Beranda / Pernikahan / JARAK SEJUTA DETIK / Part 4. Saran Dokter

Share

Part 4. Saran Dokter

Penulis: Nida Aulia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-20 13:54:09

 “Hallo, Friska.” Dokter itu pun melebarkan senyuman.

Sementara Faris hanya bisa tercengang saat menyadari istrinya dan dokter itu tampak saling mengenal.

“Kalian sudah saling kenal?” tanya Faris terheran.

Friska tertawa kecil dengan mata yang melebar. “Kamu Zafriel, kan? yang rumahnya sebelah-sebelahan sama Mbah Putri waktu di Jogja?” 

Dokter itu mengangguk dengan senyum yang membuat gigi rapi dan bersihnya terekspos. Kemudian menjawab, “Ya betul. Anaknya Bu Kirana.” 

Friska menghela napas seraya mematut-matut. Ekspresinya jelas seperti orang yang sangat pangling dan tidak menyangka.

“Ya ampun, kita udah lama banget gak ketemu. Kamu dan Bu Kiran apa kabar?” tanya Friska.

“Kami semua baik, kamu sama orang tua gimana kabarnya?” Zafriel bertanya balik.

Friska mengangguk dengan senyuman, “Kami juga baik. Eh, Ris, kenalin ini Zafriel, tetangga aku waktu di Jogja, temen kecil aku!” Friska sangat berantusias memperkenalkan keduanya.

“Ohh.” Faris mengangguk. Lalu berjabat tangan dengan Zafriel. Berkenalan.

“Kebetulan banget ya. Dokter kita hari ini ternyata tetangga kamu juga!” kata Faris yang membuat Friska kembali melebarkan mata.

“Oh iya. Aku gak tau kalau kamu obgyn di sini. Soalnya yang urus pendaftaran sampe kita bisa ke sini, ya suamiku ini!” kekeh Friska.

“Waw, sibuk banget nih kayaknya!” kata Zafriel sembari tertawa.

“Yahh, lumayan lah. Ini aja kita sempetin waktu buat ke dokter. First time, lho!” balas Friska.

“Kalian sudah berapa lama menikah?” tanya Zafriel.

Faris dan Friska saling menoleh lalu kembali menatap dokternya. “Ini tahun ke 8 pernikahan.”

Dokter Zafriel mengangguk dengan senyuman manis yang tak pernah luput dari wajah tampannya. Bagi Faris dan Friska, selama ini mungkin Zafriel adalah orang pertama setelah mendengar usia pernikahan mereka, tetapi ekspresinya begitu santai dan terlihat bersahabat. Mungkin karena ia adalah seorang dokter. Terlebih dokter kandungan. Bisa menyikapi dengan baik saat mendengar usia pernikahan yang sudah cukup lama tetapi tak kunjung mendapatkan anak.

Wajar. Faris dan Friska meskipun cuek dan berusaha menutup kuping dari omongan buruk orang lain tentang pernikahan mereka, tetapi tetap saja segelintir ucapan pedas dari orang-orang terkadang membuatnya trauma jika harus mengatakan berapa usia pernikahan mereka. Dalam hal ini adalah trauma ditanyakan mengapa belum punya anak!

Lalu setelah bercakap-cakap dengan sepasang suami istri itu dan bertukar kabar, kini dokter itu pun kembali fokus dengan tujuan utama kedatangan pasiennya.

“Oke, jadi gimana nih, apa ada keluhan?” tanya dokter Zafriel yang kini sudah bersikap profesional selayaknya dokter dengan pasien.

“Mau konsultasi dulu aja sih, Zaf,” ucap Friska.

“Boleh, tapi sejauh ini apa ada keluhan sebelum dan sesudah datang bulan?” tanya dokter Zafriel.

Friska menerawang, lalu teringat beberapa hambatan yang ia rasakan belakangan ini. “Bulan-bulan kemarin sih aman ya. Normal. Paling cuma nyeri-nyeri gitu aja. Tapi ... bulan ini, aku telat hampir 8 hari.” 

“Sudah coba di tes pack?” tanya dokter.

“Udah, hasilnya garis satu.” 

Dokter itu mengangguk paham. Lalu berkata, “Oke, kita coba cek dulu ya keadaan rahimnya. Silakan ke sebelah sana.” 

Zafriel mengarahkan dengan sopan agar pasiennya berbaring di tempat tidur yang di sisinya terdapat sebuah layar monitor besar. Friska pun di bantu oleh dua orang asisten untuk mempersiapkan diri.

Pasien wanita itu diarahkan untuk membuka pakaian bawah sekaligus bagian dalamnya juga. Asisten menjelaskan dengan perlahan untuk apa pasien harus melepas pakaian bagian bawah. Friska mengangguk mengerti lalu dibantu perawat untuk menutupi dengan selimut bagian tubuhnya lalu berbaring di tempat tidur yang sudah dialasi sebuah underpad dan sebagai tatakan bokong. Lalu diminta untuk menekuk kedua kaki dan meregangkannya.

Faris membelalak saat melihat istrinya dalam posisi seperti itu. Ia menoleh pada dokter yang sedang bersiap-siap memakai sarung tangan latex, dan juga masker. Kemudian meraih sebuah alat berbentuk panjang yang sudah diolesi gel.

“Dok, tunggu! ini pemeriksaannya gimana ya?” tanya Faris yang wajahnya tampak tegang.

“Ini namanya pemeriksaan USG Transvaginal. Jadi, alat ini akan masuk ke dalam vagina untuk melihat kondisi rahim secara menyeluruh.” Zafriel menjelaskan.

“Loh, bukannya ... USG itu di perut ya, Dok?” tanya Faris yang masih tidak mengerti.

“Untuk pemeriksaan awal, ini adalah cara yang sangat efektif. Kalau USG perut tidak begitu disarankan untuk pemeriksaan awal, tidak akan menangkap kondisi rahim secara mendetail, dan akurat,” jelas dokter.

“Waduh.” Faris bergumam pelan.

Faris tampak gugup sendiri. Ia memang tidak banyak tahu soal pemeriksaan medis apalagi menyangkut pemeriksaan kewanitaan. Hal itu membuat pikirannya melayang jauh, itu artinya dokter itu akan melihat bagian sensitif dari tubuh istrinya. Bahkan sampai menyentuhnya. 

Ah, ini kacau dan menyebalkan menurut Faris. Mengapa harus laki-laki yang menjadi dokter kandungan sehingga bisa leluasa melihat keadaan istri orang lain. Namun, mau bagaimana lagi? mungkin ini memang prosedurnya. Tidak ada juga yang bisa menghalangi keinginan seseorang untuk bercita-cita menjadi apa. Lagipula tampaknya dokter bernama Zafriel yang ternyata adalah teman kecil dari istrinya itu akan bekerja dengan profesional.

Sedangkan Friska sedari tadi menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mencoba mencari ketenangan saat pertama kalinya ia melakukan pemeriksaan yang cukup sensitif ini. Ia tidak setegang suaminya, karena sebelum-sebelumnya ia pun sering mendengar jenis pemeriksaan tersebut dari teman atau saudara. Bahkan berbekal informasi dari sosial media juga internet. Paling tidak ia sudah mempunyai gambaran bagaimana menjalaninya.

Soal dokternya siapa dan seperti apa, ia cukup percaya saja. Meski dokter itu adalah teman atau siapapun, yang terpenting adalah tetap profesional kerja. Apalagi ini adalah rumah sakit swasta besar di mana seluruh staf tenaga medisnya pasti lulusan terbaik dari universitas terbaik pula, di mana kinerja dan profesional menjadi nomor satu.

“Apa ada yang mau ditanyakan lagi? kalau tidak, saya izin melanjutkan pemeriksaan!” kata dokter Zafriel dengan nada suara yang sangat ramah.

Faris mengerjapkan mata lalu mengangguk dan tersenyum getir. “Oh, b-boleh.”

Kemudian pemeriksaan dimulai. Alat pun sudah masuk dengan sempurna dan memperlihatkan keadaan rahim di layar monitor yang bergerak-gerak. Pasien dan keluarga pasti tak akan paham apa yang terlihat di layar tersebut. 

Namun, tampaknya sang dokter sedang membaca dengan serius keadaan yang tergambar di sana. Serta menggerakkan sebuah kursor untuk mengukur beberapa hasil yang terlihat.

“Ini sepertinya ada penebalan dinding rahim.” Tangan dokter bergerak mengarahkan alat ke sisi lain dan layar pun menunjukkan gambaran sebuah lingkaran bulat. “Ini juga sel telurnya sudah cukup matang, hanya saja tidak pecah di waktu yang seharusnya haid. Hal inilah terkadang menjadi penyebab pasien jadi telat datang bulan.”

“Kondisi lainnya sih bagus. Bentuk rahim normal, tidak ada kista atau benjolan.” Dokter mangangguk lalu memastikan kembali semuanya.

Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan. Dokter pun mencatat melalui alat monitor, ukuran beserta ketebalan dinding rahim dan lain sebagainya mengenai kondisi pasien. Sementara itu, Friska kembali mengenakan pakaian bawah, kemudian duduk di sebelah suaminya yang sedari tadi terdiam dan masih tampak tegang.

Lalu setelah itu, Zafriel pun membuka handscoon, mencuci tangan dan kembali duduk di kursi untuk menjelaskan lebih detail.

“Jadi penyebab istri saya telat haid kali ini, bukan karena hamil, Dok?” tanya Faris.

“Bukan. Ini karena adanya penebalan dinding rahim. Normalnya ketebalan dinding rahim yang siap dibuahi itu adalah 8-13mm, sedangkan hasil pemeriksaan sel telur istri Anda adalah 15mm, lalu keadaan sel telurnya pun sudah cukup matang yaitu 28mm, di mana angka normalnya adalah 18-25mm. Biasanya kondisi ini terjadi karena banyak hal, contohnya aktivitas yang berlebih, obesitas atau terlalu kurus, stress, depresi, dan penyakit hormonal,” papar dokter.

“Tapi BB aku kayaknya ideal kan, Zaf?” tanya Friska.

Dokter mengangguk dan berkata. “Iya, dari berat badan sih normal, tapi kadang pemicu lainnya masih ada. Mungkin karena faktor hormonal. Atau akhir-akhir ini kamu terlalu banyak aktivitas yang melelahkan juga karena stress berlebih, akhirnya membuat kerja hormon pun jadi terganggu.” 

“Terus, masalah aku ini karena dari hormon gitu ya?” tanya Friska lagi.

“Bisa jadi, nanti aku resepkan obat dan vitamin aja untuk membantu proses menstruasi agar lebih cepat. Dan, aku akan buatkan surat rujukan tes lab untuk pengecekan hormon sekaligus analisis sperma suami. Karena usia pernikahan kalian sudah lebih dari 2 tahun, biasanya kami akan menyarankan untuk ikut program kehamilan. Bagaimana?” Dokter Zafriel memberikan sebuah usul kepada suami istri itu.

Keduanya tampak terdiam sejenak. 

Program hamil?

Bab terkait

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 5. Ada sesuatu yang tidak baik

    “Program hamil itu gimana, Dok?” tanya Faris.Dokter mengangguk kemudian mulai memaparkan. “Jadi, kalau kalian ikut program hamil, memang ada serangkaian hal yang harus dilakukan guna untuk menunjang terjadinya kehamilan. Contohnya seperti tadi, istri Anda baru saja menjalani langkah awal pemeriksaan USG Transvaginal, lalu setelah ini saya akan memberikan surat rujukan agar pasien melakukan tes laboratorium seperti hormon, juga untuk suami langkah awalnya adalah analisis sperma.” “Perlu dicatat: untuk program hamil, bukan hanya istri saja yang harus melakukan rangkaian pemeriksaan, melainkan suami juga. Dalam hal ini, kesehatan dan kesuburan suami dan istri itu sangat penting. Keduanya harus berkesinambungan.” Dokter menjelaskan.Friska dan Faris mengangguk. “Gunanya analisis sperma itu apa?” tanya Faris lagi.“Hal itu untuk melihat kesuburan dari sisi pria. Dari hasil analisis sperma kita bisa melihat jumlah, gerakan, struktur serta bentuknya. Karena dari beberapa kasus, jumlah sp

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 6. Merasa Tak Dihargai

    “Ada apa, Fris?” tanyaFaris saat melihat ekspresi istrinya yang tampak masam.“Mama apa-apaan, sih.”Friska memperlihatkan sebuah postingan di sosial media Farida.Faris menyipit danmemperhatikan dengan saksama. Setelah menyadari suatu hal, ia pun sontakmelebarkan mata dan mendengkus kesal. Faris terdiam tak bisa berkomentar.“Ternyata mereka masihsering berhubungan ya, Ris?” Friska bertanya. Nada suaranya terdengar takbersahabat.Faris menggeleng.Ekspresi wajahnya pun datar. Dari pergerakan dadanya pun terlihat bahwanapasnya naik turun dengan berat. Rona kekecewaan pun terpancar di sana.“Keterlaluan!” komentarFriska. Ia pun terlihat sangat kecewa.“Blokir aja kalau kamumerasa terganggu.” Faris berujar pasrah. Ia pun bingung harus berkata apa saatmelihat ulah ibunya yang lagi-lagi di luar perkiraan.“Bukan itu masalahnya!”Friska mulai menegang. “Kelakuan mama kamu itu sama aja seperti gak menghargaikita, Ris! Dia ternyata masih akrab banget sama mantan kamu. Apa kataoran

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 7. Dokter Zafriel

    “Iya. Temen main waktu kecil. Lucu deh dia tuh dulu. Kalau ngomongin Zafriel yang aku inget tuh, waktu kita di kejar-kejar anjing tetangga sampe kita naik ke pohon mangga orang, terus malah di kira maling buah!” Friska tertawa teringat masa-masa kecil dengan pria itu. Faris tertawa kecil, lalu kembali bertanya, “Sampe dewasa temenannya?” “Hm ... sampe kita kelas satu SMA sih tepatnya. Karena kan waktu itu Papa sama Mama pindah ke Jakarta. Aku pindah sekolah, terus kuliah dan kerja pun di kota yang sama.” Friska menghela napas, lalu kembali melanjutkan, “Dari situ kita gak pernah ketemu lagi dan lost contact lah ceritanya.” Faris mengangguk, ia memang sudah tahu perjalanan hidup istrinya sejak pindah dari Jogjakarta. Namun, selama lebih dari satu dekade mengenal istrinya, ia belum pernah mendengar tentang teman kecil Friska yang bernama Zafriel itu. Apalagi pria itu yang saat ini juga menjadi dokter konsultan kehamilan mereka. “Lucu juga ya, kalian dipertemukan lagi sekarang. Dia ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 8. Teman Lama

    Keesokan paginya, Faris dan Friska sudah meninggalkan kawasan Puncak Bogor dan kembali menuju Jakarta. Tugasnya sudah selesai semua untuk mengawasi jadwal syuting semalam. Sementara para kru dan pemain masih menetap di villa itu, mengingat masih banyak schedule yang harus di selesaikan oleh mereka di tempat itu, sembari menunggu Friska kembali dan membawa pemain baru.Sebelumnya Friska sudah mengirim pesan singkat pada seseorang yang akan ia temui pagi ini, sekaligus untuk menawarkan kerja sama dalam pembuatan series movie yang di adaptasi dari novelnya sendiri. Orang itu menyetujui untuk bertemu di sebuah tempat sarana olahraga, tepatnya di stadium utama GBK Senayan Jakarta yang saat ini tampak ramai oleh pengunjung yang tengah berolahraga pagi, seperti jogging dan bersepeda.Mobil menepi di bahu jalan, Friska kembali menghubungi orang itu sementara suaminya pun mendapatkan sebuah panggilan masuk dari kliennya.“Oh, kamu udah sampe? di sebelah mana?” Friska mengedarkan pandangan. Me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 9. Fris P. Tama

    Friska tercekat. Hatinya tiba-tiba merasakan sebuah desiran yang menjalar hingga relung terdalam hatinya. Ia tidak tahu perasaan macam apa ini! Atau mungkin ia memaknai perasaan itu seperti sebuah kerinduan?Namun, saat ini Zafriel tampak berbeda. Apa maksud ucapannya tadi? bergurau atau memang sebuah ungkapan nyata dari hati? Friska tak sanggup berucap, lidahnya kelu dengan tatapan yang masih sama terkejutnya. Bahkan untuk bernapas pun tiba-tiba rasanya begitu sulit. Degup jantungnya pun seperti bersiap ingin perang.Wanita itu berusaha untuk tetap bersikap sewajarnya. Menormalkan kembali perasaannya. Tak bisa dipungkiri, Zafriel pun adalah pria yang sangat rupawan, masih sama seperti dulu. Gadis mana pun tak punya alasan untuk tidak jatuh cinta pada sosok pria itu. Takut kalau-kalau tiba-tiba ia mengagumi pria disebelahnya.Itu mustahil. Friska sudah menikah dan hanya mencintai Faris, suaminya.Friska berdeham kecil.“I’m sorry, Zaf. I’m not good at saying goodbye.” Tiba-tiba saja pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-11
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 10. Faris dan Gadis Kecil

    Hening beberapa saat. Zafriel hanya merespon dengan senyuman tipis diwajah tampannya. Kemudian ia menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. “Punya. Satu tahun setelah kamu pindah, aku sempat punya teman dekat, cewek. Cuma ... kita pacaran nggak lama, kurang dari satu tahun udah putus!” jelas Zafriel. “Waw. Mantan pertama kamu dong itu?” tanya Friska. “Bisa di bilang begitu,” ucap Zafriel. “Kenapa putusnya kalau boleh tau, Dok?” Faris menilik ke arah center mirror. “Hmm ... ngerasa gak nyaman aja. Haha!” kata Zafriel dengan lugas. Friska pun tertawa renyah. Sejauh ia mengenal pria itu, ia memang tidak pernah tahu tipikal perempuan seperti apa yang disukai oleh Zafriel. “Kamu atau dia yang mutusin?” tanya Friska yang saat ini menjadi sangat kepo pada kehidupan teman lamanya itu. Yang ditanya pun hanya bisa tertawa kecil. Sembari menaikkan kedua alisnya. Sebetulnya kisah masa lalunya dengan seorang perempuan sangat tidak menarik untuk dibahas. Karena bagi Zafriel memang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 11. Hati yang Berdesir Lelah

    Senyum bahagia terpancar di sana. Bocah kecil itu pun menerima jajanan berbentuk karakter kartun yang sangat lucu. Ia tertawa renyah dan berterima kasih pada sang penjual. Faris pun memberikan satu lembar uang untuk membayarnya. Tangan mereka saling terpaut, gadis kecil itu terlihat sangat nyaman didekat pria itu. “Terimakasih, Om Faris. This is my favorite snack. Would you like try it?” kata gadis kecil itu yang bibirnya sudah belepotan dengan kembang gula. Faris membungkuk dan kemudian menyejajarkan posisinya dengan gadis kecil itu. Ia tersenyum hangat sembari mengusap lembut puncak kepala gadis kecil dihadapannya. “Tidak. Ini untukmu saja. Habiskan ya. Oh ya, satu lagi, jangan terlalu sering makan snack yang manis-manis ya, cantik. Nanti gigi kamu berlubang!” ujar Faris, membuat gadis kecil itu melebarkan mata dengan mulut yang terbuka. “Apa itu benar?” katanya yang terkejut. Faris mengangguk dan tertawa kecil. “Kalau keseringan, bisa seperti itu. Makanya, kamu harus rajin meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 12. Siapa ibu itu?

