Raka sudah berada di balik kemudi, untuk sejenak ia berpikir. Dania bohong mengenai Kafe Alamanda, ia sengaja mengarahkan aku ke kafe itu, karena di kafe itu tidak ada cctvnya, pikir dalam hati Raka, seraya jari -jemarinya mengetuk stir mobil.Mengenai mobil Afnan yang nyatanya tidak ada sesuatu yang mencurigakan, untuk memutus kabel rem setidaknya dibutuhkan 5 menit, pikiran Raka benar-benar buntu untuk membuktikan bahwa kecelakaan itu adalah sabotase seseorang.Tiba-tiba Raka turun dari mobilnya, ia kembali berjalan ke arah gedung keamanan pondok dan sekali lagi ia meminta untuk di nyalakan cctv lagi, kali ini ia fokus pada mobil Afnan yang mengalami kecelakaan, tampak pemulung itu mengambil sesuatu satu kaleng rongsok yang mengelinding di kolong mobil, sekitar satu menit ia berada di kolong mobil.“Pemulung itu meletakan sesuatu di kolong mobil Afnan, aku akan mencoba menyelidiki apa yang diletakan di mobil itu,” gumam Raka.Raka kembali menaiki mobilnya, dan melaju menuju kantor
“Kenapa perasaanku menjadi tidak enaknya Mbok, mimpi itu seakan menjadi kenyataan,” ucap Keyra pada Mbok Sum yang duduk disampingnya, seraya menyuapi Sean.“Mimpi apa Non?”“Aku bermimimpi kehilangan cincin pernikahanku.” Keyra menatap jari manisnya, lalu tatapanya beralih di meja kecil dimana ada bingkai foto dirinya bersama Afnan.“Jangan berpikiran buruk Non, tetaplah berprasangka baik, Insya Allah, akan terjadi hal baik,” balas Mbok Sum, mencoba membuat tenang Keyra.“Iya Mbok, mudah-mudahan Kak Afnan selalu dalam perlindungan Allah.”“Aamiin,” jawab Mbok Sum.Keyra berlahan bangkit, ia membuka lemari, sederet baju-baju Afnan, ditatapnya nanar, rasa rindu mulai menyusup hatinya, aroma mint maskulin terhirup, semakin rindu menyayat hati.Ketukan pintu kamar, menghentikan Keyra mengenang suaminya, berharap ada berita baik datang hari ini. Dengan langkah kecil ia membuka pintu kamar.“Ada apa Mbok Ratmi?”“Ada Pak Raka, menunggu Non Keyra di ruang tamu,” jawab Mbok Ratmi.Keyra men
Keesokan harinya Keyra lebih tampak segar, walau hatinya sedikit khawatir dan cemas, tapi hal yang membuatnya penasaran harus di dituntaskan, rasanya tidak mungkin, Afnan mengkhianatinya dengan Amara, jika dengan Lathisa itu masih mungkin, tapi dengan Amara wanita licik dan jahat yang sejak dulu terobsebsi dengan suaminya, sangat tidak mungkin, Afnan berpaling darinya demi Amara.Setelah menyusuhi Sean, dan menidurkan Sean, Keyra berpamitan pergi.“Mbok nitip Sean, ya.”“Hati-hati ya Non. ““Keyra apa lebih baik Mami temani kamu,” tawar Nayumi.“Tidak perlu Mami, Key bisa jaga diri.”“Ingat Non key, Amar itu wanita kriminal, ingat apa yang telah ia lakukan pada Non Keyra satu tahun yang lalu.”“Iya Mbok, aku akan lebih berhati–hati, aku hanya ingin mendengar dari mulut Kak Afnan sendiri, apa benar ia sekarang memliih Amara dari pada Key.”Nayumi dan Mbok Sum, sebenarnya sangat khawatir, tapi Keyra akan menemui suaminya sendiri, jadi rasanya tak pantas berprasangka buruk padanya, biarl
Afnan mulai membuka kelopak matanya, ia menatap ke arah Keyra yang duduk di kursi samping brankar.“Kamu masih disini? Bagaimana keadaanmu?”“Aku sudah membaik, aku minta maaf telah merepotkanmu, tapi bisakah kita berteman,” pinta Keyra dengan lembut.Afnan mengangguk. “Apa wajahku ini mirip dengan suamimu?”Keyra mengangguk. ”Ia menghilang saat kecelakaan.”“Baiklah aku mau menjadi temanmu, tapi aku harap Amara tidak mengetahui pertemanan kita, aku tahu ia pasti marah, akhir-akhir ini, ia tidak membiarkanku pergi sendiri, entah mengkhawatirkan sakitku atau karena hal lain.”“Baik aku setuju.” Keyra melempar senyum hangatnya.”Istirahatlah, jangan kamu pikirkan hal-hal yang aku katakan tadi.”Afnan mengangguk, lalu menutup matanya kembali, ia memang masih merasakan pening dan rasa kantuk masih menyerangnya, dalam sekejab Afnan tertidur pulas, Keyra hanya menatap nanar pria yang masih menjadi status suaminya itu.Sementara Amara sudah sampai di rumah sakit terdekat, ia masuk ke loby
