Menurut catatan rumah sakit, Gloria Desplazado meninggal 23 tahun yang lalu. Jika Adelia mengaku bahwa Gloria sudah meninggal sebelum dia dilahirkan, maka usia Adelia tidak mungkin lebih dari 23 tahun. Artinya, besar kemunginan Adelia tidak tahu apa-apa tentang peristiwa yang terjadi pada 23 tahun silam. Leon menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan gundah. Ternyata, menguak tabir rahasia masa lalu memang bukanlah pekerjaan mudah. Namun, Leon tak berniat menyerah – apalagi setelah ia melangkah hingga sejauh ini. Jika Adelia tak tahu, bukan berarti orang lain juga tak tahu. “Selain kamu, masih adakah anggota Keluarga Desplazado yang lain? Semakin tua akan semakin baik,” tanya Leon, mencoba menguji peruntungannya. Bingo …!!! Keberuntungan ternyata masih menyertai Leon. Adelia mengangguk dan menjawab, “Masih! Selain aku, masih ada Ibu dan Nenek.” Leon bertanya lagi, “Bagus! Kalau boleh saya tahu, apa hubungan ibu dan nenekmu dengan Gloria?” Adelia menjawab, “Bibi Glori
Pagi menjelang. Matahari mulai menyunggingkan senyum hangat di ufuk timur. Cahayanya lembut menembus kaca jendela sebuah kamar di lantai atas Wisma Adulterium, mengiringi semilir embusan angin pagi yang sejuk, menyapa ramah seorang pemuda tampan bertubuh tinggi besar – yang tengah terpekur menyesali diri. Leon duduk menjuntai di tepi ranjang tanpa pakaian, selain selembar selimut tebal yang ujungnya ditarik sedemikian rupa untuk menutupi setengah bagian bawah tubuhnya. Sementara di belakangnya, Adelia tampak masih terlelap di bawah hamparan selimut yang sama. Tanpa terasa, pagi makin meninggi. Beberapa menit berlalu tanpa suara, kecuali dengkuran lembut Adelia yang bercampur dengan embusan napas berat Leon yang terdengar semakin putus asa. “Adelia … Adelia!” “Hhmmm …” “Bangun,” pinta Leon sambil mengguncang bahu Adelia. Adelia membuka matanya sekilas sambil menggeliatkan tubuhnya dengan gerakan malas yang mengundang. Dia melirik jam besar yang tergantung di dinding lalu kemb
Ruang makan Wisma Adulterium terbilang cukup luas. Sebuah meja panjang terbuat dari kayu kuno berwarna cokelat kehitaman tampak angker di tengah ruangan. Dua belas buah kursi yang sama bentuk dan ukurannya terdapat pada masing-masing sisi kanan dan kiri meja panjang itu. Sedangkan di kepala meja, ada sebuah kursi utama yang ukurannya lebih besar dan lebih tinggi. Adelia duduk di kursi pertama deretan sebelah kanan, bersebelahan dengan Leon. Di hadapan mereka, duduk seorang perempuan setengah baya yang wajahnya mirip dengan Adelia. Dia adalah Victoria Desplazado, ibu kandung Adelia. Di samping kiri Victoria, tepatnya di kursi utama yang terletak di kepala meja, tampak seorang perempuan tua berambut putih keperakan yang disanggul tinggi di atas kepala. Perempuan tua yang duduk dengan sikap anggun yang penuh intimidasi itu adalah Isabela Desplazado, neneknya Adelia. Dia adalah pemimpin Keluarga Desplazado. Keluarga Desplazado sendiri sebenarnya berasal dari Kota Gauri. Ratusan tahu
