Terjebak Pernikahan 21Lengan kekar itu masih dengan posesif memeluk erat pinggangku tanpa penghalang, kami sama-sama dalam keadaan tidak memakai kain apapun. Tubuh kami hanya ditutupi oleh selimut tebal. Aku berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan itu. Davin langsung terlelap begitu mengambil mahkotaku, tapi tangannya masih konsisten mengungkung tubuhku. Tidak membiarkanku beranjak sedikitpun. Parfum beraroma Citrus bercampur keringat yang keluar dari tubuhnya membuat hidungku terasa gatal. Ingin sekali menggesekkannya di dadanya itu, daripada melakukannya lebih baik aku melepaskan diri dari pelukannya. "Mau kemana, kenapa belum tidur." Davin berkata dengan suara serak, suara khas orang bangun tidur. Kenapa terdengar seksi sekali di telingaku. "Mau lagi," tanyanya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dariku. "Apaan sih, aku kegerahan, makanya lepasin aku." Pelan kudorong dadanya agar tubuhnya menjauh dari tubuhku. "Ah, masa. Apa pendingin ruangan ini kurang dingin, apa rus
Terjebak Pernikahan 22Dengan paksa Arka membuatku masuk ke dalam mobilnya, ponselku masih ada dalam genggamannya tangannya. "Kemariin hapeku," seruku pada Arka yang sudah mulai menjalankan mobilnya. Dasar adik ipar tidak punya adab, bukannya berlaku sopan padaku sebagai kakak iparnya tapi berbuat semaunya. Mungkin dalam segi usia aku lebih muda tapi aku adalah istri kakaknya. Mereka tetap bersaudara meksipun beda ibu. "Aku gak bakalan ambil, ponselku lebih bagus dari itu," sahut Arka merendahkan. Aku kesal luar biasanya padanya. "Mau apa sih kamu? Aku harus pulang atau memberi kabar pada suamiku.""Aku ingin bicara denganmu.""Bicaralah, aku tidak punya waktu!""Astaga ... wanita galak sepertimu ini bisa juga ditaklukkan oleh pria seperti Ilyas itu." Arka melajukan mobilnya dengan sangat cepat, entah ke mana dia akan membawaku. Banyak kekhawatiran dalam hatiku, pertama khawatir dia membawaku jauh ke tempat yang aku belum ketahui. Di kota ini, belum banyak tempat yang kujelajahi.
Terjebak Pernikahan 23"Aku membayangkan kita tinggal di desa, kita bisa pergi ke kota saat lebaran jika kamu kangen dengan keluargamu. Orang pulang kampung kita pulang ke kota, jika lebaran di ibukota sepi, kan. Kita bisa keliling tanpa harus kena macet," tuturku panjang lebar. Aku bangkit dari duduk dan langsung merapikan mukena. Tidak ingin terlihat kebohonganku padanya. "Iya, nanti ya. Kalau kamu udah selesai kuliah," balas Davin. Pria itu ikut bangkit dari duduk dan juga merapikan sajadahnya. Lalu membuka baju dan menyisakan kaos dalam tanpa lengan.Aku menghela nafas panjang, mendengar jawabannya. Lulus kuliah, itu terlalu lama. Bagiamana jika Arka benar-benar membuktikan ancamannya."Aku tidak bisa menunggu, aku bisa pindah kuliah.""Sebenarnya apa yang terjadi, pasti bukan cuma hanya itu alasannya hingga kamu sampai mau pindah kuliah segala," ucap Davin sambil memelukku dari belakang. "Apa yang terjadi hingga kamu terlambat dan ponselmu rusak," cecarnya."Sebenarnya ...."
