“Mas Raka, tolong selidiki kasus ini,” pinta Keyra.“Aku akan menolongmu, jangan cemas, firasatku mengatakan jika Afnan selamat dari kecelakaan itu, kerena aku tidak melihat ada jejak tubuh yang jatuh ke sungai, tapi segala kemungkinan terjadi, karena saat itu kata penduduk sekitar juga hujan,” jelas Raka.Bagaimanapun Keyra cemas, setelah mendapat informasi dari Raka, dia berharap Afnan selamat dan entah ia berada dimana yang pasti sesuatu pasti terjadi dengannya.Hari terus bergulir satu minggu sudah Afnan menghilang tanpa kabar, Keyra semakin stres hingga kehamilannya terganggu. Pagi itu terpakasa Safira membawanya ke rumah sakit, karena Keyra tiba-tiba pingsan.“Dokter Pram, aku kasihan sekali dengan Kak Keyra, ia pasti mencemaskan Kak Afnan yang sampai saat ini belum ditemukan, dan kini team SAR, menghentikan pencarian, dan Kak Afnan dinyatakan hilang,” ucap Safira pada dokter yang tengah duduk di kursi kerjanya itu.“Tidak ada yang bisa kita perbuat Safira, hanya doa supaya Keyr
Raka sudah berada di balik kemudi, untuk sejenak ia berpikir. Dania bohong mengenai Kafe Alamanda, ia sengaja mengarahkan aku ke kafe itu, karena di kafe itu tidak ada cctvnya, pikir dalam hati Raka, seraya jari -jemarinya mengetuk stir mobil.Mengenai mobil Afnan yang nyatanya tidak ada sesuatu yang mencurigakan, untuk memutus kabel rem setidaknya dibutuhkan 5 menit, pikiran Raka benar-benar buntu untuk membuktikan bahwa kecelakaan itu adalah sabotase seseorang.Tiba-tiba Raka turun dari mobilnya, ia kembali berjalan ke arah gedung keamanan pondok dan sekali lagi ia meminta untuk di nyalakan cctv lagi, kali ini ia fokus pada mobil Afnan yang mengalami kecelakaan, tampak pemulung itu mengambil sesuatu satu kaleng rongsok yang mengelinding di kolong mobil, sekitar satu menit ia berada di kolong mobil.“Pemulung itu meletakan sesuatu di kolong mobil Afnan, aku akan mencoba menyelidiki apa yang diletakan di mobil itu,” gumam Raka.Raka kembali menaiki mobilnya, dan melaju menuju kantor
“Kenapa perasaanku menjadi tidak enaknya Mbok, mimpi itu seakan menjadi kenyataan,” ucap Keyra pada Mbok Sum yang duduk disampingnya, seraya menyuapi Sean.“Mimpi apa Non?”“Aku bermimimpi kehilangan cincin pernikahanku.” Keyra menatap jari manisnya, lalu tatapanya beralih di meja kecil dimana ada bingkai foto dirinya bersama Afnan.“Jangan berpikiran buruk Non, tetaplah berprasangka baik, Insya Allah, akan terjadi hal baik,” balas Mbok Sum, mencoba membuat tenang Keyra.“Iya Mbok, mudah-mudahan Kak Afnan selalu dalam perlindungan Allah.”“Aamiin,” jawab Mbok Sum.Keyra berlahan bangkit, ia membuka lemari, sederet baju-baju Afnan, ditatapnya nanar, rasa rindu mulai menyusup hatinya, aroma mint maskulin terhirup, semakin rindu menyayat hati.Ketukan pintu kamar, menghentikan Keyra mengenang suaminya, berharap ada berita baik datang hari ini. Dengan langkah kecil ia membuka pintu kamar.“Ada apa Mbok Ratmi?”“Ada Pak Raka, menunggu Non Keyra di ruang tamu,” jawab Mbok Ratmi.Keyra men
Keesokan harinya Keyra lebih tampak segar, walau hatinya sedikit khawatir dan cemas, tapi hal yang membuatnya penasaran harus di dituntaskan, rasanya tidak mungkin, Afnan mengkhianatinya dengan Amara, jika dengan Lathisa itu masih mungkin, tapi dengan Amara wanita licik dan jahat yang sejak dulu terobsebsi dengan suaminya, sangat tidak mungkin, Afnan berpaling darinya demi Amara.Setelah menyusuhi Sean, dan menidurkan Sean, Keyra berpamitan pergi.“Mbok nitip Sean, ya.”“Hati-hati ya Non. ““Keyra apa lebih baik Mami temani kamu,” tawar Nayumi.“Tidak perlu Mami, Key bisa jaga diri.”“Ingat Non key, Amar itu wanita kriminal, ingat apa yang telah ia lakukan pada Non Keyra satu tahun yang lalu.”“Iya Mbok, aku akan lebih berhati–hati, aku hanya ingin mendengar dari mulut Kak Afnan sendiri, apa benar ia sekarang memliih Amara dari pada Key.”Nayumi dan Mbok Sum, sebenarnya sangat khawatir, tapi Keyra akan menemui suaminya sendiri, jadi rasanya tak pantas berprasangka buruk padanya, biarl
