“Tuan, tolong duduk dan buka pakaian anda. Kami butuh hangatnya tubuh orang tua bayi, ini juga salah satu metode yang biasa kami gunakan,” terang bidan itu. Tanpa pikir panjang Kevin segera membuka kemejanya dan memeluk anaknya. Kulit mereka bersentuhan satu sama lain, bidan lantas meletakkan kepala bayi mungil itu tepat di dadanya Kevin. "Semoga dengan mendengarkan jantung ayahnya, bayi anda bisa menangis," ucap bidan Karsih penuh dengan harapan. Beberapa kali Kevin mengusap punggung bayinya agar terasa hangat dan sesuai dengan instruksi sang bidan, ia juga memukul bokong sang bayi beberapa kali. Tetapi sayang, bayinya sama sekali tetap tidak menangis. Bahkan ia tidak bergerak dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, warna kulitnya yang merah sudah mulai pucat. Kevin semakin panik, setelah menunggu beberapa saat dan tidak ada perubahan sama sekali, akhirnya dokter Anggi beserta para bidan yang ada di sana pun angkat
“Siapa tahu dengan seperti ini, justru kamu membuka harapan baru dan kesempatan untuk memperbaiki rumah tangga mu.”Kevin yang awalnya enggan karena takut Felisha, menolak kehadiran bayinya akhirnya terdiam dan bungkam. Anggi yakin walaupun Kevin tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, tapi Kevin pasti mempertimbangkan semua saran dan nasehatnya.“Kumohon Kevin, percayalah. Seburuk-buruknya seorang ibu, jika dia merawat anaknya sendiri dan menyusui, aku yakin naluri keibuan itu pun akan muncul dengan sendirinya. Dan, aku yakin setelah melihat bagaimana Felisha panik dan histeris tadi, tidak mungkin ia menolak kehadiran buah hati kalian.”Kevin pun menatap Anggi dengan nanar sambil mendesah dan menghela nafas dalam, akhirnya Kevin memutuskan untuk mengikuti saran Anggi.“Baiklah, jika memang itu yang terbaik untuk kami.” Anggi tersenyum dan mengangguk sambil menepuk bahu Kevin.“Kalau begitu ap
Felisha melihat kedatangan Kevin dengan anak di dalam gendongannya, hatinya membuncah saat Kevin mendekatkan baby Mira. Felisha tersenyum bahagia. “Maafkan mama, Sayang. Mama akan merawatmu dengan baik,” bisik Felisha sambil mencium bayinya. Betapa kagumnya Felisa saat melihat wajah mungil sang bayi. Ia tidak menyangka dapat melahirkan seorang malaikat kecil berparas elok seperti seorang malaikat. “Halo cantik, bagaimana menurutmu kalau mama menamakanmu Jelita? Sesuai dengan paras elokmu,” bisik Felisa lalu menatap Kevin meminta persetujuan. “Kevin lalu menganggukkan kepalanya Miracle Jelita Sanjaya itu adalah nama anak kita,” jawab Kevin sambil tersenyum dan menatap Felisha penuh cinta. “Miracle Jelita Sanjaya, nama yang sangat indah. Benar ya, aku tidak kepikiran sama sekali nama yang berarti sebuah keajaiban. Lalu siapa nama panggilannya, Kev?” tanya Felisa kali ini meminta pendapat langsung dari Kevin. “Aku suka meman
Kevin sangat mengharapkan ada perbaikan dalam nikah, rumah tangga yang telah diperjuangkannya. Walau dengan jalan yang salah dan harus menyakiti Felisha terlebih dulu. Tapi, alasan kuat membuat Kevin dibenci oleh wanita yang paling dicintainya.Sebagai seorang pria, Kevin pun dapat menyadari bahwa untuk membuka hati kepada seseorang yang tidak pernah dicintai bahkan dibenci pasti adalah hal yang mustahil. Walau, jika Tuhan berkehendak maka tidak ada kata yang tidak mungkin.Kevin hanya dapat berusaha, memberikan yang terbaik dan kenyamanan bagi Felisha. Ia sudah berjanji, jika Felisha dan anaknya lahir. Maka tidak akan ada lagi, pemaksaan dalam rumah tangganya.Baginya, sudah cukup pemaksaan yang dilakukannya tahun lalu hingga membuat Felisha terjebak dalam pernikahan ini.Saat Kevin mendengar pertanyaan Felisha dengan raut wajah yang khawatir, ia pun menjawabnya dengan jujur.“Ini adalah kamar kita berdua,” jawab Kevin.Kevin sa
