“Aku tidak memiliki banyak waktu, Kevin. Kau, harus segera memutuskan, siapa yang harus kau selamatkan. Felisha atau anakmu?” desak Dokter Anggi membuat pikirannya Kevin kalut. Namun waktu terus berjalan, jika ia tidak segera memutuskannya maka bayi di dalam kandungannya bisa keracunan dan jika hal tersebut terjadi, Felisha juga bisa mengalami serangan jantung. “Kevin, maaf, aku tidak punya waktu lagi untuk menunggu lebih lama. Tolong cepat putuskan saat ini juga,” desak Anggi sekali lagi dan itu membuat Kevin muak. “Okay! Okay! Selamatkan Felisha! Utamakan keselamatan Felisha!” teriak Kevin dengan berderai air mata. Bisa saja kejadian ini adalah karma yang harus dibayar oleh Kevin karena sudah memaksa Felisha untuk mengandung anak yang tidak pernah diinginkan oleh Felisha. Hingga membuat segala penantian selama ini bisa saja menjadi penantian yang paling menyakitkan dalam kehidupan Kevin. “Baiklah! Kalau begitu lanjutkan
Dokter Anggi lantas menghela nafas, dia tidak bisa mengatakan jika saat ini anak di dalam kandungan itu sangat lemah. Karena sebelum Felisha sadar, dokter Anggi sudah memeriksa denyut jantung bayi dan denyut jantung yang terdengar saat sudah sangat lemah. Bahkan hampir tidak terbaca oleh alat fetal Doppler dari IFD. “Kumohon Dokter, aku ingin mendengarnya sekarang, aku sangat khawatir,” desak Felisha. “Anakmu saat ini menunggu untuk segera dilahirkan Fel. Jangan lagi menunda yah, demi keselamatan kalian bersama. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam ruang operasi.” Dokter Anggi tidak lagi mau memperpanjang kalimatnya. Ia takut jika keceplosan dan semakin membuat Felisha khawatir. Setelah kantung darah tersebut habis, proses operasi pun segera dimulai. Datanglah Kevin yang memilih untuk menunggu di dalam ruangan tetapi ia berdiri tepat di atas bagian kepala tempat tidur operasi tersebut. Tujuan Kevin hanya satu, agar Felisha dapat mel
“Tuan, tolong duduk dan buka pakaian anda. Kami butuh hangatnya tubuh orang tua bayi, ini juga salah satu metode yang biasa kami gunakan,” terang bidan itu. Tanpa pikir panjang Kevin segera membuka kemejanya dan memeluk anaknya. Kulit mereka bersentuhan satu sama lain, bidan lantas meletakkan kepala bayi mungil itu tepat di dadanya Kevin. "Semoga dengan mendengarkan jantung ayahnya, bayi anda bisa menangis," ucap bidan Karsih penuh dengan harapan. Beberapa kali Kevin mengusap punggung bayinya agar terasa hangat dan sesuai dengan instruksi sang bidan, ia juga memukul bokong sang bayi beberapa kali. Tetapi sayang, bayinya sama sekali tetap tidak menangis. Bahkan ia tidak bergerak dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, warna kulitnya yang merah sudah mulai pucat. Kevin semakin panik, setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada perubahan sama sekali, akhirnya dokter Anggi beserta para bidan yang ada di sana pun angkat
“Siapa tahu dengan seperti ini, justru kamu membuka harapan baru dan kesempatan untuk memperbaiki rumah tangga mu.”Kevin yang awalnya enggan karena takut Felisha, menolak kehadiran bayinya akhirnya terdiam dan bungkam. Anggi yakin walaupun Kevin tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, tapi Kevin pasti mempertimbangkan semua saran dan nasehatnya.“Kumohon Kevin, percayalah. Seburuk-buruknya seorang ibu, jika dia merawat anaknya sendiri dan menyusui, aku yakin naluri keibuan itu pun akan muncul dengan sendirinya. Dan, aku yakin setelah melihat bagaimana Felisha panik dan histeris tadi, tidak mungkin ia menolak kehadiran buah hati kalian.”Kevin pun menatap Anggi dengan nanar sambil mendesah dan menghela nafas dalam, akhirnya Kevin memutuskan untuk mengikuti saran Anggi.“Baiklah, jika memang itu yang terbaik untuk kami.” Anggi tersenyum dan mengangguk sambil menepuk bahu Kevin.“Kalau begitu ap