    Faris melebarkan mata. Ia memposisikan tubuh Friska agar berada dihadapannya. Mata mereka saling bertemu, ekspresi sedih itu mengungkapkan perubahan drastis yang terjadi pada wajah sang istri. Sejenak sebelumnya, Friska terlihat begitu bersemangat setelah menyelesaikan syuting hari itu, namun sekarang ekspresinya berbeda sekali. “Loh ... kok kamu ngomong gitu, sih?” Faris terus menatap istrinya. Terheran, mengapa tiba-tiba Friska berkata demikian. “Dengar aku, sayang. Apa pun yang terjadi sama kita, itu bukan kesalahanmu, atau kesalahan siapa-siapa. Ini adalah garis takdir yang harus kita jalani. Aku bahagia sama kamu, dan kamu pun begitu, kan?” Friska menarik napas dalam. Mencoba menormalkan kembali suasana hatinya. Ia menyeka pipi dan kini matanya beradu dengan sang suami. Ada ketulusan dan cinta yang selalu terpancar di dalam sana. Tatapannya amat sangat meneduhkan, tetapi hal itu seperti kembali menghujam hati Friska setiap kali terbayang betapa jahatnya ucapan orang-orang yang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16

Bab terbaru

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 26. Berharap tetap kuat

    “Aku akan lebih tega jika membiarkan dia berpisah dengan seseorang yang sangat dicintainya. Ma, kita hanya tidak sadar, kalau yang membuat Friska bisa bertahan sejauh itu hanyalah karena suaminya!” Zafriel menegaskan.Perasaannya mendadak tergoncang saat ini. Tetapi ia tidak mau terkalahkan oleh akal sehat.“Lupakan perjodohan itu! Aku akan tetap menjadi seorang dokter yang akan membantunya mewujudkan mimpi mereka untuk mendapatkan anak!” seru Zafriel pada akhirnya. Ia tidak ingin menjadi jahat jika menyetujui perjodohan konyol itu.Kirana menatap serius ke arah putranya dan kembali berujar.“Kamu munafik, Nak. Mama tau betul kamu sangat menginginkan dia! Kamu juga tidak ingin dia menangis karna terus menerus tersiksa batinnya. Ayolah, Nak. Perjuangkan dia sekali lagi! Dapatkan dia, dan bahagiakan dia!” Mendadak Kirana tersulut emosional dan justru mendukung perjodohan itu.“Tidak! Aku akan menjadi pencuri kalau seperti itu, Ma.” Zafriel tetap menolak.“Bukan! Kamu bukan pencuri! Kamu

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 25. Perasaan yang lama Terpendam

    “Apa-apaan ini?” gumam Friska yang masih tak percaya. Degup jantunya seperti berhenti berdetak.“Kami yakin, Zafriel adalah pria yang tepat untukmu. Dia pasti bisa membahagiakan kamu seperti Faris!” ucap Arya dengan yakin.“Tidak!!” tolak Friska cepat dan tegas. Membuat suasana menjadi semakin tegang. Friska tak pernah sebelumnya terlihat sangat tegas dan marah dihadapan keluarganya.Mungkin kali ini emosinya sudah tidak bisa dibendung lagi. Banyak yang terjadi belakangan ini, dan semuanya karena satu persoalan, yaitu perihal keturunan. Suatu hal yang sangat sensitif di beberapa kalangan yang begitu mengharapkan.“Sudah cukup! Aku tidak mau berdebat lebih jauh lagi! Ini sudah terlalu berlebihan, Pa!” Napas Friska naik turun dengan berat. Tubuhnya mulai merasakan getaran akibat menahan tangis dan emosi. Daripada meledak, Friska memilih untuk menyudahi pertemuan itu.“Apa pun yang terjadi denganku

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 24. Permintaan keluarga

    “Mama benar-benar keterlaluan! Kenapa sih dia ambisi banget sama keluarga itu?” Kini Amara yang terlihat sangat kesal.“Itulah, kelemahan papa, tidak bisa mengendalikan keinginan mamamu yang satu itu!” ucap Gandha.“Itu bukan kelemahan Papa. Tapi emang Mama-nya aja yang gak bisa di kasih tau!” ketus Amara.“Ya udah. Sekarang kita ke rumah sakit aja!” sambung Amara. Saat melihat ayahnya dalam keadaan yang kurang sehat.“Loh kenapa ke rumah sakit? Kita kan mau ke bandara!” kata Gandha.“Gimana aku bisa pergi kalau keadaan Papa kayak gini? Yang ada nanti Papa kenapa-napa sendirian!” ujar Amara yang melepas seat belt dan hendak menggantikan ayahnya untuk mengemudi mobil.“Papa udah lebih baik kok, Nak.” Gandha berusaha tersenyum.“Ya udah, kalau gitu kita pulang aja ke rumah. Papa harus istirahat biar aku balik ke Jerman lusa aja!” ujar Amara.Jadilah, Amara dan ayahnya memilih untuk pulang ke rumah. Sementara itu di lain tempat, Friska dan ayahnya beserta Mbah Putri sudah berada di sebu

