“Ray! Itu kamu, bukan?” Tanya sebuah suara berat memutus suasana romantis antara Anna dan Ray.Dengan santai Ray melepaskan pegangannya di dagu Anna, lalu memindahkan tangannya ke pinggang wanita itu.Dengan pelan dan tenang ia membalikkan badan menghadap ke arah pria yang sudah memanggil namanya.“Halo, Bob! Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Ray dingin.Pria itu tertawa kecil dan melihat Ray dengan kening dikerutkan. Ia tahu, kalau Ray pasti hanya berpura-pura saja tidak mengetahui apa yang dilakukannya di tempat ini.Pria itu mengalihkan tatapannya kepada Anna yang berdiri di samping Ray. Ia menyipitkan mata, untuk memastikan penglihatannya.“Wah, wanita baru Ray? Ia terlihat, seperti putrimu sendiri. Berapa selisih usia kalian? Kau harus bersikap posesif kepadanya, maklum ia masih muda dan cantik. Bisa-bisa kekasihmu ini akan lari bersama dengan pria muda yang seumurannya!” Sindir pria yang bernama Bob itu.Ray menggertakkan giginya, tanpa sadar genggamannya di tangan Anna menge
“Kenapa kau berpikir, kalau aku ingin tidur denganmu?” Tanya Ray dengan nada suara dingin.Anna dengan cepat menggelengkan kepala. Lagi-lagi terjadi salah paham antara dirinya dengan Ray.“Anda salah mengerti, maksud saya apakah kita tidak pulang ke rumah?” ucap Anna.Ray mendengus, ia berjalan menuju kulkas mini yang ada di kamar mereka. Diambilnya botol bir dan langsung menenggak isinya sampai tandas.Ia, lalu melihat ke arah Anna dengan tajam. “Satu jam lagi kita akan berangkat ke pesta! Bersiaplah!”Anna mengangguk, ia lalu berjalan menuju kamar mandi. Anna memutuskan untuk menggunakan fasilitas kamar mandi yang ada di kamar tersebut.Ia mengisi bathub dengan air hangat dan setelah dirasanya cukup. Ia memasukkan sabun cair ke dalamnya, sehingga batahub tersebut dipenuhi oleh busa sabun.Setelahnya, ia menceburkan dirinya ke dalam bathub tersebut. Digosoknya badan dengan lembut, sambil memejmkan mata.‘Apa yang harus kulakukan di pesta nanti? Bagaimana, kalau tuan Ray meninggalkank
“A-pa maksud Anda berkata, seperti itu?” Tanya Anna dengan suara tergagap, karena gugup.Ia melirik Ray, yang balas meliriknya dengan dingin. Terlihat jelas, kalau ia tidak peduli dan tidak ingin membantu Anna menjawab pertanyaan dari mantan istrinya.Ray melipat tangan di depan dadanya, ia terlihat cuek dengan apa yang akan dikatakan oleh Anna.Anna menarik napas dalam-dalam, ia tidak bisa mengandalkan Ray untuk membantunya. Pria itu benar-benar tidak peduli sama sekali.‘Tidak peduli ia akan menjadi marah, karena sudah memperingatkanku untuk tidak membuatnya merasa malu,’ batin Anna.Anna membersihkan tenggorokan diangkatnya dagunya tinggi, sambil melayangkan tatapan penuh percaya diri kepada mantan istri Ray.“Saya putri dari mantan pelayan Ray!” ucap Anna.Sontak saja mantan istri Ray, seraya melayangkan tatapan mengejek. “Aku tidak menyangka, kalau seleramu sekarang pelayan!”Ray menyunggingkan senyum yang terlihat mengerikan membuat mantan istri Ray langsung terdiam.Sebagai man
“Apakah menurutmu aku terlihat berbohong?” Tanya Ray dingin.Anna menjadi semakin salah tingkah saja mendapatkan tatapan tajam dari Ray. Ia menelan ludahnya dengan sukar dan rasa gugupnya semakin menjadi.“Saya tidak bermaksud mengatakan, kalau Tuan berbohong. Hanya saja, sikap tuan yang membuat saya menjadi ragu,” sahut Anna gugup.Ray meraih dagu Anna, lalu mengangkatnya agar netra mereka berdua. Ditatapnya Anna dengan lekat dan dapat dirasakannya jantung Anna yang berdebar dengan kencang.Ray meletakkan tangannya yang bebas di dada Anna, tepat di mana deburan jantungnya terdengar nyaring.“Kita akan menikah, tetapi jangan harap akan ada cinta di antara kita!” Jari Ray berpindah ke bibir Anna, lalu mengusap bibir itu dengan lembut.Dikecupnya bibir itu singkat, setelahnya ia dorong tubuh Anna menjauh darinya dengan kasar. Selama sesaat yang singkat netra keduanya bertemu.Ray jualah yang mengakhiri tatapannya. Ia berjalan keluar dari dapur dengan cepat, lalu menaiki tangga menuju la
“Iya, sepertinya Anda baik-baik saja, karena bisa marah dan kasar, seperti biasanya,” sahut Anna.Ia merasa tidak dihargai, sekalipun dirinya hanya seorang pelayan yang cemas akan keadaan tuannya.Anna beranjak menuju kuda Ray, yang dilihatnya terbaring tak bergerak. Diarahkannya senter yang ia bawa ke arah kuda itu untuk melihat cidera yang diderita kuda tersebut.Ia mengabaikan suara umpatan Ray, biar saja pria itu marah. Bukankah dirinya sendiri yang tidak suka ia dekati.Melihat kaki kuda itu, yang sepertinya patah, karena terperosok ke dalam lubang. Anna dalam hatinya menduga, kalau kuda itu tidak akan bisa dipakai Ray lagi untuk berkuda.Dikeluarkannya ponsel dari saku jaket yang dipakainya. Ia menghubungi pria yang bekerja di istal kuda milik Ray.‘Selamat malam, Tuan! Maaf, saya membangunkan Anda, tetapi tuan Ray mengalami kecelakaan berkuda, sepertinya kudanya mengalami luka parah, sementara tuan Ray sendiri terlihat baik-baik saja,’ terang Anna, melalui sambungan telepon.‘S
“Tuan salah mengerti, tetapi kalau tuan memang ingin dipindahkan ke atas, saya akan memanggil kembali para pekerja untuk mengangkat Tuan!” ucap Anna.Ray memejamkan matanya, ia sedang tidak ingin berdebat dengan Anna. Ia akan tidur, sambil menunggu dokter pribadinya datang untuk memeriksa kondisi kakinya.Rasanya baru saja Ray tertidur, ketika ia merasakan kakinya dipegang. Ray membuka mata dan dilihatnya, kalau dokter pribadinyalah yang tengah memeriksa kakinya.“Bagaimana, dok?” Tanya Ray dengan suara serak.“Tidak parah, yang membuat kakimu harus diamputasi. Hanya perlu dibebat saja dan kau pun harus mengistirahatkan kakimu untuk digerakkan, selama satu atau dua hari, agar kakimu yang bengkak cepat pulih kembali,” ucap dokter tersebut, setengah becanda.Ray menatap tajam dokternya, ia sama sekali tidak suka dengan candaan yang dilontarkan oleh dokternya itu.“Aku akan berjalan menggunakan tongkat, berikan saja kepadaku tongkat sialan itu!” sahut Ray kasar.Dokter pribadi Ray, yang
“Saya tidak merasa, seperti itu, Tuan! Saya memang seorang pelayan dan kenyataan itu tidak akan berubah, setelah saya menikah, seperti yang Anda inginkan, Tuan!” sahut Anna, sambil menekan rasa sakit di hatinya.Setelah mengucapkan kalimat itu, Anna hndak berlalu pergi dari hadapan Ray, tetapi dengan cepat tangannya ditarik Ray, sehingga ia jatuh ke dalam pelukan Ray.Pinggang Anna dengan kasar dipegang Ray, sampai-sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk pinggang Anna.“Mengapa Tuan, suka sekali menyakiti saya?” Tanya Anna, sambil menahan ringisan.Ray melayangkan tatapan mencemooh ke arah Anna. “Kau, tahu Anna! Kalau menikah denganku tidak akan ada adegan romantis dan manis!”Setelahnya, Ray mendorong Anna menjauh, lalu ia memungut tongkat yang ia pakai untuk berjalan, yang terjatuh ke tanah.Anna memperhatikan Ray yang melangkah dengan terpincang menuju rumah. Ia merasa sakit, karena kata-kata dan perbuatan Ray.‘Apa sebaiknya aku pergi saja, daripada menikah, yang belum pasti aku a
“Biarpun ini rumah Tuan, tidak seharurnya Tuan melakukannya! Saya memerlukan privasi di rumah ini,” ucap Anna.Ray hanya diam saja, tetapi ia keluar juga dari kamar Anna. Tadinya, ia bermaksud untuk memastikan keadaan Anna, kalau ia baik-baik saja.Dan ternyata wanita itu terlihat segar, walaupun di keningnya ada luka memar. Namun, ia sepenuhnya baik-baik saja.Ray berjalan menuju ruang kerjanya, besok ia dan timnya akan menghadiri pameran maritim. Dan dalam pameran itu perusahaan kapal miliknya turut serta memamerkan produksi kapal mereka.Telepon yang terletak di atas meja kerja Ray berbunyi dengan nyaring. Ray pun mengangkat sambungan telepon itu.“Halo, ada apa?” Tanya Ray di sambungan telepon dengan suara dingin.“Ray! Aku sudah berada di bandara kau harus menjemputku sekarang juga!” sahut suara di ujung sambungan telepon.Ray menjauhkan gagang telepon dari telingnya. Ia tidak suka dengan kedatangan mendadak adik beda Ibu dengannya itu, yang hanya membuat masalah saja dalam hid
Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia
Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An
Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad
Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn
Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa
Anna berjalan cepat mendekati Ray, begitu sudah dekat ia mengangkat kedua tangan hendak memukul dada bidang suaminya. “Kamu tidak punya hati, Ray!” maki Anna.Ray dengan cepat menangkap tangan Anna, lalu menghempaskannya dengan kasar. “Kamu yang sudah membuatku melakukannya!”Usai mengatakan hal itu Ray berjalan, lalu masuk mobilnya. Ia tidak peduli, ketika didengarnya suara tangis Anna.Sopir Ray menatap Anna dengan rasa tidak nyaman, karena melihat wanita itu bertengkar dengan bosnya sampai menangis.“Selamat tinggal, Nyonya Anna! Semoga Anda baik-baik saja.” sopir itu, kemudian memasuki mobil, karena ia mendengar suara tidak sabar dari tuannya.Anna hanya diam mematung tidak menyahut ucapan dari sopir Ray, yang memang tidak menunggu tanggapan darinya. Dipandanginya mobil itu perlahan menjauh sampai menghilang dari pandangan.Dirinya berjalan menuju bangku kayu yang berada di bawah pohon, lalu duduk di sana. Dirapatkannya jaket yang ia pakai, karena udara semakin dingin saja.‘Bagai
Anna menjadi terkejut mendengar suara Ray, sampai-sampai keranjang telur yang ada di tangannya terjatuh ke rumput. “R-Ray! Kenapa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih senang bersama dengan mantan Istrimu?” Tanya Anna dengan suara tersendat.Ray memejamkan mata dengan tangan ia kepalkan di samping badan. Ia harus menahan dirinya untuk tidak mengguncang tubuh Anna, agar Istrinya itu sadar akibat kekacauan yang telah dibuatnya.Anna mengamati Ray dengan takut-takut. Ia dapat melihat suaminya itu sedang menahan amarah dan itu semua dikarenakan dirinya. Ia juga dapat melihat, kalau Ray tidak dalam kondisi baik-baik saja.“Ka-kamu terluka Ray, apa yang telah terjadi kepadamu?” Tanya Anna, dengan suara pelan.Ray mendengus mendengar pertanyaan Anna. “Apakah kamu peduli kepadaku? Ataukah itu hanya sekedar pertanyaan basa-basi saja!” sindir Ray.Anna menghela napas, ia sudah menduga, kalau Ray akan bersikap skeptis kepadanya, setelah apa yang ia lakukan. Akan tetapi, kesalahan tidak sepenuh pada
Sopir itu membalikkan badan dengan gaya malas-malasan. Dimasukkannya tangan ke saku celana. Ia menatap Ray, dengan raut wajah tidak terbaca. “Istri Anda sudah meninggalkan apartemen ini.”Mata Ray melotot, dengan langkah yang tertatih ia mendekati sopirnya itu, lalu mencengkeram kerah kemejanya. “Kenapa ia bisa pergi dan kamu tidak bisa mencegahnya? Kamu tidak becus dalam menjalankan tugas, yang saya berikan!”Ray memaki sopirnya itu, ia mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan pukulan ke wajah sopirnya itu, tetapi dengan cepat ia mengubahnya dan memukul dinding yang ada di samping kepala sopirnya itu, sehingga tangannya menjadi terluka.Dirinya berjalan menjauh dari sopirnya itu, lalu melihat ke sekeliling kamar apartemen yang baru disadari oleh Ray, bahwa apartemen itu terkesan sederhana dan tidak mempunyai banyak perabot.“Saya sungguh menyesal, Tuan! Namun, saya tidak akan berhenti untuk mencari keberadaan Istri Anda. Saya akan mencarinya sampai dapat dan membawa kembali Nyon
Ray menjadi terkejut, ia membalikkan badan. Ditatapnya pria yang baru saja melayangkan tinju ke arah pipinya, dengan keras. Ia berdiridari duduknya. “Saya juga tidak ingin berada di sini! Sekarang saya akan pergi dan katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku dan Istriku!”Ray berjalan menjauh dari suami Claire, dengan tangan terkepal di sisi badan. Ia gatal hendak balas menampar suami Claire. Hanya saja pria itu beruntung, karena Ray tidak ingin berurusan dengan pria itu.Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan istrinya. Biar saja Claire menjadi tanggung jawab dari suaminya.‘Halo, apakah kamu sudah mendapatkan informasi kemana sopir taksi itu membawa istri saya?’ Tanya Ray, melalui telepon kepada sopir, sekaligus orang kepercayaannya.‘Saya saat ini sudah berada di depan gedung apartemen istri Anda, Tuan!’ sahut sopir Ray.‘Bagus! Saya sebentar lagi akan sampai di san. Tolong, kamu kirimkan alamatnya,’ ucap Ray.Ditutupnya sambungan telepon, lalu dima