Victoria memandangi Leon dengan tatapan rumit.Senyum getir di bibirnya masih terlihat, bahkan tampak jauh lebih getir lagi. Sepasang matanya yang sejak tadi memang sudah mulai menitikkan air mata, kini mengalirkan lebih banyak lagi butiran-butiran bening penyayat hati itu.“Kenapa kamu ingin tahu?” tanya Victoria pada Leon.Leon menjawab gugup, “Karena … saya menduga, bahwa saya – adalah dia!”Victoria tersenyum lagi.Masih getir, walaupun sudah tak segetir tadi.Dia mengusap air matanya dan berkata, “Seandainya dugaanmu benar, mungkin aku adalah orang yang akan paling berbahagia. Tapi, dugaan saja – sama sekali tak cukup!”Leon terdiam.Dia bukan tidak tahu bahwa dugaan semata memang sama sekali tidak cukup untuk menguak rahasia masa lalu. Tapi yang dia punya saat ini – hanya dugaan!Hanya dugaan itulah satu-satunya harapannya saat ini.Setidaknya, dugaan itu mampu memberi arah pada pencariannya saat ini – walaupun mungkin bukan arah yang benar sama sekali!Leon menatap sepasang Vic
Isabela mengerti maksud Victoria.Dia sangat memahami apa yang dirasakan oleh ibu kandung Adelia itu.Tak mungkin Victoria sanggup menghancurkan hati putrinya sendiri.Akan tetapi, lebih tidak mungkin lagi bagi Victoria untuk membiarkan Adelia terlibat dalam hubungan sedarah!“Duduklah. Kita sudah sampai di sini, tak mungkin untuk mundur lagi ke belakang!” ujar Isabela tegas penuh wibawa.Victoria menurut.Dia kembali ke kursinya lalu duduk diam sambil menundukkan kepala.Tetes-tetes air mata yang menetes deras dan langsung jatuh ke pangkuannya lewat ujung hidung, jelas menunjukkan bahwa ibu kandung Adelia itu sudah kembali tenggelam dalam kesedihan yang tak berkesudahan.“Baiklah. Adelia, Leon, kami tidak akan melarang kalian berhubungan. Tapi, seluruh dunia mungkin akan mengutuk kita seumur hidup – jika ternyata kalian sebenarnya adalah adik dan kakak. Bahkan, mungkin kita tidak akan bisa mati dengan tenang!” ujar Isabela menyampaikan apa yang sebenarnya tadi ingin dikatakan oleh Vi
Leon pulang ke Morenmor pada hari itu juga. Dia membawa sampel darah dan beberapa helai rambut Victoria. Victoria yang memintanya untuk melakukan tes DNA secepatnya. Dia bahkan menyuruh Adelia untuk mengantarkan Leon hingga ke rumah sakit Medicamento Hospital. Lebih dari itu, dia juga melarang Adelia pulang tanpa membawa hasil tes itu. Padahal, proses tes DNA dapat memakan waktu antara dua hingga lima hari. “Bagaimana ini? Hasil tesnya baru keluar tiga hari lagi,” tanya Leon, terdengar agak gundah. “Tidak apa-apa, aku bisa menginap di hotel. Kalau mau, kamu boleh menemani. Sebelum terbukti bahwa aku adalah adikmu, aku tetap milikmu seutuhnya!” jawab Adelia, nakal seperti biasa. Leon sedikit terperangah mendengar ucapan Adelia. Walaupun terdengar seperti bercanda, dia cukup tahu bahwa Adelia serius dengan ucapannya. “Jangan sembarangan bicara. Kamu akan menyesal jika ternyata aku memang benar-benar kakak kandungmu!” tukas Leon, tak ingin terjebak kenakalan Adelia. “Tapi masih ad
Adelia tidak pergi jauh.Gadis itu bahkan tidak meninggalkan hotel sama sekali. Dia tak tahu harus ke mana dan tak mungkin juga kembali ke Granda Peko.Adelia sebenarnya hanya berlari masuk ke sebuah toilet yang terdapat di ujung selasar dekat lobby, lalu menangis di dalam. Dia menangis sambil memandang marah ke arah bayangannya sendiri pada sebuah cermin besar yang terdapat di sana.Dia bahkan bertanya pada bayangangannya, “Kenapa? Kenapa aku hanya bisa menjadi temannya? Dia memang tidak harus mengakuiku sebagai kekasihnya, tapi tidak perlu juga dia mengatakan bahwa aku adalah temannya. Apakah memang orang-orang di sini biasa tidur dengan temannya?”Tangis Adelia makin menjadi.Dia bersandar ke dinding sambil sesekali membenturkan kepala ke belakang.Beberapa saat kemudian Adelia mulai kelelahan sendiri. Dia kemudian duduk di lantai sambil memeluk lutut lalu meneruskan tangisnya dengan membenamkan wajah di antara kedua lengannya yang terlipat di atas lutut.Adelia menangis entah bera
“Apakah mereka mati?”Adelia bertanya dalam hati ketika Martin menariknya keluar dari Toilet.Awalnya dia berjalan mengikuti Martin sambil memejamkan mata. Akan tetapi ketika langkah kakinya tersandung sesuatu yang berat, dia terpaksa membuka mata.Dia langsung bergidik ngeri saat melihat bahwa kakinya ternyata telah tersandung pada sesosok tubuh lelaki tanpa celana. Selain itu, tiga sosok tak bercelana yang lain juga terlihat bergelimpangan tak beraturan di lantai toilet – tak jauh dari sosok yang pertama.Adelia langsung membuang muka.Setengah berlari, dia kemudian menyusul Martin yang sudah lebih dulu berada di luar Toilet.Beberapa saat kemudian, Martin dan Adelia sudah tampak duduk di dalam sebuah mobil sedan berbadan lebar warna hitam mengkilap. Bukan mobil mewah, tapi cukup mahal – sehingga tak harus selalu mengalah di jalan.Martin mengemudikan mobilnya perlahan meninggalkan kawasan hotel murahan di pinggiran Morenmor itu, sementara Adelia duduk di sebelahnya dengan air muka
Wisma Adulterium memang sudah habis terbakar dan Victoria pun telah meninggal dunia.Namun, target operasi senyap malam ini bukan hanya sebatas itu.Target operasi senyap yang digelar pada malam itu adalah membasmi keluarga Desplazado hingga ke akar-akarnya. Selama keluarga teratas Granda Peko yang dituduh bersekutu dengan Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus itu belum musnah sepenuhnya, maka operasi rahasia yang digagas oleh beberapa komandan senior pasukan milisi Morenmor itu tentu akan dianggap gagal.Victoria memang figur penting dalam Keluarga Desplazado, tetapi dia bukan satu-satunya tokoh berpengaruh di keluarga teratas Granda Peko itu. Masih ada Adelia dan Rudolf Subrata yang bahkan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar.Begitu juga dengan Wisma Adulterium.Istana cinta sesaat itu memang dikenal sebagai kediaman utama Keluarga Desplazado. Akan tetapi, sebenarnya tak banyak tokoh keluarga yang berdiam di sana. Bahkan, Adelia Desplazado yang telah resmi dinobatkan sebagai pemim
Wisma Adulterium sudah habis terbakar.Leon dan Adelia yang datang beberapa saat setelah segalanya terlambat hanya mendapati sekelompok petugas pemadam kebakaran Granda Peko yang sedang mencari dan mengumpulkan jenazah para korban. Pasangan suami istri terkaya seantero Morenmor itu hanya dapat menatap sedih campur marah ketika akhirnya mengenali bahwa dua di antara sosok-sosok tak bernyawa ditemukan oleh pasukan pemadam kebakaran adalah jenazah Lucas dan Victoria.“Maaf, Tuan, Nyonya. Kami tidak dapat berbuat apa-apa karena sekelompok tentara dari pasukan aliansi Morenmor membawa perintah resmi untuk memblokir jalan dan menutup semua akses menuju tempat ini Mereka mengatakan ada penyusup dari Negara Vicinus yang bersembunyi di Wisma Adulterium,” ungkap komandan pasukan pemadam kebakaran dengan menampilkan raut wajah penuh rasa bersalah, mencoba menjelaskan alasan keterlambatan mereka.Leon menyahut singkat sedikit ketus, “Kami tahu!”Dia kemudian memanggil delapan dari 24 orang pengaw
Lucas tewas.Dua belas pria misterius berkostum serba hitam, sekarang tinggal delapan orang.Ratusan orang pelayan, pengawal, dan gadis-gadis cantik pemuas syahwat, berikut para pria hidung belang yang menjadi tamu-tamunya, kini terjebak pasrah tanpa daya upaya apa pun. Mereka hanya bisa berkumpul sambil meratap, memohon agar diperbolehkan keluar dan meninggalkan Wisma Adulterium yang saat ini masih terus terbakar hebat.Sedangkan Victoria Desplazado yang merupakan target utama operasi senyap yang dijalankan oleh orang-orang berkostum serba hitam itu, saat ini masih bersembunyi di dalam kamar tidurnya yang tahan api dan anti peluru.Sebenarnya, dia mendengar dan sudah akan membuka pintu ketika Lucas menggedor-gedor pintu kamar sambil memanggil-manggil.Victoria tidak jadi membuka pintu karena sesaat kemudian dia mendengar suara tembakan di balik pintu kamarnya. Bagaimanapun, dia masih trauma karena pernah hampir mati ketika kepalanya tidak sengaja terserempet peluru yang menembus daun
Wisma Adulterium memiliki empat kamar istimewa yang amat berbeda daripada kamar-kamar yang lain, dua kamar ada di bangunan sayap barat dan dua lagi terdapat di bangunan sayap timur. Setiap kamar berukuran sangat luas dan perabotan di dalamnya juga amat mewah.Keempat kamar istimewa itu sudah ada sejak awal berdirinya Wisma Adulterium.Pada zaman dahulu, keempat kamar tersebut adalah kamar-kamar yang sengaja disiapkan sebagai tempat khusus untuk menyenangkan pejabat Kerajaan atau anggota Keluarga Istana. Tentu saja, banyak rahasia tingkat tinggi yang tersimpan di dalam kamar-kamar mewah itu.Rahasia-rahasia tingkat tinggi itulah sebenarnya yang menjadi dasar kekuatan dan pilar kekuasaan Keluarga Desplazado hingga mampu berdiri kokoh di Granda Peko selama ratusan tahun!Saat ini, salah satu kamar istimewa itu ditempati oleh Victoria Desplazado.Sebagai ruang pribadi yang sejak awal memang disiapkan untuk orang-orang dengan latar belakang dan identitas istimewa, kamar tidur yang kini dit
Sisi timur Wisma Adulterium mulai terbakar hebat.Sementara, pria berkostum serba hitam yang telah berubah menjadi monster api masih terlihat berlarian tak tentu arah dengan api berkobar-kobar di seluruh tubuhnya. Setiap langkahnya meninggalkan jejak api menyala dan membuat kebakaran di kediaman utama Keluarga Desplazado semakin meluas.Lucas menembak lagi dan monster api pun berhenti berlarian, tumbang dengan seluruh tubuh masih berkobar.Akan tetapi, ternyata bukan hanya ada satu monster api di Wisma Adulterium!Seorang wanita penghuni wisma dan satu tamu lelakinya juga telah berubah menjadi monster api. Pasangan tanpa ikatan resmi itu tengah terlelap dalam kenikmatan ketika sebuah botol berisi minyak dengan sumbu menyala terbang menembus jendela kamar, lalu pecah dan membakar ujung seperei ranjang mereka. Keduanya baru terbangun saat pakaian dan rambut mereka dijilat api.Tak butuh waktu lama, beberapa ruangan di lantai dua Wisma Adulterium pun terbakar hebat dan menciptakan lebih
“Hati-hati …”“Tenanglah, jangan berisik …”Dua orang lelaki berpakaian serba hitam berjalan mengendap-endap mendekati gerbang sebuah bangunan besar berlantai dua di pusat kota Granda Peko, Wisma Adulterium.Tidak terlalu jauh di belakang kedua orang itu, masih ada sepuluh orang lainnya yang juga berpakaian serba hitam. Mereka bersembunyi di balik bayangan pepohonan atau mobil-mobil yang parkir di pinggir jalan.Melihat gelagat yang ditunjukkan oleh sikap dan gerakan mereka, sudah dapat dipastikan bahwa orang-orang berpakaian serba hitam itu memiliki tujuan jahat. Niat jahat mereka tak perlu diragukan lagi ketika dua orang pertama tiba-tiba memanjat gerbang dan melompat masuk. Apa pun alasannya, hanya orang jahat yang akan masuk dengan cara memanjat pintu gerbang!Tak lama berselang, terdengar suara berderit halus dan pintu gerbang pun terbuka dari dalam.Ternyata, kedua orang yang tadi melompat masuk itulah yang membukanya.Sepuluh orang berpakaian serba hitam yang lain pun langsung
