“Apakah menurutmu aku terlihat berbohong?” Tanya Ray dingin.Anna menjadi semakin salah tingkah saja mendapatkan tatapan tajam dari Ray. Ia menelan ludahnya dengan sukar dan rasa gugupnya semakin menjadi.“Saya tidak bermaksud mengatakan, kalau Tuan berbohong. Hanya saja, sikap tuan yang membuat saya menjadi ragu,” sahut Anna gugup.Ray meraih dagu Anna, lalu mengangkatnya agar netra mereka berdua. Ditatapnya Anna dengan lekat dan dapat dirasakannya jantung Anna yang berdebar dengan kencang.Ray meletakkan tangannya yang bebas di dada Anna, tepat di mana deburan jantungnya terdengar nyaring.“Kita akan menikah, tetapi jangan harap akan ada cinta di antara kita!” Jari Ray berpindah ke bibir Anna, lalu mengusap bibir itu dengan lembut.Dikecupnya bibir itu singkat, setelahnya ia dorong tubuh Anna menjauh darinya dengan kasar. Selama sesaat yang singkat netra keduanya bertemu.Ray jualah yang mengakhiri tatapannya. Ia berjalan keluar dari dapur dengan cepat, lalu menaiki tangga menuju la
“Iya, sepertinya Anda baik-baik saja, karena bisa marah dan kasar, seperti biasanya,” sahut Anna.Ia merasa tidak dihargai, sekalipun dirinya hanya seorang pelayan yang cemas akan keadaan tuannya.Anna beranjak menuju kuda Ray, yang dilihatnya terbaring tak bergerak. Diarahkannya senter yang ia bawa ke arah kuda itu untuk melihat cidera yang diderita kuda tersebut.Ia mengabaikan suara umpatan Ray, biar saja pria itu marah. Bukankah dirinya sendiri yang tidak suka ia dekati.Melihat kaki kuda itu, yang sepertinya patah, karena terperosok ke dalam lubang. Anna dalam hatinya menduga, kalau kuda itu tidak akan bisa dipakai Ray lagi untuk berkuda.Dikeluarkannya ponsel dari saku jaket yang dipakainya. Ia menghubungi pria yang bekerja di istal kuda milik Ray.‘Selamat malam, Tuan! Maaf, saya membangunkan Anda, tetapi tuan Ray mengalami kecelakaan berkuda, sepertinya kudanya mengalami luka parah, sementara tuan Ray sendiri terlihat baik-baik saja,’ terang Anna, melalui sambungan telepon.‘S
“Tuan salah mengerti, tetapi kalau tuan memang ingin dipindahkan ke atas, saya akan memanggil kembali para pekerja untuk mengangkat Tuan!” ucap Anna.Ray memejamkan matanya, ia sedang tidak ingin berdebat dengan Anna. Ia akan tidur, sambil menunggu dokter pribadinya datang untuk memeriksa kondisi kakinya.Rasanya baru saja Ray tertidur, ketika ia merasakan kakinya dipegang. Ray membuka mata dan dilihatnya, kalau dokter pribadinyalah yang tengah memeriksa kakinya.“Bagaimana, dok?” Tanya Ray dengan suara serak.“Tidak parah, yang membuat kakimu harus diamputasi. Hanya perlu dibebat saja dan kau pun harus mengistirahatkan kakimu untuk digerakkan, selama satu atau dua hari, agar kakimu yang bengkak cepat pulih kembali,” ucap dokter tersebut, setengah becanda.Ray menatap tajam dokternya, ia sama sekali tidak suka dengan candaan yang dilontarkan oleh dokternya itu.“Aku akan berjalan menggunakan tongkat, berikan saja kepadaku tongkat sialan itu!” sahut Ray kasar.Dokter pribadi Ray, yang
“Saya tidak merasa, seperti itu, Tuan! Saya memang seorang pelayan dan kenyataan itu tidak akan berubah, setelah saya menikah, seperti yang Anda inginkan, Tuan!” sahut Anna, sambil menekan rasa sakit di hatinya.Setelah mengucapkan kalimat itu, Anna hndak berlalu pergi dari hadapan Ray, tetapi dengan cepat tangannya ditarik Ray, sehingga ia jatuh ke dalam pelukan Ray.Pinggang Anna dengan kasar dipegang Ray, sampai-sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk pinggang Anna.“Mengapa Tuan, suka sekali menyakiti saya?” Tanya Anna, sambil menahan ringisan.Ray melayangkan tatapan mencemooh ke arah Anna. “Kau, tahu Anna! Kalau menikah denganku tidak akan ada adegan romantis dan manis!”Setelahnya, Ray mendorong Anna menjauh, lalu ia memungut tongkat yang ia pakai untuk berjalan, yang terjatuh ke tanah.Anna memperhatikan Ray yang melangkah dengan terpincang menuju rumah. Ia merasa sakit, karena kata-kata dan perbuatan Ray.‘Apa sebaiknya aku pergi saja, daripada menikah, yang belum pasti aku a
