Beranda / Romansa / It's Ok! Let's Go! / Mengenal Sang Leader

Share

Mengenal Sang Leader

Penulis: Chakhok
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 11:25:02

Pada saat pemilihan nomor urut yang akan kulihat karakternya, mereka tidak satupun mengatakannya padaku. Katanya, curang kalau bersiap-siap lebih dulu. Jadi, mereka ingin aku juga menilai karakter mereka tanpa mengetahui lebih dulu siapa orangnya.

Pagi ini, Sang Leader menghubungi ponselku dan mengatakan akan ada supir yang akan menjemputku ke dorm. Aku pun langsung tahu bahwa Mas Joni mendapatkan urutan pertama. Benar juga, aku tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan apapun dan hanya membawa satu buku dan alat tulis untuk mencatat hal yang penting.

“Selamat datang di rumahku!” kata Mas Joni menyambutku di depan pintu rumahnya.

“Wah, ini baru pertama kalinya aku masuk ke rumah seorang pria muda secara pribadi!” jawabku.

“Aku tidak tahu harus menemuimu di mana karena katanya Mbak Sheyki tidak mau dipublikasi. Jadi, sejauh ini, rumahku adalah tempat aman!” katanya.

“It’s ok! Sesuai keinginan kalian juga, aku tidak menyiapkan apapun! Aku hanya ingin tahu karakter kalian secara real!” jawabku mencoba profesional.

“Kalau begitu, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya dia karena suasana sedang sunyi.

Dia benar-benar tidak mengijinkan banyak orang yang mengetahuiku. Bahkan pekerja di rumahnya, dia suruh pulang dan hanya kami berdua di dalam rumah, sedangkan di luar hanya ada satpam dan supir saja.

“Agar tidak kaku, bagaimana kalau dimulai dengan sarapan? Kebetulan aku belum sarapan dan aku tamu di sini!” jawabku.

“Ah, benar! Tapi, di sini sedang tidak ada yang memasak dan aku tidak bisa memasak!” jawabnya.

“Mas mau makan apa?” tanyaku seolah aku akan memasak untuknya.

“Aku punya menu sarapan lengkap, tapi sekarang aku tidak tahu akan makan apa!” jawabnya.

“Kalau begitu mari kita jangan sampai jam makan siang di sini karena kalau sampai siang kita tidak makan, aku tidak akan kuat bangun lagi! sementara mari kita membuat sandwich saja!” jawabku bergegas ke dapurnya.

“Kita?” tanya dia seperti aneh mendengar kata itu.

“Kita yang akan makan kan? Tentu kita harus membuatnya bersama!” jawabku.

Mas Joni tersenyum dan mengambil bahan-bahannya sesuai dengan kemauanku.

“Kamu jangan kaget ya, kalau tanganku sedikit membuat kegaduhan di sini!” katanya.

“Selama tidak membahayakan nyawa, aku masih tidak akan kaget” jawabku bercanda sambil membantunya membuat sarapan.

Jadi, bisa dibilang dalam tugas pertama membuat sarapan, aku yang lebih dominan dalam mengerjakannya dibandingkan Mas Joni. Sarapan jadi, dia membawaku ke meja makan dan makan bersama di meja yang terlalu panjang untuk ukuran dua orang. Dia duduk di ujung dan aku duduk tepat di kursi sebelahnya.

“Akhirnya ada seorang wanita yang duduk di kursi itu!” jawabnya.

“Memang harusnya ini tempat siapa?” tanyaku benar-benar bingung.

“Kamu bertanya karena sengaja atau memang tidak tahu?” tanya dia seolah memberi tebak-tebakan padaku.

“Tidak tahu! Aku tidak punya meja makan sepanjang ini di rumah!” jawabku santai.

Dia tidak memberitahuku dan melanjutkan makannya.

“Aku suka buku, kalau kamu suka membaca, aku akan membawamu ke perpustakaan mini punyaku!” katanya selesai menghabiskan sarapannya.

“Suka banget! Oke! Ayo!” jawabku dengan semangat.

Dia mengantarku masuk ke dalam tempat yang dia sebut mini yang ternyata tempatna lebih luas daripada kamarku yang di rumah.