Afnan mulai membuka kelopak matanya, ia menatap ke arah Keyra yang duduk di kursi samping brankar.“Kamu masih disini? Bagaimana keadaanmu?”“Aku sudah membaik, aku minta maaf telah merepotkanmu, tapi bisakah kita berteman,” pinta Keyra dengan lembut.Afnan mengangguk. “Apa wajahku ini mirip dengan suamimu?”Keyra mengangguk. ”Ia menghilang saat kecelakaan.”“Baiklah aku mau menjadi temanmu, tapi aku harap Amara tidak mengetahui pertemanan kita, aku tahu ia pasti marah, akhir-akhir ini, ia tidak membiarkanku pergi sendiri, entah mengkhawatirkan sakitku atau karena hal lain.”“Baik aku setuju.” Keyra melempar senyum hangatnya.”Istirahatlah, jangan kamu pikirkan hal-hal yang aku katakan tadi.”Afnan mengangguk, lalu menutup matanya kembali, ia memang masih merasakan pening dan rasa kantuk masih menyerangnya, dalam sekejab Afnan tertidur pulas, Keyra hanya menatap nanar pria yang masih menjadi status suaminya itu.Sementara Amara sudah sampai di rumah sakit terdekat, ia masuk ke loby
Afnan mengukir senyum, hatinya mengatakan pertemuannya dengan wanita bernama Keyra membuat hatinya lebih nyaman. Tangan Afnan meraih pisang cokelat keju, ia menyuapnya hingga tandas.“Kamu suka camilan ini?’Afnan mengangguk. “Aku sangat suka, lain kali buatlah lagi!” pinta Afnan.”Aku suka kamu memanggilku Kak Afnan, lebih terdengar familiar dibanding ‘Malik’,” sahut Afnan.Tiba-tiba terdengar Sean menangis di dalam kamar, secepatnya Keyra menghampri Sean, dan menggendongnya.“Kenalkan Kak Afnan, ini Sean, putra pertamaku, cobalah gendong.”Semula Afnan, ragu tapi wajah mengemaskan Sean, membuatnya tertarik, lalu tangan Afnan meraih Sean, dari pangkuan Keyra.Afnan mulai mengalami getaran aneh dalam dirinya, ketika menatap Sean, seakan pernah merasakan mengendong seorang bayi.Waktu terus berjalan, sudah beberapa jam Afnan berada di rumah Keyra, obrolan-obrolan kecil, sengaja di pancing Keyra untuk menstimulai ingatan Afnan yang menghilang.“Ini sudah hampir jam dua belas, aku pamit
Pagi yang sangat cerah secerah dua hati yang kembali merajut cinta, bak pasangan kekasih yang diam-diam pergi berkencan. “Kamu akan membawaku kemana?” tanya Afnan menatap Keyra “Kemarin ‘kan sudah ke pantai , hari ini kita ke perkebunan buah,” sahut Keyra tanpa menoleh ke arah Afnan. Keyra mengarahkan mobilnya menuju sebuah perkebunan buah kecil, yang sekaligus menjadi tempat wisata. Mobil melambat, ketika memasuki area parkir, Afnan sempat tertegun, menatap hamparan kebun buah, dihadapannya. “Oh asri sekali pemandangan ini Key, aku seperti anak kecil, yang baru melihat indahnya dunia,” gumam Afnan. “Ayo kak Afnan, berkeliling kesana.” Keyra mengajak Afnan menyusuri jalan setapak, kanan kirinya penuh dengan buah mangga yang menggantung dan sudah masak. “Kamu mau Key?” Keyra mengangguk, lalu Afnan meraih salah satu buah mangga dan memetiknya. Keyra menaruh di keranjang buah, lalu melanjutkan perjalanannya menyusuri perkebunan. “Kak Afnan, coba deh perhatikan perkebunan ini, da