Felisha melihat kedatangan Kevin dengan anak di dalam gendongannya, hatinya membuncah saat Kevin mendekatkan baby Mira. Felisha tersenyum bahagia. “Maafkan mama, Sayang. Mama akan merawatmu dengan baik,” bisik Felisha sambil mencium bayinya. Betapa kagumnya Felisa saat melihat wajah mungil sang bayi. Ia tidak menyangka dapat melahirkan seorang malaikat kecil berparas elok seperti seorang malaikat. “Halo cantik, bagaimana menurutmu kalau mama menamakanmu Jelita? Sesuai dengan paras elokmu,” bisik Felisa lalu menatap Kevin meminta persetujuan. “Kevin lalu menganggukkan kepalanya Miracle Jelita Sanjaya itu adalah nama anak kita,” jawab Kevin sambil tersenyum dan menatap Felisha penuh cinta. “Miracle Jelita Sanjaya, nama yang sangat indah. Benar ya, aku tidak kepikiran sama sekali nama yang berarti sebuah keajaiban. Lalu siapa nama panggilannya, Kev?” tanya Felisa kali ini meminta pendapat langsung dari Kevin. “Aku suka meman
Kevin sangat mengharapkan ada perbaikan dalam nikah, rumah tangga yang telah diperjuangkannya. Walau dengan jalan yang salah dan harus menyakiti Felisha terlebih dulu. Tapi, alasan kuat membuat Kevin dibenci oleh wanita yang paling dicintainya.Sebagai seorang pria, Kevin pun dapat menyadari bahwa untuk membuka hati kepada seseorang yang tidak pernah dicintai bahkan dibenci pasti adalah hal yang mustahil. Walau, jika Tuhan berkehendak maka tidak ada kata yang tidak mungkin.Kevin hanya dapat berusaha, memberikan yang terbaik dan kenyamanan bagi Felisha. Ia sudah berjanji, jika Felisha dan anaknya lahir. Maka tidak akan ada lagi, pemaksaan dalam rumah tangganya.Baginya, sudah cukup pemaksaan yang dilakukannya tahun lalu hingga membuat Felisha terjebak dalam pernikahan ini.Saat Kevin mendengar pertanyaan Felisha dengan raut wajah yang khawatir, ia pun menjawabnya dengan jujur.“Ini adalah kamar kita berdua,” jawab Kevin.Kevin sa
Kevin lalu menatap Felisha menunggu informasi yang akan dibagi oleh istrinya tapi Felisha masih saja serius menatap sendu wajah Mira. Lalu terdengar suara keributan diluar hingga membuat Felisha dan Kevin menoleh. “Apa apa itu, Bang?” tanya Felisha. “Aku tidak tau, tunggulah di sini.” Lalu Kevin membuka pintu kamar dan melihat Adibah menerobos masuk ke Penthousenya dengan wajah gusar. “Kevin! Anda sangat tidak professional!” bentak Adibah dengan gusar. Kevin segera mengerutkan kedua alisnya. “Ada apa denganmu, sampai kamu datang ke kediaman pribadiku? Ini bukanlah tempat kita untuk membicarakan masalah pekerjaan,” ucap Kevin masih dengan sopan, bahkan masih sempat mempersilahkan Khai untuk duduk di ruang tamunya. “Duduklah,” sambung Kevin sekali lagi, walau dirinya saat ini sedang menahan rasa tersinggung karena dibentak oleh rekan kerjanya. Adibah Khairiyah pun segera duduk, wajahnya masih cemberut dan menatap kesal kep
