Home / Romansa / It's Ok! Let's Go! / Kesempatan Emas

Share

It's Ok! Let's Go!
It's Ok! Let's Go!
Author: Chakhok

Kesempatan Emas

Author: Chakhok
last update Last Updated: 2021-07-13 12:09:43

Kriiing...kriing..kringg

Seperti biasa, setiap pagi hanya alarm yang mampu membangunkanku. Aku adalah orang yang tidur terakhir dan bangun pertama di keluargaku. Sejak kejadian tiga tahun lalu, aku selalu membiasakan untuk bangun pagi dan olahraga setiap hari karena aku ingin menjaga tubuhku tetap sehat. Setelah olahraga dan melakukan sarapan pagi, barulah aku siap memulai pekerjaanku hari ini.

Pekerjaanku sebagai penulis tidak memerlukan pergi ke kantor setiap hari karena bisa dikerjaan di rumah. Jadi biasanya, setelah sarapan aku kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaanku. Aku bekerja dibagian penulis naskah, paling sering aku diminta menulis naskah biografi seseorang. Kalau menurut atasanku, menjadi penulis naskah biografi adalah yang paling cocok denganku karena aku tidak terlalu banyak menuntut orang lain, jadi setiap pertemuanku dengan orang lain yang ingin dituliskan biografinya padaku tidak terlalu susah.

Bagaimana mungkin aku menyusahkan mereka yang ingin kutuliskan biografinya, aku hanya butiran debu dari mereka orang-orang hebat yang kutulis biografinya. Jadi, mau tidak mau, aku hanya mengikuti jadwal orang lain untuk mendapatkan bahan tulisanku. Walaupun sebenarnya, aku lebih suka menulis naskah fiktif.

“Selamat pagi, Mbak Sheyki! Saya hari ini ada meeting dadakan, jadi mohon ditunda besok saja ya wawancaranya!” kata seseorang yang ingin kutuliskan biografinya.

Ini bukan pertama kalinya bagiku dan bukan dia saja yang membatalkan janji tiba-tiba seperti sekarang. Aku hanya bisa mengiyakan dan tetap menulis naskah novelku ketika ada kesempatan kosong seperti ini. Di saat aku asik menulis, seorang temanku sebagai editor di penerbitan memberitahuku tentang sebuah poster berisi pengumuman lomba.

Menurutnya, aku wajib mengikuti lomba ini karena dia percaya kemampuanku dalam menulis naskah cerita sangat baik. Tidak hanya menurutnya, tanpa diyakinkan berkali-kali, aku langsung mengiyakan untuk mengikoti lomba tersebut karena aku tertarik dengan hadiahnya. Tertulis di sana bahwa aku akan diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan ke ibu kota.

Sebelumnya, aku harus mendaftarkan diriku terlebih dahulu untuk mengikuti lomba menulis naskah cerita tersebut. Aku diminta mengisi beberapa informasi termasuk menuliskan alasan aku mengikuti lomba tersebut. Tentu dengan semangat aku menuliskan keinginanku yang selama ini sudah kupendam. Aku sangat ingin pergi ke ibu kota berharap bisa bertemu dengan seseorang yang sudah lama kusuka.

Kukerahkan semua kemampuan terbaikku demi mendapat kesempatan terbang ke ibu kota. Memang bisa saja aku pergi ke sana sendiri tanpa susah-susah mengikuti lomba ini, tetapi akses untuk meminta restu pada orang tuaku cukup susah. Tidak mungkin juga aku memakai cara kabur dari rumah hanya untuk pergi ke ibu kota. Jadi, ini adalah satu-satunya kesempatan emasku untuk pergi ke sana.

Walaupun sebenarnya, aku juga tidak tahu apakah aku bisa mencapai keinginanku setelah aku bisa pergi ke ibu kota. Aku hanya bisa berdoa pada Tuhan, setidaknya kali ini aku bisa bahagia dengan keputusanku mengikuti lomba ini.

“Oke, ayo semangat Sheyki!” kataku menyemangati diriku dalam mengetik naskahku yang akan kukirimkan untuk perlombaan itu.