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 23. Hal Fatal

    “Apa yang Anda bicarakan, Bu Ratna?” Farida seolah tercenung melihat kedatangan Raden Arya juga ibunya itu.“Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan! Bukan hanya ucapan bahkan sikap dan perilakumu pada cucuku sudah tidak bisa dimaafkan!” tandas Mbah Putri.“Tapi apa yang saya bicarakan itu semua fakta! Memang Friska yang bermasalah dalam hal ini!” ujar Farida yang masih tampak angkuh.Mbah putri menghela napas dan menyeringai sinis. Sementara Friska hanya berdiri mematung. Ia enggan untuk bersuara lagi. Lelah berdebat dengan orang tua yang sangat egois itu.“Memangnya kamu punya bukti apa sampai mengira cucuku mandul? Apakah kamu sudah melihat rangkaian pemeriksaan medis? Lalu, bagaimana jika ternyata putramu yang bermasalah?” Mbah Putri menatap penuh menantang.“Itu tidak akan terjadi!” balas Farida.“Bu, sudahlah. Ingat! Apa tujuan kita datang ke rumah sakit ini!” bisik

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 22. Perseteruan dan salah paham

    Wajah gadis itu tampak penuh dengan kesedihan dan keterkejutan.“Ada apa, Yoana? Kenapa kamu menangis?" tanya Zafriel yang tampak terheran. Kemudian Yoana duduk di kursi yang berdekatan dengan Friska.Friska pun mengusap bahu Yoana yang bergetar. Perempuan itu masih berusaha keras untuk menenangkan diri sambil terisak-isak."Orang tua kami ...," suaranya gemetar.“Kamu harus mencoba untuk tenang, Yoana," ujar Friska sambil mengusap lembut bahu Yoana.Beberapa saat berlalu dalam keheningan. Zafriel dan Friska memberikan Yoana waktu yang untuk bisa mengendalikan diri.Akhirnya, Yoana bisa mengatur napasnya kemudian perlahan menjelaskan.“Mama dan Papa ... mereka mengalami kecelakaan tunggal, Kak,” ucap Yoana dengan suara parau.“Benarkah? Kecelakaan?” Zafriel bertanya dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran.“Mereka mengalami kecelakaan beberapa jam lalu di Malaysia. Saat aku akan menyusul ke sana, pihak rumah sakit mengabari kalau mereka tidak bisa diselamatkan dan... meninggal.” Yoa

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 21. Mendadak Pingsan

    Gladies tersenyum tipis. Ia memang selalu berlebihan dalam hal apa pun, bahkan tanpa persetujuan orang tuanya, ia berani menjanjikan kerja sama antara perusahaan orang tuanya dengan perusahaan keluarga Faris. Itu fatal sekali.Untung saja Faris memiliki saham besar di perusahaan keluarganya sehingga apa pun yang terjadi tetap harus atas persetujuannya. Friska pun tidak tega melihat kegusaran ayahnya karena kesalahpahaman itu. Karena dana yang disuntikan pada perusahaan Gandha bukan jumlah yang main-main.“Oke, aku mengerti. Tapi terlepas soal itu semua, aku benar-benar minta maaf karena telah membuat kamu sedih, Friska. Karena mertuamu lebih sayang padaku dari pada kamu!” ucap Gladies yang kali ini mengalihkan topik.Sementara Friska hanya mendengus perlahan. Baginya Gladies seperti ABG yang hobi-nya mencari pengakuan.Friska menyeringai kecil seolah sangat jijik dengan pernyataan Gladis yang sama sekali tidak membuatnya merasa direndahkan. Justru Friska semakin memahami wanita sepert