“Wah, banyak sekali!” kataku kagum melihat tempatnya yang sangat nyaman untuk membaca.

“Karena aku lulusan management jadi kebanyakan buku di sini tentang perekonomian! Karena Mbak Sheyki lulusan sastra jadi aku tidak punya banyak buku tentang sastra!” jawabnya.

“Aku lulusan biologi!” jawabku singkat.

“Hah? yang bener?” tanya dia tidak percaya.

“Aku tidak bisa banyak membuktikan, tapi yang faktanya itu benar!” jawabku.

Dia tidak percaya padaku lalu mengambil smart phone-nya untuk mengujiku dengan beberapa pertanyaan. Beruntungnya, pertanyaan yang dia berikan masih tergolong dasar sehingga aku masih bisa menjawab dengan benar dan dia kagum dengan kemampuanku.

“Lalu kenapa kamu bisa berlari meninggalkannya?” tanya dia justru penasaran denganku.

“Emm...mudahnya, sama seperti Mas Joni! Lulusan management malah jadi penyanyi!” jawabku santai.

“Yah, benar juga sih! Kita tidak tahu akan jadi seperti apa di masa depan! Aku juga tidak mengira akan jadi seperti ini. Aku bahkan bersyukur masih hidup sampai di titik sekarang!” katanya.

“Akan jadi seperti apa ya kira-kira kalau seorang Mas Joni tidak jadi penyanyi?” tanyaku menerka-nerka.

“Mungkin aku akan jadi pengusaha!” jawabnya simple.

“Wow, jadi itu kah keinginanmu, Mas?” kataku terpukau dengan impian.

“Ya, itu dulu! Kalau sekarang, i wanna be dad!” jawabnya serius.

“Wah!” kataku yang hanya bisa kaget dan tepuk tangan atas keinginannya yang sederhana tapi sangat berkmakna.

Dia melanjutkan bercerita tentang masa kecilnya yang telah melewati banyak rintangan karena penyakitnya. Pada intinya, dia yang sekarang adalah dia yang hebat yang mampu bertahan dan menang melawan penyakitnya.

“Bagaimana dengan menjadi leader? Susah atau malah menyenangkan?” tanyaku penasaran.

“Menjadi leader itu jelas bukan suatu keuntungan, justru memikul tanggung jawab yang berat. Akan tetapi, bersama mereka, aku menjadi senang!” jawabnya.

“Keuntungan dong, Mas jadi lancar public speaking, jadi lebih paham arti bertanggung jawab, dan latihan memikul beban berat! Itu semua pelajaran hidup! Aku juga pernah kok jadi leader di organisasi dan itu memang tidak mudah! Tapi, berkat itu aku jadi bisa seperti sekarang!” kataku yang juga memberikan pengalamanku untuknya.

Sejenak dia menatapku dengan sangat dalam dan membuat ruangan menjadi semakin sepi.

“Kenapa? Ada yang salah kah?” tanyaku mencoba memecahkan keheningan.

“Benar, sepertinya ada yang salah denganmu! Kamu seperti tidak ada pikiran negatif ya, semua kamu tanggapi dengan positif” katanya seolah itu sebuah keanehan.

“Ya, terus aku harus gimana? Menceramahimu? Marah-marah karena Mas tukang ngerusak barang gitu?” jawabku bercanda.

“Mereka berenam akan sangat marah kalau aku membuat onar seperti merusakkan barang, tetapi dihadapanmu seolah itu bukan masalah” katanya masih keheranan.

“Mungkin kalau aku sekarang tetap jadi peneliti dan mengajakmu masuk ke dalam laboratorium lalu membuat onar, aku akan marah!” jawabku mengiyakan.

“Haha, karena alat-alatnya sangat mahal?” tanya dia meledek.

“Karena berbahaya bagi tubuhmu! Keselamatan diri yang utama!” jawabku serius.

“Sekalipun misalnya aku bukan seorang penyanyi terkenal, akankah kamu marah jika membawaku ke dalam laboratorium lalu membuat onar?” tanya dia seolah memastikan kebenarannya.

“Tentu! Aku tidak ingin siapapun yang masuk ke dalam laboratorium celaka! Jadi, sebisa mungkin aku harus mengawasinya sebelum terjadi onar!” jawabku.

Dia tiba-tiba terdiam lagi lalu menarik napas panjang seolah dia mendapatkan jawaban yang sesuai dari jawabanku.

Tok...tok...tok

Suara pintu yang diketok dari luar menghampiri keheningan kita. Sepertinya waktu berjalan cepat sampai tidak terasa kita sudah berada di dalam perpustakaan sampai jam makan siang. Mas Joni memesankan makanan untukku dan itu cukup banyak.

“Kenapa banyak sekali?” tanyaku kaget.

“Karena aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, jadi kupesan saja beberapa macam!” jawabnya.

“Kalau begitu, bolehkah meminta mereka datang bermain di sini juga? Tidak mungkin makanan segini banyak akan kita habiskan kan?” tanyaku.

Dia pun setuju dan akhirnya meminta member lainnya datang juga ke rumahnya. Seketika rumah yang hening, menjadi ramai karena kehadiran mereka semua.

“Tumben ini rumah sepi?” tanya Mas Habi yang pertama masuk.

“Ya, kan memang aku tinggal sendirian!” jawab Mas Joni santai.

“Jangan bilang kalian hanya berdua?” tanya Vino.

“Kalau begitu, nanti aku mau menginap di dorm!” jawab Juki dengan raut wajah lugunya.

“Heeeh!” kata para member yang lain menentangnya karena di sana hanya aku sendirian.

“Apakah besok giliranmu? Kalau iya, kamu boleh menginap di sana!” jawabku mengiyakan.

“Besok giliranku!” kata Mas Habi mengakui.

Aku masih tidak bisa mengenal mereka hanya dengan pertemuan singkat begini, tapi aku harus segera memikirkan naskahnya mengingat waktuku yang tidak banyak. Aku hanya tidak ingin terlena hanya karena dekat dengan mereka.

Bab terkait

  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • It's Ok! Let's Go!   Suami Idaman

    Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • It's Ok! Let's Go!   Tempat Spesial

    Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • It's Ok! Let's Go!   Teman Spesial

    Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • It's Ok! Let's Go!   Secret Holiday

    Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • It's Ok! Let's Go!   Satu Hari Bebas Tugas

    Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • It's Ok! Let's Go!   Lagu Kenangan Menenangkan

    Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13

Bab terbaru

  • It's Ok! Let's Go!   Kegiatan di belakang Panggung

    Hari ini aku menjadi yang pertama kali bangun di saat yang lain masih belum bangun. Aku bahkan mendahului kokok ayam pagi kali ini, hanya karena tidak ingin terlambat bangun. Lima belas menit setelah aku selesai bersiap, kulihat mereka masih belum juga bangun. Aku pun terpaksa mengetuk pintu kamar Mas Joni karena aku tahu dia paling mudah untuk dibangunkan.Akan tetapi, rupanya aku salah. Dia tidak juga membuka pintunya setelah lama kuketuk. Justru Mas Keyjo yang lebih dulu bangun karena mendengar suara ketukanku di pintu kamar Mas Joni.“Astaga, mereka juga belum bangun?” tanya Mas Keyjo sambil dengan mata sayu-sayu.“Iya, tolong Mas bangunkan mereka ya! Mereka biasanya sarapan pagi nggak? Haruskah kubuatkan sandwich?” tanyaku.“Iya, buatkan saja! Nanti kubantu setelah membangunkan mereka!” jawabnya.Aku pun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi mereka. Kemudian, Mas Keyjo menyusulku ke dapur untuk membantu mem

  • It's Ok! Let's Go!   Dinner Singkat Bareng Pak Dokter

    Dokter Azmi menungguku selagi aku mengambil tas di ruanganku. Dia juga sempat bertanya tempat apa yang ingin aku kunjungi pertama kali bersamanya.“Taman bermain?” tanyaku memberikan penawaran.“Kita berdua?” kata dia terkejut dengan saranku.“Aneh, ya? kalau gitu terserah Pak Dokter, deh!” jawabku.“Sepertinya kita terlalu tua untuk pergi ke taman bermain berdua. Ya sudah, aku saja yang menentukan!” katanya mengajakku.“Mas Yogi, aku berangkat dulu, ya!” kataku berpamitan padanya yang masih belum menutup pintunya dan mendengarkan semua pembicaraanku.“Iya!” jawabnya singkat dan datar.Dokter Azmi tidak memberitahuku tempat dia membawaku. Sepanjang perjalanan dia fokus menyetir dan tiba di sebuah pantai dengan pemandangan sore yang indah.“Wah!” kataku terpana dengan keindahan lautnya.“Sheyki lebih suka duduk di tempat makan sambil

  • It's Ok! Let's Go!   Lagu Kenangan Menenangkan

    Ini adalah minggu ke tiga aku di sini dan aku harusnya sudah menyelesaikan menentukan karakter ketujuh member grup ini. Akan tetapi, mereka memiliki jadwal yang sangat padat sehingga aku kesulitan untuk menentukan karakter tiga orang lagi. Salah satu cara agar mudah, aku harus ikut ke mana pun mereka pergi untuk melihat aktifitas mereka.Hari ini mereka latihan untuk penampilan besok di acara penghargaan bergengsi. Padahal baru kemarin mereka menyelesaikan satu movie, sekarang mereka tidak ada lagi kesempatan beristirahat dan langsung mengerjakan pekerjaan berikutnya. Meskipun pekerjaanku hanya memperhartikan mereka saja, tetapi ini juga menjadi melelahkan bagiku.“Sheyki, sini, deh!” panggil Vino setelah latihan.“Iya, kenapa?” tanyaku mendekat padanya.Vino menarik tanganku untuk duduk bersebelahan dengannya di depan piano. Dia tidak peduli member lainnya yang melihatnya menarik tanganku.“Oh, dia mau pamer kalau dia

  • It's Ok! Let's Go!   Satu Hari Bebas Tugas

    Proses pembuatan movie grup band mereka sudah selesai dan mereka mendapatkan jatah satu hari libur kali ini sebelum kembali ke rutinitas. Tidak hanya mereka, semua staff termasuk aku mendapat jatah bebas tugas satu hari. Akan tetapi, percuma saja hari libur yang diberikan tetap membuat aku dan ketujuh bujang ini tidak bisa bebas pergi. Mereka tidak memiliki kebebasan beraktifitas karena akan merusak popularitas mereka, sedangkan aku juga tidak bisa pergi karena tidak memiliki teman selain mereka.Kali ini ketua agensi memberiku tempat khusus staff jadi berbeda tempat menginap dengan mereka. Walaupun berada di lingkungan yang sama, tetapi tempatku benar-benar terpisah dengan mereka. Aku jadi tidak punya teman untuk diajak mengobrol karena semua staff pergi menikmati liburan gratis yang diberikan oleh agensi.Jadi, untuk mengisi jadwal yang kosong, aku memulai hari dengan berolahraga di sekitar tempat penginapanku. Seperti biasa aku bertemu dengan Sang Leader yang rutin

  • It's Ok! Let's Go!   Secret Holiday

    Setelah kejadian yang menghebohkan di gedung astronomy kemarin, mereka bertujuh memutuskan untuk tinggal lagi bersama di dorm mulai malam ini. Karena satu kamar sudah kupakai, jadi terpaksa member paling muda memilih untuk tidur bersama member lainnya. Suasana dorm yang hening pun kembali riuh gembira di saat ada mereka.Tok...tok...tok.Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.“Keluarlah sebentar!” kata Vino dari luar.“Ya? Ada apa?” tanyaku yang sudah berganti pakaian tidurku.“Wah, suasana di sini sungguh berbeda saat kami semua tinggal bersama seorang wanita!” kata Mas Habi sambil geleng-geleng kepala melihatku.“Ini juga yang pertama kalinya aku tinggal bersama pria, terlebih bertujuh!” kataku pasrah menerima kenyataan yang tidak pernah kusangka sebelumnya.“Kamu tahu, kita semua pernah berandai-andai memikirkan bagaimana jika kita punya member wanita dan