“Biarpun ini rumah Tuan, tidak seharurnya Tuan melakukannya! Saya memerlukan privasi di rumah ini,” ucap Anna.Ray hanya diam saja, tetapi ia keluar juga dari kamar Anna. Tadinya, ia bermaksud untuk memastikan keadaan Anna, kalau ia baik-baik saja.Dan ternyata wanita itu terlihat segar, walaupun di keningnya ada luka memar. Namun, ia sepenuhnya baik-baik saja.Ray berjalan menuju ruang kerjanya, besok ia dan timnya akan menghadiri pameran maritim. Dan dalam pameran itu perusahaan kapal miliknya turut serta memamerkan produksi kapal mereka.Telepon yang terletak di atas meja kerja Ray berbunyi dengan nyaring. Ray pun mengangkat sambungan telepon itu.“Halo, ada apa?” Tanya Ray di sambungan telepon dengan suara dingin.“Ray! Aku sudah berada di bandara kau harus menjemputku sekarang juga!” sahut suara di ujung sambungan telepon.Ray menjauhkan gagang telepon dari telingnya. Ia tidak suka dengan kedatangan mendadak adik beda Ibu dengannya itu, yang hanya membuat masalah saja dalam hid
“Sa-ya tidak bermaksud berkata, seperti itu,” ucap Anna dengan gugup.Dirinya sama sekali tidak menyangka, kalau Ray akan muncul di dapur ini. Bukankah seharusnya Ray masih berada di ruang kerja disibukkan dengan pekerjaannya.Ray berjalan memasuki dapur dengan terpincang, karena kakinya yang masih cidera. Ia melayangkan tatapan yang dingin kepada Anna.Sebenarnya Ray tidak peduli dengan apa yang dikatakan Anna kepada dirinya. Hanya saja mengetahui Anna yang mengatakan tidak menyukainya, sedikit mengusik egonya.“Apa yang kau lakukan di sini, Deb?” Tanya Ray kepada adiknya.Adik Ray melayangkan tatapan mengejek ke arah Ray. “Kau khawatir aku akan menyakiti calon istrimu? Kau tidak perlu cemas, ia bisa membela dirinya sendiri. Ini adalah urusan dua orang wanita!”Ray membalas senyum adiknya dengan sinis. Ia, lalu duduk di samping Debbie. “Anna, buatkan kopi untukku!”“Anda sudah cukup banyak minum kopi untuk hari ini!” sahut Anna.Debbie mencibir ke arah Ray. “Kenapa kalian berdua terl
“Itulah yang akan saya lakukan, Nona! Membereskan semua ini, sahut Anna pelan.Ray melipat tangan di depan dada, diam memperhatikan apa yang terjadi antara Anna dan Debbie. Ia menanti apa yang akan dikatakan Anna untuk membela dirinya.Ia tidak akan membela salah seorang dari mereka. Dirinya hanya akan menjadi pengamat saja melihat perseteruan antara Anna dan Debbie.“Huh! Kau memang pelayan yang tidak tahu diri dan melunjak hanya, karena akan menjadi calon Istri kakakku!” ucap Debbie.Dengan wajah kesal Debbie berjalan menuju pintu keluar. Dan ketika itulah ia baru menyadari, kalau Ray berdiri diam sedari tadi.“Apakah kau akan membela calon Istrimu, yang seorang pelayan itu?” ejek Debbie.Ray menatap tajam adiknya itu. “Apakah aku harus mengingatkanmu, kalau Ibumu dulu juga pelayan!”Wajah Debbie berubah menjadi merah, karena marah. Ia terlihat tidak suka mendengar Ray mengungkit masa lalu almarhumah Ibunya.“Ibuku dan calon Istrimu jelas sekali berbeda! Dan kau tidak perlu menginga
“Apa! Mengapa harus memanggil polisi? Pelayan itu jatuh sendiri dan tidak ada perlunya sama sekali untuk memanggil polisi!” seru Debbie dari atas tangga.uta Ray memutar badan dari melihat pelayannya, ke arah Adiknya. Ia menatap Adiknya itu dengan tatapan tidak suka. “Kita akan membuktikan ucapanmu! Di rumah ini ada kamera pengaman untuk mengawasi apa yang terjadi di rumahku!” tegas Ray. Dengan cepat, sambil melompati dua anak tangga sekaligus Debbie mendekati Ray. Ia berhenti tepat satu anak tangga di atas Ray. Diguncangnya badan Ray dengan keras, sambil berteriak. “Kau tidak boleh melakukannya! Aku tidak mau masuk penjara!” Ray dengan kasar melepaskan pegangan Debbie. Tatapan matanya sedingin es, begitu pula dengan ucapannya. Ia mengatakan kepada Debbie, kalau dirinya tidak akan membiarkan Debbie begitu saja, setelah ia membuat Anna terluka. “Kau harus mendapatkan hukuman atas apa yang kau lakukan, agar kau tidak berani mengulanginya kembali!” kata Ray. Pelayan Ray yang terdia