  • JARAK SEJUTA DETIK   Bab 20. Bertemu

    Friska menghela napas panjang. Untuk apa juga wanita itu menghubunginya? Namun, Friska tak mau banyak mengambil pusing, soal mertuanya saja sudah cukup membuat hati dan kepalanya hampir meledak penuh kesal.Kemudian ia hanya membalas seperlunya saja, yang menunjukkan kalau ia bersedia untuk bertemu. Gladies juga yang menyarankan lokasi tempat mereka akan bertemu. Friska hanya mengikutinya saja.“Apa pun yang mau dia bicarakan, aku tetap harus mengambil sikap tegas juga, Ris.” Besok paginya Friska berbincang dengan suaminya di telepon. Memberi tahu soal ajakan Gladies.“Iya tapi apa perlu kalian bertemu? Aku yakin, wanita itu hanya ingin mempermainkan kamu aja, Sayang! Maksudku ... mungkin aja dia mau memperkeruh keadaan!” ujar Faris di seberang panggilan.“Itu kekanak-kanakan banget, Ris. Lagian, anggap aja ini sebagai teguran awal buat Gladies supaya gak mengusik hidup kita!” kata Friska.Faris menghela napas di seberang panggilan.“Sayang, selain membahas soal kedekatan dia sama mam

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 19. Mempermainkan

    Friska menyeka air mata, kemudian menyalami nenek juga ayahnya. Mereka kemudian duduk bersama di ruang tamu. Membicarakan hal yang cukup serius ini. Setiap sebulan sekali, neneknya itu memang akan berkunjung ke rumah putranya. Kebetulan sekali saat kedatangannya kali ini ada Friska juga di sana. “Maksud Mbah putri apa?” tanya Friska. “Kamu dibilang mandul oleh mertuamu kan?” kata Mbah putri. Friska hanya menunduk lemah. Jika sedang bersikap tegas, wanita tua itu terlihat lebih mengerikan. “Memangnya kalian sudah sejauh apa memeriksakan kesehatan sampai si Farida itu menyimpulkan kalau kamu yang mandul?” tanya Raden Arya, ayah Friska. “Kami baru sekali ke dokter kandungan, Pa.” Kata Friska. “Terus apa kata dokter?” tanya Arya. “Kondisi aku terakhir hanya gangguan hormon karena terlalu stress. Sisanya keadaan rahimku baik. Itu pun hanya di lihat dari pemeriksaan USG aja. Kami belum konsultasi lebih jauh lagi,” ujar Friska. “Terus keadaan suamimu gimana?” tanya Arya lagi. “Faris

  • JARAK SEJUTA DETIK   Part 18. Langkah Tegas

    “Aku bisa melihat dengan jelas dari wajahmu, Fris.” Zafriel menatap lurus. Meski sudah tidak ada air mata, tetapi sorot sendu di wajah Friska tetap tidak bisa disembunyikan.Friska menelan ludah dengan berat. Darah dalam tubuhnya terasa mendidih terbayang bagaimana acara di dalam tadi. Merasa sudah dikhianati oleh keluarga suaminya sendiri, bahkan oleh Zafriel yang sebenarnya tidak tau apa-apa.“Aku permisi, Zaf.” Friska langsung memasuki mobil saat melihat dari arah lain Amara tengah melihatnya dengan ekspresi kebingungan.“Friska, tunggu!” Zafriel kembali memanggil. Tetapi wanita dalam mobil itu tak lagi menghiraukan dan memilih beranjak cepat-cepat.Pria itu hanya bisa menatap hingga mobil Friska menghilang dari pandangan. Hatinya merasa sangat resah dan kasihan melihat teman lamanya itu. Jadilah, Zafriel pun memilih kembali ke tengah-tengah acara.Namun, tujuannya bukan untuk melanjutkan acara, melainkan berpamitan dengan sang pemilik acara. Bagaimanapun ia datang baik-baik dan ha

DMCA.com Protection Status