Bagai boomerang, kemarahan Adibah yang dikira dapat menyerang Kevin dan diharap akan menjadi kelemahan Kevin, ternyata justru berbalik menyerangnya.Tidak pernah Adibah pikirkan jika Kevin menunjukkan ketidak butuhannya secara terang-terangan dengan pekerjaan besar yang dimenangkan oleh perusahaannya Kevin ini.Benar yang Kevin katakan, Abidah sebenarnya tidak benar-benar mengerti latar belakangnya Kevin. Ia mengira jika Kevin akan bersikap sama dengan pengusaha lainnya yang mengejar kesuksesan dengan mengabaika keluarganya.Maka, untuk menutupi rasa malunya, Abidah pun berkata seolah dirinya adalah orang yang pengertian dan akan memberikan Kevin waktu untuk bersama dengan anak dan istrinya sesaat.“Kalau begitu, Kevin kamu cutilah lebih dulu. Aku memberikanmu waktu, aku akan memberikan kelonggaran untukmu menghabiskan waktu sejenak bersama dengan istrimu dan anakmu yang baru saja lahir.” Adibah kembali berpura-pura peduli dengan
"Clear!" teriak salah satu polisi.Sedang polisi yang lain berteriak dengan panik. "Medis! Medis!" Lalu bergegas tim medis yang sudah menunggu di belakang pun berlari.Mereka menolong, Jelly yang juga tampak tidak baik-baik saja. Lalu beralih pada Felly yang juga dalam kondisi yang sangat memprihatinkan."Tuan, bisakah anda ikut dengan kami untuk ke kantor polisi memberikan keterangan?" tanya salah seorang detektif dan Kevin menganggukkan kepalanyaa.Dia memastikan terlebih dahuku, Felly masuk ke dalam rumah sakit dan meminta Zayn untuk menemani Felly. Lalu memberikan kabar secara berkala."Pergilah, aku akan mengabarimu. Kau juga kabari aku, jika ada kesulitan di kantor polisi, okay?" ucap Zayn, mengingatkan Kevin, selama dia berada dekat dengan Zayn, semua masalah pasti akan teratasi.Beberapa jam kemudian, kabar meninggalnya Clay menjadi kabar nasional di London. Betapa terkejutnya Garini saat mendengarkan berita tersebut. Air matanya tumpah, dia menangis histeris dan segera memin
Tubuh Felly membeku mendengar betapa di setiap kata yang diucapkan oleh Clay mengandung jutaan rasa kebencian. "Aku hanya seorang, Jalang?" lirih Felly tidak tahan mendengar perkataan tersebut.Dia menangis, dia bukan seorang jalang, dia adalah wanita baik-baik yang ingin mengejar cintanya, cinta sejati yang ditawarkan oleh Clay saat dia ikut ke London. Mengira akan memperoleh kehidupan baru yang mapan dan sederhana. Felly justru menciptakan neraka dari keputusan salahnya."Jelly, lucuti pakaiannya!" perintah Clay pada Jelly dan tidak mau banyak bertanya. Jelly dengan tangan gemetar pun segera mendekati Felly."Tolong, bekerja samalah dengan aku. Suamimu sangat mengerikan, dia akan memukulku seperti dia memukulmu jika kau tidak mau mengikuti perintahnya," bisik Jelly yang sudah melihat kekalutan serta kemarahan yang tidak normal pada sikap Clay.Benar saja, beberapa saat kemudian tampak Clay yang tidak sabaran dengan kedua wanita d
Saat pintu penthouse seketika dibuka kasar oleh Clay. Tampak, Felly sedang mengangkat sebuah kantung sampah, tidak terlalu besar di salah satu tangannya.Felly menatap Clay terpaku, saat ada seorang wanita seksi sedang bergelanyut manja di dalam pelukannya. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah jalang yang bernama Jelly tersebut. "Clay, dia pembantu atau istrimu? Seorang Nyonya tidak akan membawa kantung sampah seperti itu, Sayang," ucap Jelly sambil mengusap dada Clay yang kemejanya sudah dia buka bagian kancing atasnya.Clay menoleh melihat wajah Felly dengan muak, padahal wanita itu sudah diakui olehnya sebagai istri. Walau sampai saat ini, mereka berdua sama sekali belum terikat dalam sebuah pernikahan."Apa yang kau lakukan?" tanya Clay dengan nada suara yang kasar, dia jijik melihat tubuh Felly yang penuh dengan luka memarnya, lihatlah wanita cantik ini justru menggunakan piama yang tidak seksi sama sekali.Gezan me
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau