia melihat kita pas begituan? Dia bisa tergiur, terus jadi kepikiran ngembat elo, Dean!" gerutu gue kesal. Dean terkekeh geli, dia mengacak poni gue dengan gemas. "Buat apa ada selot pintu? Pintu penghubung hanya bisa dikunci dari kamar kita. Lagian kok bisa æ bisanya pikiran
Sepertinya akhir-akhir ini hubungan Lola dan Bastian Hutomo semakin berkembang. Sore ini mereka datang berdua ke rumah, gue jadi surprise melihatnya.”Ehm ehm, kalian darimana nih kok bisa datang berdua?” goda gue, terutama pada Lola sohib gue.”Tanya noh ke laki Io, tega—teganya mengganggu orang sedang berkencan. Kayak dia gak pernah ngedate aja," sindir Bastian.Lola menunduk dengan wajah memerah. Duh ternyata mereka udah masuk taraf kencan ya, kok Lola gak kasih tahu gue? ”Aku dulu gak pakai kencan, langsung masuk taraf tunangan," jawab Dean apa adanya.Bsstian Hutomo terkekeh geli, dia lanjut menggoda Dean yang gak merasa disindir.”1ya, Io mah kebiasaan main nyosor aja. Nikah juga gak bilang—bilang, diam-diam langsung ngawinin bini Io. HinggaElena stress mikir kalian udah kumpul kebo!"Asyemmm, ini Dean atau gue yang dibully ya? Spontan gue mengambil vas kecil diatas meja, langsung gue s
Saat tersadar, gue telah berada di rumah sakit. Rasanya lemas banget, kepala gue juga pusing berat."Nyonya sudah sadar? Sebentar saya panggil suami nyonya," sapa seorang suster perawat.Dean ada disini? Gue jadi surprise. Apa dia udah tahu kalau gue betul æ betul hamil? Gue menunggu kedatangan Dean dengan hati berdebar."Elena, lo udah baikan?" tegur seseorang dengan suara maskulinnya.Bastian Hutomo masuk dengan wajah khawatir."Gue gak papa. Mana Dea?" tanya gue."Oh itu, mereka mengira gue itu suami lo, Elena. Dan bodohnya gue tak sempat meralatnya. Bahkan saking bingungnya, gue lupa mengabari Dean. Sebentar, gue menghubungi Dean dulu.."Gue menahan tangan Bastian Hutomo. "Jangan, jangan beritahu Dean. Gue udah gak papa."Bastian menatap gue penuh selidik."Lo hamil Elena, apa Dean tahu hal ini?"Gue menggeleng lemah.”Gue udah memberitahunya, tapi dia menuduh gue telah membohongi
Gue melihat layar monitor yang ada di depan gue.Ya Tuhan, awalnya hanya seperti itu ya? Gue menatap usg janin yang berada dalam perut gue. Bentuknya mirip biji kedelai. "Kok enggak ada tangan, kaki, dan kepalanya, Dok?"Tiba æ tiba Bastian bertanya dengan heran.Dokter Sumi tersenyum geli mendengar pertanyaan itu."Apa Bapak belum pernah punya anak sebelum ini?" dia balik bertanya."Ya belumlah, Dok," jawab Tian nyengir."Pantas. Usia kehamilan Ibu Elena kan baru lima minggu, jadi tampilannya masih seperti ini. Nanti akan berubah seiring waktu hingga bentuknya sempurna saat dilahirkan," jelas Dokter Sumi."Wow, amazing," cetus Tian, "jadi, kita masih belum bisa tahu apa si baby cowok atau cewek dong," sambungnya penasaran. Ih bawel dan antusias sekali Tian, kayak dia yang punya anak aja, pikir gue geli.Dokter Sumi menjawab dengan sabar, "ditunggu aja Pak, paling bulan ke lima sudah bisa nampak kelaminnya."
Dean membawa gue ke dokter kandungan, sesuai pilihan gue, dan gue lebih srek menemui Dokter Sumi. Dokter Sumi menyambut kami dengan ramah."Hei Nyonya Elena, anda terlihat segar hari ini.""Segar kayak sayur ya, Dok. Hijau royo -vroyo," timpal Dean melucu... maunya begitu, tapi kayaknya jayus deh. Kebetulan gue memakai baju warna hijau.Dean menarikkan kursi buat gue sambil sekilas mengelus rambut gue. Dokter Sumi memandang Dean dengan dahi mengerut, tapi dia memutuskan diam saja.Saat memperhatikan layar monitor usg, Dean nampak sangat antusias."Wow, masih seupil gitu ya. Kapan gedenya, Dok?" tanyanya gak sabar.Dokter Sumi tertawa geli, lalu dengan sabar ia menjelaskan, "itu tergantung kriteria yang Adik maksud besarnya seberapa. Ini juga sudah membesar dibanding yang lalu, walau memang bentuknya belum sempurna."Tadi Dokter Sumi manggil Dean apa? Adik? Gak salah tuh?Gue dipanggil nyonya, Dean jadi adik, gak matching banget