Kevin yang tidak ingin berlarut-laur meneleponnya, mencar tahu kepada Sandra apa yang membuatnya memutuskan untuk bertemu dengan dirinya. “Hallo, Sandra, ini aku Kevin. Kau kenapa?”“Aku tidak kenapa-kenapa. Aku hanya perlu membicarakan hal yang penting saja dengan dirimu,” balas Sandra.“Memangnya ada masalah apa sehingga membuat dirimu ingin bertemu?”Sandra tidak ingin berlarut-larut lgi, ia suah lelah dengan kehidupannya di tambah sekarang di rumahnya sendiri ada Lia. “Kak Sandra,” panggil Lia. Sandra menekan tombol mute supaya Kevin sendiri tidak mendengarnya.Kevin yang mengenali suara adiknya sendiri, ia tidak salah mendengarnya, ia kenal betul bahwa dirinya mendengar suara adiknya sendiri. Sekembalinya Sandra berkonsentrasi dengan pembicaraan dirinya dengan Kevin. “Di rumahmu ada siapa?” tebak Kevin.“Kenapa?” Sandra berusaha menutupi kehadiran Lia yang ada di rumahnya, ia juga tidak ingin membuat kesalahan ketika Lia berada di rumahnya.“Aku mendengar suara adikku,” ucap Kevi
“Ma..maaf. Saya minta maaf karena saya tidak melihat jalanan,”“Punya mata pakai matanya dengan benar, merepotkan saja orang ini,” umpat laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut meninggalkan Sandra yang kebingungan dengan insiden tersebut. Sandra sendiri akhirnya berjalan meninggalkan laki-laki tersebut. “Kenapa laki-laki tersebut? ‘kan aku sudah minta maaf,” jengkel Sandra.Dari kejauhan Sandra melihat mobil yang akan membawanya perlahan menjauhi dari tempat tersebut. Sandra akhirnya mengupayakan hal terakhir, ia berlari dan berteriak untuk tidak meninggalkannya.Beruntung salah satu penumpang melihatnya. “Tunggu sebentar, ada yang mau naik,” tegur penumpang tersebut kepada sang supir.“Ooh, wanita itu.” Supir tersebut melihat Sandra yang berlari, ia akhirnya membukakan kembali pintu dan membiarkan Sandra untuk masuk. “Cepatlah,” ajak supir itu untuk naik ke dalam mobilnya.Sandra mengatur napasnya. “Terima kasih, pak,” ucap Sandra sembari terengah-engah.“Hahaha tak masalah,” balas s
Setelah menerima pesanan aneh tersebut, Sandra, berusaha untuk bisa sabar dengan kelakuan orang yang menerima pesanan itu. Jam berlalu dengan cepat, ia menerima pesanan dengan jumlah 500 dari perusahaan yang sama dengan ia bekerja.Seakan ia sendiri tidak tahu bahwa ia sedang melakukan suatu hal yang di luar imajinasinya, pikirannya kosong namun ia tetap mengerjakan pesanan yang bernominal banyak tersebut.Pak Gunawan dan Irfan yang melihatnya juga bingung melihat Sandra yang memesan begitu banyak. “Sandra, apa yang kau lakukan?” tanya Pak Gunawan.“Perusahaan sudah mengkonfirmasinya maka aku melakukan pemesanan yang tadi di lakukan oleh orang tersebut,” jawab Sandra.Pak Gunawan dan Irfan bertukar pandang mengerikan, ia tahu bahwa Irfan seringkali suka menggodanya namun kali ini Sandra benar-benar tidak sadar akan apa yang ia lakukan barusan. Irfan menyikut Pak Gunawan. “Bagaimana, pak?” tanya Irfan.“Aku juga tidak tahu tapi biarkan saja, siapa tahu memang rezeki kita,” bantah Pak G
Sandra yang lupa bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan Kevin akhirnya dengan segera membalas pesan Kevin untuk bisa menunggu sebentar saja. Sandra menyampirkan tasnya ke bahunya, berjalan meninggalkan toko.Michael yang melihat Sandra tergesa-gesa, mencegatnya ia perlu tahu kemana Sandra akan meninggalkannya. “Kau mau kemana?” tanya Michael. Michael memegang tangan Sandra berusaha menahannya untuk tidak pergi ke pertemuan tersebut.“Maaf, aku ada urusan. Ada yang harus aku lakukan, maaf sekali, aku sendiri saja juga bingung bisa melupakan hal tersebut,” ujar Sandra kepada Michael.“Lupakan saja. Kau harus segera pulang,” oceh Michael kepada Sandra yang khawatir akan terjadi masalah lagi. Mata Sandra dan mata Michael bertemu, mereka melihat satu sama lain dengan harapan bahwa Sandra mengindahkan ucapan Michael.“Mana bisa aku melupakan hal penting itu, aku yang mengajaknya untuk bertemu. Ada yang perlu aku bicarakan dengan seseorang,” bantah Sandra dengan segera. Sandra tahu bahwa