Grace tak bisa berbuat apa-apa.Pesan rahasia yang dikirimkan Winston amat jelas. Setiap kalimat tersusun dengan sempurna dan terasa amat sesuai dengan situasi yang tengah berlangsung, menimbulkan kesan yang begitu nyata dan hampir tak mungkin untuk disangkal.Apalagi, dia pun telah terlanjur kelepasan memberi jawaban tak jujur kepada Adelia.Akhirnya, Grace hanya bisa terdiam pasrah – hingga bahkan tak sadar keningnya berdarah.Sementara di sisi lain, Adelia tampak terengah-engah menahan murka. Rentetan kata kasar dan caci maki yang meluncur deras dari celah bibirnya seolah tak pernah cukup untuk meluapkan amarah dan rasa kecewa di hatinya. Lebih dari itu, emosinya bahkan tidak berkurang sedikit pun walau hampir semua barang yang dapat dijangkaunya telah dia ambil dan lemparkan ke tubuh Grace!Beruntung, masih ada sedikit kewarasan yang tersisa dalam benak Adelia.Wanita jelita yang hampir sepenuhnya dikuasai emosi itu akhirnya berhenti mengamuk. Dengan suara yang melengking tinggi,
Saling todong antara Grace dan para petugas keamanan rumah sakit Medicamento Hospital masih terus berlangsung. Tak ada pihak yang mau mengalah, tetapi tak ada pula yang berani untuk memulai tembak-menembak.Kedua belah pihak sama-sama menunggu.Sementara itu, Edward telah dibawa ke ruang perawatan.“Beritahu Nyonya Adelia, Tuan Edward ternyata benar-benar keracunan!” ucap seorang dokter muda setelah memeriksa kondisi Edward.Selang beberapa saat, Adelia pun tiba di ruang perawatan Edward.“Bagaimana keadaannya?” tanya wanita berparas bidadari itu dengan nada suara yang terdengar sedikit panik.Dokter menggeleng lemah lalu menjawab lirih, “Maaf, Nyonya. Kami masih belum dapat mengidentifikasi racun di dalam tubuh Tuan Edward. Untuk sementara, kami hanya dapat memperlambat penyebaran racun itu supaya tidak membahayakan organ vital.”Seorang perawat laki-laki kemudian menambahkan, “Sebenarnya, kita dapat menggali informasi dari wanita yang membawa Tuan Edward ke sini. Akan tetapi, wanita
Hari itu, Edward memang tak mungkin dihubungi.Sejak tadi malam, putra Victoria Desplazado yang juga merupakan suami Grace Wijaya itu telah dikurung di salah satu gudang bawah tanah pabrik obat Sanus Pharmacy. Dia ditangkap dan dikurung oleh Winston Wijaya karena ketahuan menelepon ibunya, pada suatu sore dua hari yang lalu.Saat itu, Winston mendengar bahwa Edward siap bekerja sama untuk mengusir orang-orang dari Negara Vicinus yang bercokol di pabrik obat Sanus Pharmacy.Seolah terinspirasi oleh pembicaraan telepon yang tak sengaja didengarnya tersebut, Winston selaku tetua Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus langsung menyusun rencana untuk menjadikan Edward sebagai mata-mata.Demi memuluskan rencananya, dia memerintahkan Riana Blake agar meracuni Edward!Selain itu, dia juga memaksa Grace untuk membantu.“Sebentar lagi, Negara Vicinus mungkin akan terlibat dalam perang terbuka melawan Morenmor. Keluarga Wijaya adalah keluarga teratas di Negara Vicinus, tentu harus melakukan yang te