  • It's Ok! Let's Go!   Teman Spesial

    Hari sudah mulai gelap, lampu redup di dalam ruangan juga sudah menyala. Sayangnya, keheningan semakin menenggelamkan percakapan kami sebelumnya. Mas Yogi terus menatap ponselnya yang aku pun tidak tahu apa yang sedang dia baca sampai menghiraukanku.“Hari sudah malam, Mas pulang saja! Aku akan menunggu Vino di sini!” kataku yang lama-lama sungkan karena membuatnya menemaniku terlalu lama.“Aku sudah meminta Vino untuk segera datang. Bilang sudah menuju kemari” jawabnya.Aku kaget mendengar jawabannya karena dia memasang muka serius begitu hanya untuk menghubungi Vino melalui pesan chat. Jujur Mas Yogi adalah member yang sifatnya paling dingin di antara yang lain.“Sheyki!” kata Vino yang datang langsung menghampiri kami berdua.“Karena Vino sudah di sini, aku pulang dulu!” kata Mas Yogi tanpa ekspresi.“Untung ada Mas Yogi ya, kamu kenapa tidak bilang kalau acaranya bakal cepat selesai?&

  • It's Ok! Let's Go!   Tempat Spesial

    Aku kembali sendirian ketika sudah pulang dan meninggalkan keheningannya bersamaku. Hari sudah sangat malam, tetapi mataku belum saja mengantuk dan betah menatap pesan yang dikirim temanku. Aku sangat ingin menolak dengan alasan yang menyibukkan, tetapi dalam hati kecilku, aku ingin kesana walau sebentar saja.Keesokan paginya, karena Vino sudah mengatakan bahwa hari ini adalah gilirannya maka aku hanya menunggunya datang hari ini. Kemudian dia mengirimkan pesan bahwa yang menjemputku hari ini adalah supirnya dan dia memintaku untuk ke tempat pemotretannya saat ini.“Mana yang lain?” tanyaku penasaran karena hanya dia sendiri di sana.“Tidak ada! Sekarang kan giliranku, kenapa mencari yang lain?” kata dia sambil fokus memilih baju.“Bukankah kalian biasa bekerja bersama?” tanyaku lagi.“Khusus hari ini kita bergantian untuk melaksanakan sesi foto ini!” jawabnya sambil mencoba bajunya di depan cermin.

  • It's Ok! Let's Go!   Suami Idaman

    Seperti biasa aku masih harus melihat karakter mereka satu persatu, tetapi kali ini aku tidak diberitahu lagi siapa giliran berikutnya. Aku hanya bisa menunggu di dorm untuk giliran member berikutnya. Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka tidak juga datang, maka aku memutuskan untuk melihat taman sebelah dorm yang belum pernah kukunjungi selama tinggal di sini.Kulihat di pojok samping dorm terdapat tempat nyaman dan ada beberapa peralatan lukis yang cukup lengkap. Tentu aku yang suka melukis menjadi sangat bersemangat melihat peralatan itu. Meskipun tidak selengkap milikku yang di rumah, tetapi aku senang bisa menemukan alat lukis lengkap dengan satu kanvas kosong.Karena hanya cat berwarna hitam yang lebih banyak, aku jadi berpikiran melukis sesuatu yang banyak menggunakan warna hitam. Tidak ada yang spesifik, aku hanya memikirkan malam itu. Malam di saat aku berdiri di gedung agensi dengan melihat atap rumah sakit bersama pria yang membawa git

  • It's Ok! Let's Go!   Penebar Semangat

    Kemarin aku memang tidak bisa mengetahui banyak tentang leader dari grup mereka, tetapi kali ini aku bisa menyiapkannya. Aku banyak mencari tahu tentang yang kukenal lebih dekat dari member berikutnya. Aku membaca segala artikel tentangnya yang ternyata seorang Muhabi bisa dibilang penyemangat untuk member lainnya.Memang terlihat darinya, bahkan aku mengakuinya. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia bisa menyambut orang baru dengan senyuman menggembirakan. Paginya, aku sudah bersiap untuk bertemu dengannya, tetapi ternyata yang datang pagi itu bukan dirinya, ternyata Mas Yogi.“Loh, bukannya sekarang waktunya Mas Muhabi?” tanyaku heran.“Dia tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi dia memintaku untuk menggantikannya hari ini!” jawabnya dengan wajah yang datar.“Kenapa dia tidak mengatakan sendiri padaku?” tanyaku.“Mungkin dia tidak ingin mengecewakanmu karena jadwalnya tiba-tiba batal. Ya sudah, ayo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status