Seminggu sebelum pengumuman lomba, aku menemui seorang tokoh penting yang biografinya sudah dituliskan olehku. Beliau mengundangku secara khusus di acara peluncuruan bukunya. Ini memang bukan yang pertama kalinya aku diundang oleh seseorang, tetapi kali ini berbeda. Beliau benar-benar mengapresiasi hasil tulisanku.

“Terima kasih, Mbak Sheyki! Saya benar-benar menikmati naskahnya, seolah penulis sangat mengenal saya!” kata Profesor Anh yang selesai dari acara mengundangku lagi untuk mampir ke kantornya.

Wah, juga ingin berterima kasih pada Profesor telah memilih saya untuk menulis biografinya! Saya benar-benar banyak mengambil hikmah dari perjalanan hidup Profesor!” jawabku.

“Ini, saya ada cindera mata untuk Mbak Sheyki!” katanya menyodorkan sebuah kotak persegi panjang padaku.

Ah, tidak perlu, Prof! Saya rasa, saya tidak boleh menerima imbalan lain di luar pembayaran yang sudah diberikan!” jawabku dengan sopan menolak.

“Ini bukan imbalan, melainkan hadiah dari saya! Anggap saja hadiah dari saya adalah hadiah dari fans yang amat menyukai penulis seperti Mbak Sheyki! Bukalah!” katanya tetap menyodorkan kotak persegi panjangnya padaku.

“Maaf, Prof, Saya...”

“Jangan menolak! Ambilah setiap kesempatan yang diberikan! Bolpoin ini berisi harapan saya, agar dia bisa ikut mengantar Mbak Sheyki menjadi penulis yang hebat!” katanya sambil meletakkan kotak persegi panjang berisi pena itu ke tanganku.

Akhirnya, dari sekian banyak seseorang yang ingin memberiku hadiah pena karena aku seorang penulis, pena dari Profesor Anh yang aku ambil. Aku tidak mengerti mengapa sebatas kata ‘harapan’ dari beliau, membuatku tidak ingin melewatkannya kali ini.

“Baik, Prof! Terima kasih!” jawabku.

“Iya! Ingat, jangan pernah melewatkan kesempatan yang diberikan padamu!” ucapnya sekali lagi.

Seminggu kemudian, aku mendapatkan pengumuman lomba itu dan tertulis namaku diurutan nomer satu. Aku sadar betul bahwa ini bukan mimpi yang datang padaku, melainkan ini benar-benar kesempatan yang datang padaku. Aku dihubungi pihak lomba agar segera memberi kabar agar mereka segera mengurus hadiah yang akan diberikan padaku.

Dua hari kemudian, pihak panitia lomba memberi kabar padaku bahwa aku telah disiapkan tiket pesawat untuk terbang ke ibu kota tepat minggu ini. Aku yang begitu bahagia mendengar kabar itu, sampai lupa bahwa aku belum mengantongi izin dari orang tuaku. Dengan segenap alasan yang kuat, aku memberanikan diri untuk meminta izin dari mereka.

Syukurnya, mereka mengiyakan untuk aku pergi ke ibu kota mengambil hadiahku dengan catatan, aku harus selalu memberi kabar ketika tiga hari di sana. Bukan sesuatu yang sulit juga untukku ketika hanya memberi kabar pada mereka. Jadi, aku sangat siap untuk berangkat ke ibu kota dengan aman karena sudah mendapat izin dari orang tua dan juga dengan alasan yang resmi.

Selama perjalanan, tujuanku masih tetap bahwa aku pergi ke sana adalah untuk mencari kesempatan bertemu dengan seseorang yang selama ini sudah menyemangatiku. Sampai aku lupa membaca kegiatanku selama di sana yang akan didampingi oleh pihak panitia lomba ketika di sana.

“Mbak Sheyki, nanti setibanya di sana, mbak bisa istirahat dulu menunggu pengumuman kami lagi. Kalau membutuhkan sesuatu bisa menghubungi saya” kata pihak panitia.

“Siap, Mbak!” jawabku dengan semangat.

Aku yang sampai di hotel penginapan bersama pemenang lomba kedua dan ketiga merasa sangat bahagia. Aku tidak habis pikir mengapa perlombaan yang kuikuti secara gratis ini menyediakan penginapan yang mewah seperti ini.

Wah, aku terharu sekali dengan pihak agensi ‘Purple’ yang sudah menyeponsori lomba ini!” kata Mbak Ariska yang menjadi pemenang lomba ke dua.

Agensi Purple?” kataku tidak paham dengan siapa yang dia maksud.

“Iya Purple! Grup band yang sudah terkenal mendunia itu!” jawabnya dengan sangat antusias.

“Jangan bilang Mbak Sheyki tidak tahu siapa pihak sponsornya! Atau bahkan Mbak Sheyki tidak mengenal siapa itu Band Purple?” kata Mas Tedy yang menjadi pemenang lomba ketiga.

“Hehe!” kataku yang membenarkan keduanya.

Aku tahu grup band itu, tetapi aku tidak terlalu mengenalnya. Aku suka musik, tetapi aku tidak pernah mencari tahu siapa penanyinya. Selama ini aku hanya suka mencari tahu tentang sutradara hebat dari film yang aku tonton.

“Kabarnya, produser dari agensi itu akan datang nanti pada saat makan malam dengan kita!” kata Mbak Ariska dengan semangat.

“Iya, kalau tidak sibuk mereka akan menyempatkan datang, atau kalau tidak mereka akan datang bersama salah satu idolnya!” kata Mas Tedy.

“Benarkah? Bukankah biasanya pihak sponsor hanya akan mendatangi pihak panitia?” tanyaku heran.

“Ah, Mbak Sheyki! Mbak ini pura-pura tidak tahu atau bagaimana?” kata Mbak Ariska sedikit kesal dengan yang lambat memahami.

“Mereka ingin menemui kita, terutama Mbak Sheyki pemenang pertama!” kata Mas Tedy menegaskan.

“Menemuiku? Bukankah kita ke sini hanya untuk menerima hadiah dan bersenang-senang?” tanyaku.

“Tentu saja! Itukan juga termasuk bersenang-senang!” kata Mbak Ariska.

“Sebenarnya apa yang Mbak Sheyki pikirkan ketika pergi ke sini sampai tidak tahu siapa pihak sponsor dan tidak tahu apa saja kegiatannya?” tanya Mas Tedy heran.

“Emm...tujuanku ke sini mencari jodohku!” jawabku sedikit bercanda.

“Amiin...! Semoga ketemu ya!” kata mereka berdua yang kemudian masuk ke dalam kamarnya masing-masing.

Pikirku di dalam kamar, kalaupun pada akhirnya aku susah menemui seseorang tersebut, semoga aku tidak pernah menyesal mengambil keputusanku untuk melangkah sejauh ini. Bagaimanapun, ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh kulewatkan sesuai kata Profesor Anh.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • It's Ok! Let's Go!   Mengambil Keputusan

    Tepat pukul tujuh malam, pihak panita kembali menemui kami bertiga di kamar masing-masing untuk memberi kami setelan baju yang akan dikenakan untuk undangan makan malam kali ini.“Mbak Sheyki, ayo cepat!” kata Mbak Ariska yang tidak sabar untuk pergi ke acara makan malam itu.“Iya, sebentar!” kataku sambil memakai sepatu kets milikku.“Ah, tunggu! Bukankah mereka memberi kita sepatu cantik juga, kenapa mbak pakai itu?” tanya Mbak Ariska sedikit protes.“Ah, aku tidak bisa memakainya, terlalu tinggi untukku!” jawabku.“Mereka memberi kita setelan begini agar kita tampak elegan di acara ini! Masa Mbak Sheyki tidak mau menghargainya?” katanya.“Emm...baiklah!” kataku pasrah kembali mengambil sepatu berhak agak tinggi itu.Pihak panitia juga menyiapkan mobil untuk kami bertiga pergi ke tempat malam yang sudah disediakan. Setidaknya itu membu

    Last Updated : 2021-07-13
  • It's Ok! Let's Go!   Perkenalan Pertama

    Meminta izin orang tua tentu tidak mudah bagiku, tetapi menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang tuaku adalah yang lebih tidak mudah. Sebagai orang tua, mereka pasti tidak tenang melepas anak gadisnya yang sudah berumur 25 tahun merantau sendirian ke ibu kota. Oleh karena itu, aku harus membuat diriku dalam kondisi aman di sini agar orang tuaku tidak khawatir padaku.Siang hari ini, aku tiba untuk yang kedua kalinya di bandara ibu kota. Berbeda dari yang sebelumnya, kali ini aku dijemput oleh supir khusus dari agensi yang akan mengantarku ke bertemu ketujuh member terlebih dahulu. Karena kali ini aku sudah tahu acara yang akan dilakukan, aku pun berusaha membaca beberapa artikel tentang mereka agar saat bertemu nanti sudah tidak secanggung pertama kali aku bertemu Mas Yogi dan Mas Keyjo.Pihak agensi memintaku meninggalkan barangku di dalam mobil saja karena sebentar lagi aku akan diantar ke tempat aku tinggal selama di sini. Aku hanya diminta masuk ke ruang

    Last Updated : 2021-07-14
  • It's Ok! Let's Go!   Jamuan Makan Malam

    Krek!Seketika aku kaget setelah membuka pintu rumah yang mereka sebut dorm itu. Bukan karena berantakan, melainkan karena sangat mewah dan rapi. Sangat rapi untuk rumah yang pernah dihuni tujuh orang pria. Sampai-sampai aku sangat takut untuk menghuni tempat tinggal mereka dulu ini karena aku merupakan wanita yang tidak suka beres-beres rumah.Pak supir yang mengantarku sudah menurunkan barang-barangku dan memintaku untuk tidur di manapun di kamar yang aku mau. Kulihat memang tempat dua lantai ini hanya memiliki tujuh kamar yang artinya setiap kamar pernah menjadi kamar mereka. Jadi, aku pun tidak berani memilih satu kamar pun yang akan kutempati karena khawatir jika suatu saat mereka hendak menginap, mereka kehilangan kamarnya.Karena aku tidak bisa memilih kamar yang akan aku tempati, sedangkan tubuhku sudah sangat kelelahan, jadi aku memutuskan untuk tidur di sofa untuk sementara. Sampai-sampai akhirnya, aku kaget dengan suara mereka yang serentak mengatakan

    Last Updated : 2021-07-14
  • It's Ok! Let's Go!   Partner Pfofesional

    Aku menemukan perbedaan lain lagi di sini. Kalau semalam bukan aku yang tidur terakhir di rumah ini, sekarang juga bukan aku yang pertama bangun, melainkan Si Leader grup ini. Dia bangun pagi dan sepertinya bersiap berolah raga sama sepertiku.“Mbak Sheyki mau kemana?” tanya dia menyapaku.“Aku mau berolahraga sebentar” jawabku.“Olahraga kemana? Memang sudah tahu rute di daerah sini?” kata dia memastikan.“Enggak, sih! Tapi, aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku untuk berolahraga pagi!” jawabnya.“Wah, kita sama! Ya sudah, ayo kita olahraga bersama!” katanya mengajakku.“Ah tidak, aku takut ada yang melihat! Aku olahraga sendiri saja!” jawabku menolak karena bagaimanapun mereka adalah penyanyi yang sedang naik daun untuk saat ini.“Yakin?” katanya.Aku mengangguk dan mulai melangkahkan kakiku untuk berlari sambil menikmati udara ibu kota di

    Last Updated : 2021-07-15
  • It's Ok! Let's Go!   Berawal dari Teori Yang Salah

    “Jadi, Mbak nggak mau makan siang denganku hari ini?” tanya Juki memastikan lagi.“Ya, begitulah!” jawabku sambil melihat ponselku yang mendapat panggilan dari teman kuliahku dulu.Sudah lama aku tidak berhubungan dengan teman sekampusku dulu. Dikarenakan aku sudah tidak lagi masuk ke dunia penelitian sains. Dulunya, aku adalah lulusan biologi yang sering terjun ke banyak penelitian. Sampai pada akhirnya, aku mengalami tragedi yang membuatku sulit untuk tetap berada di sana sehingga aku memiliih menjadi penulis seperti sekarang.“Ya, Halo!” jawabku sambil keluar dari ruangan latihan mereka agar suaraku tidak mengganggu mereka.“Halo! Eh, bantuin dong!” katanya tiba-tiba meminta bantuanku.“Astaga, baru juga nelpon! Ada apa?” tanyaku.Aku memang paling tidak bisa menolak seseorang yang membutuhkan bantuanku. Menurutku, selama aku bisa membantu pasti akan kubantu. Padahal dis