Malam semakin larut, pramusaji menata menu di atas meja, tapi karena cerobah, pramusaji itu menumpahkan sedikit air di kemeja Afnan.“Maaf Tuan, saya tidak sengaja.”“Kamu ceroboh banget sih, bisa nggak kerja!” bentak Amara marah.“Dia tidak sengaja Amar, jangan kasar padanya, lagi pula ini cuma air,” sela Afnan, lalu menatap pramusaji yang masih menunduk ketakutan.”Aku memaafkanmu, tidak apa-apa.”“Terima kasih Tuan,” sahut Pramusaji, lalu berpamitan.“Aku akan ke toilet dulu, kamu makan dulu Amar.” Afnan bangkit berdiri dan menuju toilet.Afnan masuk ke toilet pria, ia membersihkan kemejanya yang sedikit basah, lalu merapikannya lagi, setelah itu ia keluar, sampai di pintu toilet, seorang pria menyapa .“Pak Afnan, apa kabar?”Afnan hanya tersenyum. ”Baik, apa kita sebelumnya saling kenal?”“Ohh Bapak lupa ya, baiklah saya ingatkan kembali, saya klien Pak Afnan, mungkin bapak lupa soalnya yang sekarang order buah adalah staf saya, sekarang saya liburan bersama keluarga, Bapak
Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup
Samuel tertawa melihat berita kecelakaan di depan sekolah bertaraf internasional, tiba-tiba pintu apartemen dibuka kasar.“Elsa, bisa ‘kan lebih sopan sedikit!” gertak Samuel seraya mematikan televisi.“Kecelakaaan itu ulahmu ‘kan Sam?” tanya Elsa geram.“Aku tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu, jika ada hubungannya, pastilah aku sudah tertangkap, pengemudi mobil itu sudah menyerahkan diri ke kantor polisi,” jawab Samuel santai.Elsa menghela napas lega, lalu duduk di kursi. ”Aku sudah mencetak undangan pernikahan kita, jadi mulai sekarang seriuslah dalam menjalani hidup, kita fokus pada bisnis property.”“Kenapa buru-buru Elsa, aku baru saja menikmati kebebasanku dari penjara, dan kini kamu akan memenjarakan aku dalam pernikahan.”“Jadi maksudmu, kamu belum siap untuk menikah?”“Tunggulah, satu atau dua tahun lagi Elsa.”“Haah dasar pecundang!” umpat Elsa.Elsa bersungut, ia keluar dari apartemen Samuel setelah meletakan undangan pernikahan.“Dasar wanita, apa dia pikir dia
Keyra melajukan mobilnya menuju rumah, setelah memasuki gerbang ia memarkirkan mobilnya, terlihat mobil Afnan juga sudah terparkir, dan terdengar dari arah depan, Afnan sedang bercanda dan bermain dengan Sean dan Zahra, ketiganya tertawa.“Assalamu’alaikum,”salam Keyra.“Waalaikumsalam,” jawab ketiganya, lalu Sean dan Zahra menghambur memeluk Keyra.”Bunda,” ucap keduannya.“Kalian bermain dulu ya, tapi ingat jangan keluar pagar,” pinta Keyra pada kedua anaknya.Keyra mencium satu persatu Sean dan Zahra, lalu menatap Afnan. ”Tumben Kak pulang sore?”“Iya Key, ada sesuatu yang aku khawatirkan, dan aku teringat pada Sean dan Zahra.”“Apa karena Samuel?”“Kamu tahu Key, dia telah bebas.” Keyra dan Afnan berbicara sambil melangkah menaiki tangga.“Sam, menemuiku tadi siang, ah aku cemas jika ia keluar dari penjara, aku masih teringat apa yang dilakukan Amara, bagaimana jika Sam, berbuat sama, balas dendam pada kita, aku saat ini mencemaskan Sean dan Zahra,” ungkap Keyra.“Sama Key, aku j
Hari-hari terus berjalan, baik Keyra dan Afnan di sibukan dengan mengasuh dan mendidik Sean dan Zahra, selain itu pekerjaan juga menguras aktivitas keduanya, tapi Keyra sangat berkomitmen bahwa keluarganya adalah yang terpenting.Pertengkaran Sean dan Zahra kadang membuat Keyra bingung, Sean sebagai anak laki-laki dan usianya lebih tua, kadang memilki sifat egois yang besar, tidak mau kalah, dan permintaannya harus dituruti.Seperti sore itu, sepulang dari Rumah Sakit Praja Hospitaly, terlihat Sean sedang bersitegang dengan Zahra, dan mereka memperebutkan sebuah skyboard, terlihat keduanya sedang bermain di halaman samping.“Kak Sean, kembalikan punyaku, Kakak ambil punya Kakak sendiri,” rengek Zahra.Tarik menarikipun terjadi, tangan mereka saling kuat menarik. ”Kakak pinjam Zahra,” sarkas Sean, semakin kuat menarik.Tiba-tiba Sean melepas, hal hasil Zahra terjengkang dan terpelanting jatuh, melihat hal itu Sean tertawa.“Sean, minta maaf pada Zahra,” suruh Keyra yang melihat kejadia