Adelia sudah pingsan selama dua hari.Selama dia pingsan, setengah Morenmor tenggelam dalam kekacauan.Kekacauan itu berawal dari sosok Martin yang marah dan kemudian kembali ke hotel murahan tempat Adelia dilecehkan. Sendirian, lelaki tua dengan kemampuan beladiri di luar nalar itu mengamuk dan mengahancurkan benda apa saja yang dilihatnya di hotel itu.Tak peduli apakah itu tamu atau karyawan hotel, semua orang yang berada di hotel itu – terkena imbas dari kemarahannya. Bahkan, orang-orang bodoh yang karena kebodohannya sengaja datang untuk menonton, juga tak luput dari kemarahan Martin.Yang paling ringan adalah ditempeleng sambil dicaci maki, sedangkan yang terparah adalah terpaksa harus mengalami patah tulang atau muntah darah. Tidak ada seorangpun yang dibunuh, walaupun sebagian besar dari orang-orang itu meratap dan memohon – agar diberi kematian yang cepat!Martin sepertinya benar-benar kalap.Dia tak pernah begini sebelumnya.Terakhir dia menggila seperti ini adalah 25 tahun
Hari ini, Adelia sudah pulih sepenuhnya.Dia juga sudah tahu bahwa Leon bukan kakak kandungnya.Saat ini, dia sedang bersiap-siap berangkat, hendak kembali ke Wisma Adultrium di Granda Peko.Leon ingin mengantar, tapi Adelia menolak keras.Gadis berparas bidadari itu berkata dengan nada pahit, “Semua sudah jelas sekarang. Kamu sudah terbukti bukan kakak kandungku, artinya kita bukan siapa-siapa. Aku hanya temanmu, jadi kamu tidak perlu mengantarku. Aku tidak mau jika nanti Ibu dan Nenek menyangka bahwa ada sesuatu yang lain di antara kita. Lebih baik kamu lanjutkan usahamu untuk menemukan keluargamu yang asli!”Leon tercenung mendengar ucapan Adelia.Dia ingat, pertemuannya dengan gadis berparas bidadari itu memang berawal dari kedatangannya ke Granda Peko.Saat itu, dia memang sengaja mengunjungi Wisma Adulterium untuk melacak jejak kematian Gloria Deplazado yang dia kira adalah ibu kandungnya.Namun segalanya justru berkembang ke arah yang berbeda dan sama sekali tidak sesuai dengan
Adelia bukan hanya cantik. Di balik kecantikan parasnya yang nyaris melampaui bidadari itu ternyata tersimpan kecerdasan yang juga jauh di atas rata-rata. Dia nyaris tak butuh usaha keras sama sekali untuk memahami semua tugasnya sebagai sekretaris CEO Medicamento Hospital. Selain itu, tekad Adelia yang hendak mempersembahkan sebuah pengabdian tanpa batas sebagai wujud perasaan cintanya pada Leon – juga membuat gadis berparas bidadari itu senantiasa terus menempa diri demi mengembangkan kemampuannya. Lebih dari itu, dukungan Ray sebagai pengawal pribadi sekaligus tangan kanan Adelia juga tak dapat diabaikan begitu saja. Mantan satpam rumah sakit yang banyak memiliki hubungan di kalangan dunia gelap itu sangat menopang Adelia dalam menggali dan mengembangkan semua potensi dirinya. Yang paling mengejutkan, ternyata diam-diam Martin juga mulai mengajarkan ilmu beladiri kepada Adelia. Guru sekaligus ayah angkat Leon itu sepertinya agak trauma dengan kejadian tragis yang hampir menimpa