Sebuah cincin yang di lapisi dengan emas terpampang terlihat di atas meja tepat di hadapan Sandra. Sandra sendiri yang melihatnya juga hanya bisa mengeraskan hatinya, ia tahu bahwa ternyata di balik itu semua Kevin hendak melamarnya.Sandra mengambil kotak perhiasan tersebut, melihat dan mengenakan cincin tersebut pada jari manisnya. “Cantik,” gumam Sandra yang melihat sebuah cincin melingkar di jarinya sendiri.Sekali seumur hidupnya Sandra melihat bahwa dirinya di cintai oleh orang banyak. Sandra berusaha untuk tidak acuh namun di dalam hatinya, ia masih belum terima akan perkataan yang di ucapkan oleh Indy.Sikap Sandra yang acuh hanya akan membuat hubungannya dengan Kevin retak, ia sebenarnya hanya ingin membuat semuanya menjadi lebih tenang tapi malah semuanya berbalik kepada dirinya sendiri.Sandra yang tidak ingin berlama-lama melepaskan cincin pemberian yang di berikan oleh Kevin. Andaikan kehidupannya tidak semerana ini, bisa saja dirinya tersenyum bahwa ia di lamar oleh laki
Mobil Tania menderu di jalanan yang masih terang benderang, ia tidak apa yang sebenarnya terjadi. Selama perjalanan tersebut membuat hati Sandra berdegup dengan kencang, ia sendiri tidak tahu mengapa Kevin melakukan hal itu.Dari mobil Tania terdengar lagu boyband pada saat mereka masih kecil. Westlife yang berjudul Have You Ever yang di rilis tahun 2007. Lagu itu mengalun di telinga Sandra dengan syahdu bahkan menyadarinya.Have you ever loved somebody so much, it makes you cry?Have you ever needed something so bad, you can't sleep at night?Have you ever tried to find the words but they don't come out right?Have you ever?Have you ever?Di balik lagu tersebut Sandra menyadari satu hal bahwa setidaknya ketika ia mencintai seseorang ia bisa saja tiba-tiba menangis. Dia juga menyadari bahwa lagu-lagu tersebut membuatnya lebih ingin menyaksikan cinta sebagai sel utamanya.Tania yang awalnya ingin mengetahui apa yang terjadi hanya bisa terdiam ketika melihat Sandra berusaha mengejar wa
Kevin bersama dengan Hendra meluncur ke kantor polisi, mereka berpacu dengan waktu untuk bisa sampai ke tempat yang mereka tuju. Mereka berusaha untuk mendengar saksi yang akan menjadi saksi di persidangan.Selama perjalanan mereka berdua hanya bisa berdiam diri tidak ada yang bicara hingga akhirnya mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju. Kevin dengan segera turun dari mobil Hendra, ia berlari masuk ke dalam kantor polisi.Dengan napas yang terengah-engah Kevin sampai di ruangan Bram. Bram terkejut dengan kehadiran Kevin. “Kenapa kau kembali lagi?” tanya Bram galak.“Jadi yang ingin kau katakan sebelum aku pergi bahwa kau sudah menemukan saksi?” cecar Kevin.Bram berdiri dari tempat kerjanya, ia duduk di atas mejanya berhadapan dengan Kevin sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya sendiri. “Makanya kalau aku bicara dengarkan dulu,” ketus Bram.“Katakan saja siapa yang akan menjadi saksi tersebut?” paksa Kevin.Bram yang mendengarnya berpura-pura tidak mendengarnya, ia
“Benarkan dengan dugaanku? Masalah ini akan menyeret setidaknya banyak korban tetapu pusat inti masalah ada pada Indy. Dia kartu As nya,” ungkap Bram.Bram menghadapi Kevin yang seakan tak percaya bahwa Ibunya sendiri merupakan dalang dari semuanya dan Indy tidak ingin menyerahkan dirinya. Bram berusaha menenangkan Kevin. “Kenapa kau selalu membela ibumu?” tanya Bram dengan tegas.Kevin berusaha menahan air matanya, ia tidak percaya bahwa Ibunya adalah pelaku dari semula. “Aku tak tahu,” jawab Kevin menahan air matanya.Sandra semakin mengenggam tangan Kevin dengan sangat erat, ia tahu bahwa waktunya telah tiba. “Tatap mataku,” sahut Sandra. Kevin berusaha menatap wajah Sandra dengan takut-takut, ia tidak ingin Sandra melihatnya dengan kondisi menangis.Bram yang melihatnya cukup geli. “Kevin, kau bukan robot, kalau kau ingin menangis lah untuk apa kau tahan? Dasar, bodoh,” ucap kasar Bram, “Tuhan saja pernah menangis masa kau sendiri saja tidak meluapkannya,” sambungnya yang ingat pe