Afnan mengukir senyum, hatinya mengatakan pertemuannya dengan wanita bernama Keyra membuat hatinya lebih nyaman. Tangan Afnan meraih pisang cokelat keju, ia menyuapnya hingga tandas.“Kamu suka camilan ini?’Afnan mengangguk. “Aku sangat suka, lain kali buatlah lagi!” pinta Afnan.”Aku suka kamu memanggilku Kak Afnan, lebih terdengar familiar dibanding ‘Malik’,” sahut Afnan.Tiba-tiba terdengar Sean menangis di dalam kamar, secepatnya Keyra menghampri Sean, dan menggendongnya.“Kenalkan Kak Afnan, ini Sean, putra pertamaku, cobalah gendong.”Semula Afnan, ragu tapi wajah mengemaskan Sean, membuatnya tertarik, lalu tangan Afnan meraih Sean, dari pangkuan Keyra.Afnan mulai mengalami getaran aneh dalam dirinya, ketika menatap Sean, seakan pernah merasakan mengendong seorang bayi.Waktu terus berjalan, sudah beberapa jam Afnan berada di rumah Keyra, obrolan-obrolan kecil, sengaja di pancing Keyra untuk menstimulai ingatan Afnan yang menghilang.“Ini sudah hampir jam dua belas, aku pamit
Pagi yang sangat cerah secerah dua hati yang kembali merajut cinta, bak pasangan kekasih yang diam-diam pergi berkencan. “Kamu akan membawaku kemana?” tanya Afnan menatap Keyra “Kemarin ‘kan sudah ke pantai , hari ini kita ke perkebunan buah,” sahut Keyra tanpa menoleh ke arah Afnan. Keyra mengarahkan mobilnya menuju sebuah perkebunan buah kecil, yang sekaligus menjadi tempat wisata. Mobil melambat, ketika memasuki area parkir, Afnan sempat tertegun, menatap hamparan kebun buah, dihadapannya. “Oh asri sekali pemandangan ini Key, aku seperti anak kecil, yang baru melihat indahnya dunia,” gumam Afnan. “Ayo kak Afnan, berkeliling kesana.” Keyra mengajak Afnan menyusuri jalan setapak, kanan kirinya penuh dengan buah mangga yang menggantung dan sudah masak. “Kamu mau Key?” Keyra mengangguk, lalu Afnan meraih salah satu buah mangga dan memetiknya. Keyra menaruh di keranjang buah, lalu melanjutkan perjalanannya menyusuri perkebunan. “Kak Afnan, coba deh perhatikan perkebunan ini, da
Malam semakin larut, pramusaji menata menu di atas meja, tapi karena cerobah, pramusaji itu menumpahkan sedikit air di kemeja Afnan.“Maaf Tuan, saya tidak sengaja.”“Kamu ceroboh banget sih, bisa nggak kerja!” bentak Amara marah.“Dia tidak sengaja Amar, jangan kasar padanya, lagi pula ini cuma air,” sela Afnan, lalu menatap pramusaji yang masih menunduk ketakutan.”Aku memaafkanmu, tidak apa-apa.”“Terima kasih Tuan,” sahut Pramusaji, lalu berpamitan.“Aku akan ke toilet dulu, kamu makan dulu Amar.” Afnan bangkit berdiri dan menuju toilet.Afnan masuk ke toilet pria, ia membersihkan kemejanya yang sedikit basah, lalu merapikannya lagi, setelah itu ia keluar, sampai di pintu toilet, seorang pria menyapa .“Pak Afnan, apa kabar?”Afnan hanya tersenyum. ”Baik, apa kita sebelumnya saling kenal?”“Ohh Bapak lupa ya, baiklah saya ingatkan kembali, saya klien Pak Afnan, mungkin bapak lupa soalnya yang sekarang order buah adalah staf saya, sekarang saya liburan bersama keluarga, Bapak
Keyra terpaku menatap mobil yang di tumpangi Afnan dan Amara melaju menjauh, hancur sudah harapannya untuk membantu Afnan pulih dari amnesia. Keyra terduduk di kursi lagi, air mata yang dicoba ditahannya, akhirnya luruh membasahi pipinya.Keyra melangkah menuju mobil, ia sudah duduk di belakang setir dan mulai melajukan mobilnya menuju jalan raya.Sementara itu Afnan masih terdiam di samping Amara yang mengemudikan mobil, hening dan sepi, keduanya diam tenggelam dalam pikiran masing-masing, hingga suara Afnan terdengar.“Maafkan aku Amar.”Amara senang, dalam hati ia tertawa puas, membuat Afnan merasa bersalah.“Aku sudah memaafkanmu Malik, sekarang kamu tahu ’kan, siapa yang bermaksud mengelabuimu, aku istrimu bukan Keyra, apa bukti pernikahan kita masih kurang?”“Tidak Amar, itu sudah cukup, aku percaya padamu, kita akan menikah ulang satu minggu lagi, aku sudah siap,” balas Afnan tanpa ragu.Amara berbunga-bunga, Afnan akhirnya memenuhi keinginanya.”Apa kamu yakin, aku tidak mau