Sesuai perintah Kakek Sanjaya, Martin datang menemui Pamela sekali lagi. Seperti yang terjadi sebelumnya, kedatangan Martin kali inipun tidak disambut baik oleh Pamela. Persis sebagaimana yang telah diperkirakan oleh Kakek Sanjaya, istri pertama Jenderal Charles itu memang menggunakan gosip tentang kedekatan Leon dan Adelia sebagai alasan untuk menentang perjodohan Nova dengan Leon. “Jika kamu datang hendak membicarakan tentang perjodohan putriku dengan Leon, maka lupakan saja. Aku tidak akan pernah menerima Leon sebagai menantuku! Suruh saja dia menikahi sekretaris rendahan itu!” ucap Pamela tanpa menahan apapun. Raut tidak senang tampak tergambar jelas di wajah menantu pertama Kakek Sanjaya itu. Martin tersenyum simpul mendengar ucapan Pamela. Dia tidak marah sama sekali. Dia malah menanggapi dengan amat santai, “Wah, ternyata Nyonya juga sudah termakan oleh gosip murahan itu. Tapi kedatangan saya hari ini bukan untuk membicarakan masalah itu. Sesuai kesepakatan sebelumnya, kit
“Martin!”“Alexa?”“Maafkan aku,” desis Alexa seraya melemparkan sebilah pisau kecil berwarna ungu mengkilap ke arah tubuh Martin.Martin hanya terkekeh melihat serangan Alexa yang sangat mendadak.Dia kemudian bergeser setengah langkah, mengelak dari jalur lintasan pisau yang dilemparkan Alexa – lalu melompat kabur dan hilang ditelan kegelapan.“Celaka!”Alexa memekik tertahan saat menyadari serangannya gagal.Dia langsung sadar, peluangnya untuk membunuh Martin akan langsung turun 100% ketika pisau yang dilemparkannya itu meleset.Padahal, dia sudah mengambil risiko yang amat tinggi dengan membiarkan Martin melihat dan mengenali wajahnya. Dia berani mengambil risiko itu karena berpikir bahwa malaikat pelindung Keluarga Sanjaya itu pasti akan terkejut dan kehilangan kewaspadaan – saat mengenalinya.Akibatnya, Martin memang terkejut.Namun, lelaki gagah itu tidak kehilangan kewaspadaan sedikitpun.Dia hanya kehilangan sedikit kelincahan dan kecepatannya.Akan tetapi bukan karena kaget
“Martin …”Kakek Sanjaya bergumam sedih campur marah ketika mengenali arloji dan cincin yang masih terpasang pada sebuah potongan tangan kiri manusia sebatas lengan atas yang baru saja diantarkan oleh seorang petugas polisi berpakaian preman.Selanjutnya, kegemparan hebat pun melanda istana kediaman Keluarga Sanjaya.Hampir semua anggota keluarga berkumpul di sebuah pergola besar seperti pendopo yang terdapat di taman belakang paviliun utama. Soraya Clint dan putranya, Edward Sanjaya, terlihat duduk dengan raut bingung campur tegang di antara mereka.Selain itu, seluruh pelayan dan pasukan pengawal juga dikumpulkan di suatu lapangan luas dekat pergola itu. Mereka tampak menunggu sambil saling bertanya-tanya antara satu dengan yang lainnya.“Ada apa ini?”“Siapapun, tolong beritahu aku – ada apa ini?”“Sepertinya ada masalah besar, tidak biasanya Tuan Besar menyuruh kita berkumpul di sini.”“Tapi masalah apa?”“Ssst – diam, Tuan besar sudah datang. Jangan ada yang bicara lagi!”Semua s
Hari itu Pamela amat berduka.Dia terlihat berdiri mematung di depan jasad Alexa masih terbujur kaku di atas ranjang.Jenazah perempuan tua itu tampak terbungkus rapat oleh selimut, persis seperti kepompong. Hanya wajahnya yang nampak, berwarna ungu kebiruan dengan urat-urat ungu kehitaman yang terlihat menonjol di sana sini – seolah ingin memberi kabar bahwa dia amat tersiksa sebelum mengembuskan napasnya yang terakhir.Pamela bergidik ngeri menyaksikan keadaan mayat Alexa.“Maafkan aku, Bibi. Siapapun yang telah melakukan ini padamu – aku tidak akan melepaskannya!” gumam Pamela lirih, setengah murka setengah berduka.Dia kemudian mulai memeriksa keadaan jasad Alexa, berusaha menemukan sesuatu yang dapat menjadi petunjuk untuk memulai penyelidikan.Sementara pada waktu yang sama di luar tembok benteng mansion mewah Pamela, Leon juga sedang memeriksa beberapa bekas bercak tetesan darah yang telah mengering di beberapa tempat – dekat sebuah jalan setapak yang letaknya tersembunyi jauh
Bukit Desperato sebenarnya adalah sebuah kawasan wisata yang cukup indah. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Hutan Mors – yang sebenarnya lebih mirip taman alam berukuran raksasa ketimbang dianggap sebagai hutan – membuat kawasan perbukitan yang masih sangat asri itu tersohor hingga ke seluruh pelosok Negara Pecunia. Banyak keluarga dari kalangan atas yang membangun vila dan mansion mewah sebagai rumah peristirahatan di kawasan Bukit Desperato. Sesuai hukum tidak tertulis Morenmor, semua bangunan yang mereka dirikan itu diatur berdasarkan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya. Vila milik keluarga kelas dua hanya boleh dibangun di area kaki bukit, sementara keluarga-keluarga teratas Morenmor berhak mendirikan mansion-mansion mewah mereka di lereng bukit – atau lokasi yang lebih tinggi lagi sesuai dengan reputasi dan status sosial mereka. Tentu saja, tempat yang paling bergengsi adalah puncak Bukit Desperato! Di puncak bukit itulah mansion mewah milik Pamela Atmaja be
Adelia memang tidak menjelaskan rencananya pada Lucy.Namun, wanita kaya berparas bidadari itu menjelaskan semuanya pada Karina dan Morina serta Sherina. Bagaimanapun, pada kenyataannya – ketiga orang pengawal wanita itulah yang sebenarnya lebih berperan dalam menjalankan kebijakan perusahaan Grup Menara Crudel.Seperti yang diharapkan dari para pengawal papan atas Keluarga Sanjaya, ketiga pengawal wanita itu pun langsung mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan arahan Adelia.“Semua sudah dilaksanakan sesuai rencana, Nyonya. Orang-orang kita sudah berhasil menyusup ke pabrik obat Sanus Pharmacy dan akan langsung bergerak untuk merusak beberapa mesin produksi,” lapor Karina pada suatu hari.Sherina kemudian menambahkan, “Selain itu, seluruh klinik dan balai pengobatan yang tergabung dalam jaringan mitra asuransi Grup Menara Crudel juga sudah siap untuk mulai mengajukan pesanan obat kepada pabrik obat Sanus Pharmacy secara besar-besaran.”“Kami juga sudah menemui Tuan Vincent Marg
Tiga hari kemudian, Lucy terlihat meninggalkan rumah sakit Medicamento Hospital dengan menggunakan kursi roda bersama tiga orang pengawal wanita.Ketiga pengawal wanita itu adalah Morina, Sherina dan Karina.Tiga tahun yang lalu, mereka pernah bertugas di Wisma Adulterium sebagai pengawal pribadi Adelia sebelum wanita berparas bidadari itu resmi menjadi istri Leon.Saat itu, Karina sempat dilecehkan secara biadab oleh anak buah Rudolf yang kemudian berakhir dengan peristiwa bunuh diri Isabela Desplazado. Setelah peristiwa tragis itu, pengawal wanita malang tersebut dipaksa masuk kamp pelatihan khusus untuk mengobati trauma sekaligus meningkatkan kemampuannya. Hasilnya, dia pun menjelma menjadi salah satu pengawal wanita terkuat dan terkejam yang paling diandalkan oleh Keluarga Sanjaya! Saat ini, Karina yang bertindak sebagai pendorong kursi roda yang diduduki Lucy. Adapun Morina dan Sherina, mereka tampak berjalan tegap dengan sikap waspada di sebelah kanan dan kirinya.Selain ketiga
Sebenarnya, perpecahan dalam Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sudah lama terjadi. Konflik tersebut berawal ketika Winston Wijaya dan Duta Besar Bernard Wijaya ternyata sama-sama berambisi untuk menguasai Morenmor!Namun, perseteruan di antara mereka tak pernah terungkap ke permukaan karena kedua orang super licik itu sama-sama pandai mengemas ambisi pribadinya di balik permusuhan abadi antara Keluarga Sanjaya dan Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Mereka senantiasa menjadikan konflik abadi antar keluarga teratas tersebut sebagai alasan untuk bekerja sama dan saling memanfaatkan, walaupun sebenarnya masing-masing memiliki tujuan sendiri yang amat berbeda – bahkan saling bertabrakan.Perseteruan di antara mereka baru mulai memanas sejak Negara Pecunia dan Negara Vicinus menggelar program kerjasama dalam bidang kesehatan.Dalam program kerja sama kesehatan tersebut, Winston memaksa perusahaan Sanus Pharmacy milik Grace untuk menjadi perwakilan Keluarga W
Leon datang bersama Adelia.Lucy amat terkejut ketika tidak mendapati sedikit pun raut permusuhan pada wajah kedua orang suami istri itu. Sebaliknya, senyum hangat penuh persahabatan justru terlihat menghiasi wajah pasangan paling berpengaruh di seantero Morenmor tersebut.“Apa kabar? Lama tak berjumpa,” sapa Leon ramah.“Ba … baik. Terima kasih,” jawab Lucy, entah kenapa – mendadak jadi gugup sendiri.Melihat sikap Lucy yang mendadak gugup melihat kedatangannya, Leon segera mengalihkan perhatian ke arah layar monitor di samping ranjang pasien berkaki pincang itu. Dia terlihat serius mengamati deretan angka dan grafik yang tertera di sana sebelum berkata, “Syukurlah, keadaanmu sudah jauh lebih stabil sekarang.”Leon diam sebentar dan kembali mengalihkan pandangannya pada Lucy lalu melanjutkan ucapannya, “Akan tetapi, luka-lukamu belum sembuh sepenuhnya dan masih memerlukan perawatan lanjutan. S
Fajar baru saja menjelang, matahari bahkan belum mulai tersenyum di ufuk timur.Namun, sebuah sepeda motor besar terlihat sudah melaju tanpa perhitungan di atas aspal jalanan. Tanpa basa-basi, suara kenalpotnya yang bising menerobos jendela-jendela rumah penduduk yang kebanyakan masih tertutup rapat.“Keterlaluan, pukul berapa ini?”“Dasar sinting, masih pagi sudah kebut-kebutan!”“Demi langit dan bumi, semoga orang gila itu kecelakaan!”Pagi itu, penduduk Morenmor mengawali hari dengan sumpah serapah yang tak berkesudahan.Orang-orang itu baru berhenti mengutuk ketika suara bising mesin sepeda motor yang telah mengganggu tidur mereka itu tiba-tiba berganti dengan suara lain yang jauh lebih keras. Tak perlu penjelasan apa pun, penduduk kota Morenmor langsung tahu bahwa langit telah mewujudkan kutukan yang mereka lontarkan terhadap sepeda motor pengganggu itu.Tak ada keraguan sedikit pun, sepeda motor yang meresahkan itu sepertinya memang benar-benar mengalami kecelakaan – selaras den
Riana menemui Lucy tanpa membawa pengawal seorang pun. Selain karena tugas yang sedang dilaksanakannya kali ini adalah misi rahasia yang diperintahkan secara langsung oleh Winston, dia juga amat percaya diri pada kemampuannya sebagai seorang ahli racun. Dia sama sekali tak tahu bahwa Lucy adalah seorang petarung yang cukup berpengalaman.Sebaliknya, dia bahkan menganggap wanita berkaki pincang yang saat ini berada di hadapannya adalah sosok lemah yang patut dikasihani!“Selamat siang, Nyonya. Perkenalkan, nama saya Riana Blake dari perusahaan Sanus Pharmacy. Mohon maaf, saya terpaksa membius beberapa orang pengawal di depan supaya bisa bertemu Nyonya secara pribadi tanpa harus terganggu oleh apa pun atau siapa pun. Nyonya tidak perlu cemas, mereka hanya pingsan. Mereka akan siuman satu atau dua jam lagi,” ujar Riana datar penuh intimidasi, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.Beberapa saat lalu, dia memang telah meracuni seluruh petugas keamanan yang berjaga di depan kantor
