Lucas memang tidak mengajak Rebeca menemui Kakek Sanjaya. Sebaliknya, dia justru berencana membawa putri bungsu Keluarga Atmaja itu menghadap Martin.Sesuai arahan Martin, dia akan membawa Rebeca menemui lelaki gagah berlengan tunggal itu di suatu lapangan terpencil di pinggiran Granda Peko yang letaknya tak terlalu jauh dari vila rahasia yang sekarang ditempati oleh Leon dan Adelia.Saat itu, hari sudah larut malam. Suasana di sekitar lapangan yang ditetapkan sebagai tempat pertemuan tampak gelap dan sedikit mencekam, tanpa ada seorang pun yang terlihat di sana.Lucas memacu mobil Humvee yang dikendarainya memasuki area yang sangat terpencil itu tanpa keraguan sedikit pun. Sementara di sebelahnya, Rebeca tampak sedikit bingung dan khawatir saat menyadari bahwa kendaraan yang mereka tumpangi ternyata sudah tidak lagi berjalan di atas aspal.“Tempat apa ini? Mau ke mana kita sebenarnya?” tanya Rebeca, antara bingung dan penasaran.Lucas menjawab santai, “Jangan khawatir, aku tidak akan
Rebeca mengangkat wajahnya perlahan.Dia memandang Martin dengan tatapan memohon.Wanita matang berpenampilan tomboy itu kemudian berlutut di tanah dan berkata lirih, “Maafkan saya, Tuan. Keluarga Atmaja telah melakukan banyak kesalahan, saya sungguh tidak berguna. Mohon hukum saya, Tuan.”Martin hanya tersenyum tipis. Pria tua berlengan tunggal itu tahu bahwa gadis tua yang pernah menjadi muridnya itu sebenarnya tak memiliki banyak peran dalam Keluarga Atmaja.“Kamu pernah menjadi muridku dan aku tidak melihat kamu melakukan kesalahan apa pun. Bangunlah, tidak seharusnya kamu berlutut dan menanggung kesalahan Keluarga Atmaja!” sahut Martin seraya mengibaskan tangannya yang hanya tinggal sebelah.Namun, Rebeca tidak bergerak.Sepertinya, dia bertekad untuk menjadikan dirinya sebagai tumbal kesalahan Keluarga Atmaja.Dia bahkan berkata, “Maaf, Tuan. Saya adalah putri Keluarga Atmaja, punya kewajiban untuk berbakti pada keluarga. Mohon jatuhkan hukuman pada saya, Tuan. Setidaknya hukuml
Martin berindak cepat.Malam itu juga, dia memerintahkan Lucas untuk menempatkan pasukan pengawal Keluarga Sanjaya di sekitar kediaman Keluarga Atmaja. Selain itu, dia juga memerintahkan beberapa orang terbaiknya agar segera bergerak ke puncak Bukit Desperato untuk menculik Pamela.Sementara, dia sendiri segera kembali ke Morenmor untuk menghadap Kakek Sanjaya dan melaporkan hasil pembicaraannya dengan Rebeca Atmaja.“Menurut pengakuan Rebeca, Nyonya Pamela juga sudah memberitahu Nyonya Soraya tentang identitas Leon yang sebenarnya,” ujar Martin menghakhiri laporannya.“Apakah Leon sudah tahu?” tanya Kakek Sanjaya.“Belum, Tuan Besar. Sejauh ini hanya Nyonya Pamela, Nyonya Soraya, dan Rebeca, serta saya dan Tuan Besar yang mengetahui hal ini. Apakah Tuan Besar ingin agar saya memberitahu Tuan Muda?” jawab Martin, tiba-tiba sudah menyebut Leon dengan sebutan Tuan Muda.Kakek Sanjaya menggeleng dan menjawab, “Tidak perlu, aku sendiri yang akan bicara padanya!”Martin langsung menyambut
Martin masih terdiam.Dia memandang Kakek Sanjaya dengan tatapan bersalah yang penuh penyesalan.Samar-samar terdengar suaranya memohon maaf, “Maafkan saya, Tuan Besar. Saya tidak berpikir hingga sejauh itu. Saya akan mencari cara lain agar Nona Adelia dan Tuan Muda Leon dapat saling menerima dan memahami sebagaimana yang seharusnya. Saya berjanji, mereka akan dipersatukan di bawah restu Tuan Besar sebagai kakek kandung Tuan Muda Leon!”Kakek Sanjaya mendengus pendek seraya mengibaskan tangan.“Sudahlah, lupakan saja! Sekarang, panggil kedua anak itu. Aku akan bicara dengan mereka,” titah pemimpin Keluarga Sanjaya itu tak ingin terlalu menekan orang kepercayaan yang juga merupakan anak angkatnya itu.Martin segera bergerak.Tidak sampai lima menit kemudian, dia sudah kembali bersama Leon dan Adelia.Kakek Sanjaya tidak membuang waktu dan langsung angkat bicara, “Leon, Adelia, apakah kalian tahu kenapa aku memanggil kalian?”Leon dan Adelia saling berpandangan sejenak, lalu menggeleng