Kevin lalu menatap Felisha menunggu informasi yang akan dibagi oleh istrinya tapi Felisha masih saja serius menatap sendu wajah Mira. Lalu terdengar suara keributan diluar hingga membuat Felisha dan Kevin menoleh. “Apa apa itu, Bang?” tanya Felisha. “Aku tidak tau, tunggulah di sini.” Lalu Kevin membuka pintu kamar dan melihat Adibah menerobos masuk ke Penthousenya dengan wajah gusar. “Kevin! Anda sangat tidak professional!” bentak Adibah dengan gusar. Kevin segera mengerutkan kedua alisnya. “Ada apa denganmu, sampai kamu datang ke kediaman pribadiku? Ini bukanlah tempat kita untuk membicarakan masalah pekerjaan,” ucap Kevin masih dengan sopan, bahkan masih sempat mempersilahkan Khai untuk duduk di ruang tamunya. “Duduklah,” sambung Kevin sekali lagi, walau dirinya saat ini sedang menahan rasa tersinggung karena dibentak oleh rekan kerjanya. Adibah Khairiyah pun segera duduk, wajahnya masih cemberut dan menatap kesal kep
Bagai boomerang, kemarahan Adibah yang dikira dapat menyerang Kevin dan diharap akan menjadi kelemahan Kevin, ternyata justru berbalik menyerangnya.Tidak pernah Adibah pikirkan jika Kevin menunjukkan ketidak butuhannya secara terang-terangan dengan pekerjaan besar yang dimenangkan oleh perusahaannya Kevin ini.Benar yang Kevin katakan, Abidah sebenarnya tidak benar-benar mengerti latar belakangnya Kevin. Ia mengira jika Kevin akan bersikap sama dengan pengusaha lainnya yang mengejar kesuksesan dengan mengabaika keluarganya.Maka, untuk menutupi rasa malunya, Abidah pun berkata seolah dirinya adalah orang yang pengertian dan akan memberikan Kevin waktu untuk bersama dengan anak dan istrinya sesaat.“Kalau begitu, Kevin kamu cutilah lebih dulu. Aku memberikanmu waktu, aku akan memberikan kelonggaran untukmu menghabiskan waktu sejenak bersama dengan istrimu dan anakmu yang baru saja lahir.” Adibah kembali berpura-pura peduli dengan
Kabar kelahiran bayinya Kevin dan Felisha sampailah terdengar di telinganya Garini. Ia mendapatkan foto seorang bayi mungil yang tampak sangat imut dan lucu. Garini mendesah sedih melihat bayi yang dia harapkan bukan menjadi anaknya Kevin melainkan anaknya Clay.“Aku, harus bagaimana kalau sudah begini, Ando? Aku masih berencana memisahkan mereka, aku tidak sanggup melihat Clay yang semakin menjauh dariku seperti ini,” keluh Garini kepada satu-satunya orang kepercayaannya.“Nyonya, mengapa anda justru ingin menyakiti anak anda yang lain. Memisahkan Felisha dari tuan muda Kevin, tidak akan menyelesaikan masalah, Nyonya.” Ando lalu mendekat kepada Garini dan duduk dihadapannya.“Kalau saya boleh berpendapat dan memberikan saran, sebaiknya Nyonya merestui saja hubungan mereka dan mulai fokus dengan pengobatannya tuan muda Clay di sini serta mengajarkannya untuk berbisnis. Biar tuan muda menghabiskan waktunya dengan hal ya
Lokasi GPS terakhir ponselnya Clay mengantarkan Ando saat ini tepat berdiri di depan sebuah mansion yang cukup megah. Ia menekan tombol interkon dan ada seorang pelayan wanita menjawab dengan sopan.“Maaf, ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan tersebut.“Saya datang ke sini untuk menjemput tuan muda saya yang bernama Clay Sanjaya,” ucap Ando kepada pelayan tersebut.“Oh, pemuda dengan setengah wajah asia?” tanya pelayan itu.“Benar,” jawab Ando merasa lega sudah menemukan Clay di tempat yang benar.“Tunggu yah,” jawab pelayan itu dan segera membuka pintu gerbang tersebut dari dalam dengan remote otomatisnya.Ando langsung kembali membawa mobilnya dan berhenti tepat di samping mobilnya Clay yang juga ada di pekarangan mansion tersebut.“Untunglah, aku menemukanmu,” batin Ando.Lalu pelayan tersebut yang makai name tag Loli di dadanya itu seg