Edward mungkin naif.Akan tetapi, dia tidak bodoh!Dia langsung waspada ketika tiba-tiba Lucy Sasmita menemuinya secara rahasia sambil membawa satu bundel berkas dokumen perusahaan Grup Menara Crudel. Apalagi, gadis tomboy berkaki pincang itu mengaku disuruh oleh Donald Wijaya.“Donald hanya memintamu untuk tanda tangan,” ucap Lucy tegas, tanpa basa-basi sedikit pun.Edward tersenyum jijik mendengar ucapan Lucy.Sekali lagi, dia membaca seluruh berkas perusahaan yang dibawa oleh gadis tomboy itu. Tak butuh banyak penjelasan, dia langsung paham bahwa Donald Wijaya berniat mengambil alih Grup Menara Crudel dan akan mengaktifkannya kembali – secepatnya.“Sebenarnya, aku tidak keberatan sama sekali untuk tanda tangan. Sejak awal, perusahaan Grup Menara Crudel memang didirikan atas prakarsa Donald dan Duta Besar Bernard Wijaya. Namun, kontribusi dan pengorbananku juga tidak sedikit. Tanpa diriku, perusahaan itu tidak akan pernah ada!” ucap Edward sinis, tanpa mengalihkan pandangan sedikit
Restoran Cheap Cibum adalah sebuah rumah makan besar yang terletak tak terlalu jauh dari komplek kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Menu yang tersedia amat terbatas, hanya camilan sederhana dan minuman kelas bawah yang justru dibanderol dengan harga amat mahal. Tak perlu banyak penjelasan, sejatinya – restoran ini memang tidak menjual makanan atau minuman sebagai sumber pendapatan utamanya.Tidak ada orang yang datang ke restoran Cheap Cibum untuk makan atau minum!Mereka yang datang ke restoran itu kebanyakan merupakan orang-orang misterius dengan latar belakang tak jelas, bahkan cenderung mengerikan. Biasanya, mereka datang untuk menjual atau membeli informasi. Selain itu, ada pula yang datang untuk mencari orang bayaran yang bersedia melakukan pekerjaan kotor – seperti menculik atau menghabisi orang!Di luar dugaan, Donald Wijaya ternyata adalah salah satu pelanggan VIP Cheap Cibum.Walaupun tidak terlalu sering berkunjung, tak a
Begitu saja, rencana Winston telah maju selangkah.Lelaki tua bertampang bengis itu berhasil menggiring hampir seluruh anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus untuk mengikuti rencananya. Tanpa banyak tenaga, dia berhasil mendapatkan dukungan dari hampir semua tetua dan pemimpin keluarga cabang. Sudah barang tentu, semuanya sepakat untuk mendukung idenya membangun pabrik obat baru di Morenmor – tentu saja di bawah naungan tanggung jawab Grace selaku pemegang saham terbesar Sanus Phamacy.Sukses dengan langkah pertama, Winston segera melanjutkan dengan langkah kedua. Tanpa membuang waktu sedikit pun, dia langsung menempatkan satu orang kepercayaannya untuk mendampingi sekaligus mengawasi Grace dalam menjalankan proyek pembangunan pabrik obat tersebut.Orang kepercayaan Winston tersebut bernama Riana Blake.Dia adalah seorang wanita setengah baya berusia antara 35 atau 40 tahun yang sebenarnya bukan anggota Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus sama