Terjebak Pernikahan 24Kami sampai di tempat tujuan saat malam sudah menjelang. Sebuah bangunan yang terlihat sangat terawat ada di hadapan kami. Bagian depan bangunan terdapat jendela dengan kaca-kaca yang sangat besar. Sepertinya rumah ini berdiri di atas tanah yang cukup luas. Entah ada apa lagi di bagian samping dan belakang, mungkin esok kami akan berkeliling. Aku dan Davin langsung masuk ke kamar begitu masuk ke dalam rumah ini. Rasa lelah dalam perjalanan membuat kami ingin segera beristirahat. Tadi aku dan Davin sudah makan malam saat dalam perjalanan, jadi memang akan langsung beristirahat saat sampai. Kami masuk ke dalam kamar dengan cat berwarna kuning gading, sebuah lemari pakaian berada di sudut ruangan, lalu ada tempat tidur berukuran queen dan ada juga kamar mandi di dalamnya."Istirahatlah, pasti kamu lelah. Pulang kuliah langsung ke sini," perintah Davin. "Kamu gak lelah?" Aku balik bertanya. "Kamu yang butuh lebih banyak istirahat karena menyetir sendirian. Sehar
Terjebak Pernikahan 25Atmosfer kamar mendadak panas setelah kami perang di atas ranjang. Aku yakin, sepanjang jalan yang kamu lewati tadi sudah berubah menjadi kubangan air. Bagaimana tidak, pakaian kami yang basah semua itu membawa banyak air. Tentu saja kami tidak bisa melakukan hal pribadi di dalam kolam, apa lagi itu tetap saja tempat terbuka. Tanpa pikir panjang, kami keluar dari kolam dan berpindah ke dalam kamar karena sudah panas duluan saat masih ada di kolam renang."Sepagian begini udah bikin berantakan rumah dan kasur," ucapku sambil menutup tubuh dengan selimut."Gampang, nanti tinggal suruh orang buat rapiin," sahut Davin. "Siapa?""Orang yang biasa menjaga villa ini.""Jangan! lebih baik kita sendiri yang membereskannya malu tau, dikira kita habis ngapa-ngapain.""Emang kita habis ngapa-ngapain, kan?"Refleks aku cubit pinggangnya. Memang kami habis ngapa-ngapain tapi orang lain gak harus tau juga kali. "Lebih baik kita mandi, nanti aku ajak keliling tempat ini. Ka
Terjebak Pernikahan 26Semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah tersedia, tempat juga sudah di setting serapi mungkin, di atas atap. Malam ini Davin dan seluruh teamnya akan berkumpul dan live bersama dalam rangka suamiku berpamitan. Dia tidak akan lagi aktif membuat konten, Mas Haris yang akan melanjutkannya. Mungkin hanya sesekali saja suamiku membuat video, itu yang akan dia katakan. Kami memang benar-benar akan fokus di dunia nyata setelah nanti tinggal di kampung. Pekerjaan Davin sebagai dosen, membuatnya tak lagi bisa mereview dan membuat konten seperti dulu lagi.Selain itu, sepertinya cara ini lebih baik. Arka, adik yang begitu tidak suka pada kakaknya itu tidak akan lagi melihatnya di manapun. Hatinya tidak akan dipenuhi oleh iri hati dan dendam.Aku berharap, suatu saat mereka akan akur. Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Allah lah yang membolak-balikkan hati manusia. Suasana yang kami ciptakan kali ini kekeluargaan seperti dulu saat mereka menyambutku. Satu yang berb
"Jawab, Ana." Lagi Mas Ilyas meminta jawaban dariku."Sampai kapan kamu akan membenci Papa? Jika seperti ini, kamu sama saja seperti Arka yang membencimu dari dulu hingga sekarang," ucapku sambil mengengam tangannya. Pria itu menghela nafas panjang. "Sampai kapanpun, anak tetaplah anak meskipun kita tak suka menjadi anaknya. Ada darah orang tua yang mengalir di tubuh kita. Berdamailah dengan semua yang terjadi, ya."Mas Ilyas masih tak menanggapi perkataanku. Kali ini aku yang menghela nafas berat. "Ya sudah kalau gak mau kita jual lagi, kita kembalikan uangnya pada Papa." Aku menyerah pada akhirnya. "Kamu menginginkan rumah itu?" tanya Mas Ilyas.Aku mengangguk, tidak hanya ingin rumahnya tapi juga ingin menghargai keinginan Papa. Aku berjanji akan membuat mereka akur dan dekat sebagai ayah dan anak meskipun jarak memisahkan mereka. "Ya sudah, ayo pindah ke sana," ucapnya. "Benarkah?" Aku bertanya dengan mata berbinar-binar."He'em."***Akhirnya menjelang siang, kami pergi ke
[Mas, aku minta maaf. Hubungan kita tidak bisa berlanjut. Hanya sampai di sini saja]Pesan dari kontak bernama gadisku, masuk ke aplikasi pesan singkat yang biasa aku gunakan dengannya untuk bertukar pesan dengannya.Namanya Dara, dia wanita tercantik di desa ini. Kembang desa yang banyak dipuja oleh jejaka, namun memilih untuk menjalin cinta denganku, pria biasa dan sederhana. Aku begitu bahagia saat dia menerima ungkapan perasaanku. Diantar para kumbang yang datang padanya, dia labuhkan hatinya padaku. "Tapi aku masih ingin melanjutkan pendidikanku dulu, Mas. Jika kamu serius denganku, kamu harus menunggu," ucapnya malam itu saat kuutarakan niat baikku untuk meminangnya. Aku tak ingin berlama-lama berpacaran, jika sudah saling cinta lebih baik langsung menikah saja. Toh aku juga memiliki usaha, bukan seorang pengangguran. "Berapa lama?" Aku bertanya. "Kurang lebih empat tahun hingga wisuda.""Lama juga ya," gumamku. "Mas, kalau aku pintar dan berilmu, aku bisa membantu memajuka