Setelah menerima pesanan aneh tersebut, Sandra, berusaha untuk bisa sabar dengan kelakuan orang yang menerima pesanan itu. Jam berlalu dengan cepat, ia menerima pesanan dengan jumlah 500 dari perusahaan yang sama dengan ia bekerja.Seakan ia sendiri tidak tahu bahwa ia sedang melakukan suatu hal yang di luar imajinasinya, pikirannya kosong namun ia tetap mengerjakan pesanan yang bernominal banyak tersebut.Pak Gunawan dan Irfan yang melihatnya juga bingung melihat Sandra yang memesan begitu banyak. “Sandra, apa yang kau lakukan?” tanya Pak Gunawan.“Perusahaan sudah mengkonfirmasinya maka aku melakukan pemesanan yang tadi di lakukan oleh orang tersebut,” jawab Sandra.Pak Gunawan dan Irfan bertukar pandang mengerikan, ia tahu bahwa Irfan seringkali suka menggodanya namun kali ini Sandra benar-benar tidak sadar akan apa yang ia lakukan barusan. Irfan menyikut Pak Gunawan. “Bagaimana, pak?” tanya Irfan.“Aku juga tidak tahu tapi biarkan saja, siapa tahu memang rezeki kita,” bantah Pak G
Sandra yang lupa bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan Kevin akhirnya dengan segera membalas pesan Kevin untuk bisa menunggu sebentar saja. Sandra menyampirkan tasnya ke bahunya, berjalan meninggalkan toko.Michael yang melihat Sandra tergesa-gesa, mencegatnya ia perlu tahu kemana Sandra akan meninggalkannya. “Kau mau kemana?” tanya Michael. Michael memegang tangan Sandra berusaha menahannya untuk tidak pergi ke pertemuan tersebut.“Maaf, aku ada urusan. Ada yang harus aku lakukan, maaf sekali, aku sendiri saja juga bingung bisa melupakan hal tersebut,” ujar Sandra kepada Michael.“Lupakan saja. Kau harus segera pulang,” oceh Michael kepada Sandra yang khawatir akan terjadi masalah lagi. Mata Sandra dan mata Michael bertemu, mereka melihat satu sama lain dengan harapan bahwa Sandra mengindahkan ucapan Michael.“Mana bisa aku melupakan hal penting itu, aku yang mengajaknya untuk bertemu. Ada yang perlu aku bicarakan dengan seseorang,” bantah Sandra dengan segera. Sandra tahu bahwa
Sebuah cincin yang di lapisi dengan emas terpampang terlihat di atas meja tepat di hadapan Sandra. Sandra sendiri yang melihatnya juga hanya bisa mengeraskan hatinya, ia tahu bahwa ternyata di balik itu semua Kevin hendak melamarnya.Sandra mengambil kotak perhiasan tersebut, melihat dan mengenakan cincin tersebut pada jari manisnya. “Cantik,” gumam Sandra yang melihat sebuah cincin melingkar di jarinya sendiri.Sekali seumur hidupnya Sandra melihat bahwa dirinya di cintai oleh orang banyak. Sandra berusaha untuk tidak acuh namun di dalam hatinya, ia masih belum terima akan perkataan yang di ucapkan oleh Indy.Sikap Sandra yang acuh hanya akan membuat hubungannya dengan Kevin retak, ia sebenarnya hanya ingin membuat semuanya menjadi lebih tenang tapi malah semuanya berbalik kepada dirinya sendiri.Sandra yang tidak ingin berlama-lama melepaskan cincin pemberian yang di berikan oleh Kevin. Andaikan kehidupannya tidak semerana ini, bisa saja dirinya tersenyum bahwa ia di lamar oleh laki
Mobil Tania menderu di jalanan yang masih terang benderang, ia tidak apa yang sebenarnya terjadi. Selama perjalanan tersebut membuat hati Sandra berdegup dengan kencang, ia sendiri tidak tahu mengapa Kevin melakukan hal itu.Dari mobil Tania terdengar lagu boyband pada saat mereka masih kecil. Westlife yang berjudul Have You Ever yang di rilis tahun 2007. Lagu itu mengalun di telinga Sandra dengan syahdu bahkan menyadarinya.Have you ever loved somebody so much, it makes you cry?Have you ever needed something so bad, you can't sleep at night?Have you ever tried to find the words but they don't come out right?Have you ever?Have you ever?Di balik lagu tersebut Sandra menyadari satu hal bahwa setidaknya ketika ia mencintai seseorang ia bisa saja tiba-tiba menangis. Dia juga menyadari bahwa lagu-lagu tersebut membuatnya lebih ingin menyaksikan cinta sebagai sel utamanya.Tania yang awalnya ingin mengetahui apa yang terjadi hanya bisa terdiam ketika melihat Sandra berusaha mengejar wa