Hari itu, Kakek Sanjaya kembali membawa Leon ke ruang rahasia yang terdapat di balik lemari di ruang kerja pribadinya. Dia kemudian duduk di satu-satunya kursi yang terdapat di ruang rahasia itu, dengan kedua tangan terlipat rapih di atas meja yang juga cuma satu-satunya.Seperti dulu, pemimpin Keluarga Sanjaya itu mengambil pena dan selembar kertas berlogo emas.Akan tetapi, kali ini dia tidak langsung menulis seperti dulu.Dia menatap tajam ke arah Leon dan berkata, “Mendekatlah!”Leon menurut.Kakek Sanjaya kemudian bicara lagi, “Dulu, aku pernah memberitahumu bahwa siapa pun yang masuk ke ruangan ini tidak akan pernah keluar lagi kecuali dia sudah menjadi pemimpin Keluarga Sanjaya. Apakah kamu masih ingat?”Leon mengangguk.Kakek Sanjaya tersenyum tipis lalu melanjutkan, “Dulu, aku membiarkanmu keluar dari ruangan ini tanpa menjadi pemimpin Keluarga Sanjaya karena kamu bersumpah akan melindungi tahta Keluarga Sanjaya dengan nyawamu sampai cucuku yang asli ditemukan. Apakah kamu ma
Leon meninggalkan paviliun timur istana Keluarga Sanjaya dengan perasaan gundah. Langkahnya tampak sedikit gontai, sukses membuat siapa pun yang berpapasan dengannya mendadak merasa takut dan khawatir. Bagaimanapun, semua pelayan dan pengawal telah mendapat informasi bahwa dia adalah Tuan Muda Keluarga Sanjaya yang sebenarnya.Dia terus berjalan.Melangkah tanpa arah pasti, sekedar mengikuti kegalauan hati yang makin menjadi.“Aku mungkin memang putra kandung mendiang Jenderal Charles Sanjaya dan Nyonya Soraya Clint, tetapi aku sama sekali bukan merupakan buah cinta mereka!” gumam Leon dalam hati, teringat pada catatan medis rumah sakit yang menerangkan bahwa kehamilan Soraya 25 tahun lalu adalah hasil sebuah proses inseminasi buatan.Leon tersenyum getir mengenang perjalanan hidupnya.Dia lahir sebagai seorang calon pewaris tunggal Keluarga Sanjaya, tetapi justru harus menjalani masa kecil di sebuah panti asuhan kumuh sebagai seorang bocah yatim piatu tanpa nama keluarga yang tersema
Keluarga Desplzado kembali menjadi topik pembicaraan masyarakat Granda Peko ketika sebuah sedan limusin mewah berwarna putih dan tiga unit mobil jenis SUV besar berwarna hitam mengkilap terlihat parkir di pekarangan depan Wisma Adulterium. Keempat mobil mewah berharga miliaran yang parkir berjajar dengan mesin dibiarkan tetap menyala itu adalah kendaraan operasional pasukan khusus pengawal Keluarga Sanjaya yang baru saja digunakan untuk mengantar Adelia.Hari itu, Adelia memang pulang ke Wisma Adulterium dengan dikawal oleh pasukan khusus pengawal Keluarga Sanjaya.Para pengawal tersebut berjumlah 12 orang, sembilan orang di antaranya adalah pengawal laki-laki dan tiga orang sisanya adalah pengawal wanita. Semuanya mengenakan setelan lengkap berwarna serba hitam dengan lencana kecil berwarna kuning keemasan tersemat pada lapel sebelah kiri jas yang mereka kenakan.Empat orang pengawal pria tampak berdiri gagah di samping pintu mobil sisi pengemudi. Sementara empat lainnya dan dua oran
Isabela terdiam cukup lama.Dia tak tahu apakah harus marah atau harus malu.Akan tetapi, sikap tegas dan ucapan tajam Adelia benar-benar memaksanya untuk berpikir keras. Bagaimanapun, budi dan dendam memang memiliki kedudukan yang sama. Cepat atau lambat, keduanya tetap wajib untuk dibalas dengan setimpal.Dia akhirnya mengembuskan napas panjang tak berdaya lalu berkata, “Leon dan Keluarga Sanjaya memang telah banyak berjasa kepada Keluarga Desplazado. Kita memang berutang budi pada mereka. Namun, apakah jasa dan budi baik mereka sudah cukup untuk menebus dosa Soraya yang telah membunuh Gloria 24 tahun lalu? Aku tidak dapat memutuskannya begitu saja!”Adelia pun tersenyum dan berkata, “Maaf, Nek. Cukup atau tidak, semua tergantung sepenuhnya pada Nenek. Jika Nenek mau memaafkan, maka semua itu sudah lebih dari cukup. Namun, seluruh kebaikan Leon dan Keluarga Sanjaya tidak akan ada artinya sama sekali jika Nenek hanya mengingat kesalahan dan kejahatan Nyonya Soraya saja. Bukankah begi