    Last Updated : 2021-07-26
  • It's Ok! Let's Go!   Mulai Mengenal Mereka

    Di saat Mas Yogi fokus menyalakan komputerku, dia sekalian membantu merakit kursi yang akan kutempati. Di saat itulah Juki, Vino, dan Maxime datang mengunjungi ruanganku juga sambil membawa makanan.“Hai, hai!” kata Vino masuk lebih dulu.“Kalian sedang apa?” tanya Juki.“Mas Yogi membantuku menyalakan komputerku!” jawabku.“Kalian sendiri sedang apa ke sini?” tanya Mas Yogi sambil sibuk dengan alat-alatnya.“Makan siang, lah!” jawab mereka berbarengan.“Untukku?” kataku memastikan.“Kalau mereka sudah di sini, ya berarti itu juga untukmu!” jawab Mas Yogi yang selalu blak-blakan.“Kami juga membawakan untuk semuanya kok!” kata Juki.Katanya mereka biasa makan di tempat mana saja, tetapi kali ini mereka ingin makan di ruanganku yang sempit ini. Aku tidak tahu mengapa, sepertinya mereka bertujuh ini membawa sihir padaku. Setiap

    Last Updated : 2021-08-04
  • It's Ok! Let's Go!   Mengenal Sang Leader

    Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.“It’s ok! Sesuai keinginan kalian ju

    Last Updated : 2021-08-20
  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

    Last Updated : 2021-09-14

Latest chapter

  • It's Ok! Let's Go!   Kegiatan di belakang Panggung

    Hari ini aku menjadi yang pertama kali bangun di saat yang lain masih belum bangun. Aku bahkan mendahului kokok ayam pagi kali ini, hanya karena tidak ingin terlambat bangun. Lima belas menit setelah aku selesai bersiap, kulihat mereka masih belum juga bangun. Aku pun terpaksa mengetuk pintu kamar Mas Joni karena aku tahu dia paling mudah untuk dibangunkan.Akan tetapi, rupanya aku salah. Dia tidak juga membuka pintunya setelah lama kuketuk. Justru Mas Keyjo yang lebih dulu bangun karena mendengar suara ketukanku di pintu kamar Mas Joni.“Astaga, mereka juga belum bangun?” tanya Mas Keyjo sambil dengan mata sayu-sayu.“Iya, tolong Mas bangunkan mereka ya! Mereka biasanya sarapan pagi nggak? Haruskah kubuatkan sandwich?” tanyaku.“Iya, buatkan saja! Nanti kubantu setelah membangunkan mereka!” jawabnya.Aku pun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka. Kemudian, Mas Keyjo menyusulku ke dapur untuk membantu mem

  • It's Ok! Let's Go!   Dinner Singkat Bareng Pak Dokter

    Dokter Azmi menungguku selagi aku mengambil tas di ruanganku. Dia juga sempat bertanya tempat apa yang ingin aku kunjungi pertama kali bersamanya.“Taman bermain?” tanyaku memberikan penawaran.“Kita berdua?” kata dia terkejut dengan saranku.“Aneh, ya? kalau gitu terserah Pak Dokter, deh!” jawabku.“Sepertinya kita terlalu tua untuk pergi ke taman bermain berdua. Ya sudah, aku saja yang menentukan!” katanya mengajakku.“Mas Yogi, aku berangkat dulu, ya!” kataku berpamitan padanya yang masih belum menutup pintunya dan mendengarkan semua pembicaraanku.“Iya!” jawabnya singkat dan datar.Dokter Azmi tidak memberitahuku tempat dia membawaku. Sepanjang perjalanan dia fokus menyetir dan tiba di sebuah pantai dengan pemandangan sore yang indah.“Wah!” kataku terpana dengan keindahan lautnya.“Sheyki lebih suka duduk di tempat makan sambil

  • It's Ok! Let's Go!   Lagu Kenangan Menenangkan

    Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia

  • It's Ok! Let's Go!   Satu Hari Bebas Tugas

    Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin

  • It's Ok! Let's Go!   Secret Holiday

    Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan

  • It's Ok! Let's Go!   Teman Spesial

    Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&

  • It's Ok! Let's Go!   Tempat Spesial

    Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.

  • It's Ok! Let's Go!   Suami Idaman

    Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git

  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status