Kevin bersama dengan Hendra meluncur ke kantor polisi, mereka berpacu dengan waktu untuk bisa sampai ke tempat yang mereka tuju. Mereka berusaha untuk mendengar saksi yang akan menjadi saksi di persidangan.Selama perjalanan mereka berdua hanya bisa berdiam diri tidak ada yang bicara hingga akhirnya mereka berdua sampai di tempat yang mereka tuju. Kevin dengan segera turun dari mobil Hendra, ia berlari masuk ke dalam kantor polisi.Dengan napas yang terengah-engah Kevin sampai di ruangan Bram. Bram terkejut dengan kehadiran Kevin. “Kenapa kau kembali lagi?” tanya Bram galak.“Jadi yang ingin kau katakan sebelum aku pergi bahwa kau sudah menemukan saksi?” cecar Kevin.Bram berdiri dari tempat kerjanya, ia duduk di atas mejanya berhadapan dengan Kevin sembari melipat kedua tangannya di depan dadanya sendiri. “Makanya kalau aku bicara dengarkan dulu,” ketus Bram.“Katakan saja siapa yang akan menjadi saksi tersebut?” paksa Kevin.Bram yang mendengarnya berpura-pura tidak mendengarnya, ia
“Benarkan dengan dugaanku? Masalah ini akan menyeret setidaknya banyak korban tetapu pusat inti masalah ada pada Indy. Dia kartu As nya,” ungkap Bram.Bram menghadapi Kevin yang seakan tak percaya bahwa Ibunya sendiri merupakan dalang dari semuanya dan Indy tidak ingin menyerahkan dirinya. Bram berusaha menenangkan Kevin. “Kenapa kau selalu membela ibumu?” tanya Bram dengan tegas.Kevin berusaha menahan air matanya, ia tidak percaya bahwa Ibunya adalah pelaku dari semula. “Aku tak tahu,” jawab Kevin menahan air matanya.Sandra semakin mengenggam tangan Kevin dengan sangat erat, ia tahu bahwa waktunya telah tiba. “Tatap mataku,” sahut Sandra. Kevin berusaha menatap wajah Sandra dengan takut-takut, ia tidak ingin Sandra melihatnya dengan kondisi menangis.Bram yang melihatnya cukup geli. “Kevin, kau bukan robot, kalau kau ingin menangis lah untuk apa kau tahan? Dasar, bodoh,” ucap kasar Bram, “Tuhan saja pernah menangis masa kau sendiri saja tidak meluapkannya,” sambungnya yang ingat pe
KevinKeKe-3KeKKKKKKK bersama dengan yang lainnya terkejut mendengar perkataan Fitri yang memberitahu bahwa Dylan sudah tersadar. Bram bingung seakan dewi fortuna berada di sisi mereka, satu per satu masalah mulai terkuak.Bram merapatkan bibirnya hingga hampir satu garis. “Siapa yang mau ke rumah sakit? Asal jangan Kevin yang ke sana,” cakap Bram. Bram sudah bisa menebak apa yang akan terjadi jika Kevin datang ke rumah sakit.“Aku saja,” balas Mike dengan cepat.Bram menatap kepada Mike. “Tanyakan siapa yang melakukannya, benarkah bahwa yang menabraknya adalah Dr. Frederick. Telisik hal tersebut dengan teliti, Mike,” tutur Bram kepada Mike.Mike yang mendengar perintah tersebut memahaminya, ia menganggukkan kepalanya dan keluar berlari menuju rumah sakit dimana Dylan di rawat. Sementara yang lainnya berada di kantor polisi melanjutkan investigasi tersebut.Mereka melihat kepada Gideon yang memiliki bakat luar biasa tersebut sangat di sayangkan jika tidak menerima pembelajaran yang leb
Mereka semua mulai meninggalkan kantor polisi satu per satu. Erick menyiapkan mobil untuk membawa mereka semua pergi. Bram melirik kepada Fabiola yang sudah membantunya dalam penyidikan terhadap kasus yang rumit ini.Bram teringat bahwa ia juga bersalah telah menganggu bulan madu temannya tersebut. “Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk membantuku,” seloroh Bram sembari mengulurkan tangannya.Fabiola menjabat tangan Bram. “Lain kali hubungi aku terlebih dahulu, jika suamiku tidak memahami kondisinya mungkin saja ia sudah marah besar kepadamu,” gertak Fabiola. Fabiola sudah terlanjur bete dengan insiden kecil dirinya.“Hehehe, jangan marah. Memangnya kau pikir masalah bisa di undang datang, harusnya kau juga memberitahuku jika kau sedang berbulan madu,” beber Bram.Fabiola terlanjur malu dengan percakapan mereka berdua, ia juga sadar bahwa masalah akan datang kapan saja tanpa memandang waktu dan bulu. “Ya aku akui kau juga benar. Hubungi aku jika kau memerlukan diriku,” cetus Fab